Pak Alief membagikan hasil ulangan harian Matematika anak kelas X IPA 3. Anne tidak terlalu antusias saat namanya dipanggil. Ya meskipun bukan hanya Anne saja yang menerima hasil ulangan dengan wajah cemberut tapi tetap saja mendapatkan nilai 30 itu sangat memalukan di saat Raya mendapatkan poin sempurna.
Biasalah, sangat wajar untuk Raya mendapat nilai sempurna karena gadis itu adalah salah satu kandidat peserta olimpiade Matematika. Sedangkan Anne? Kandidat leha-leha saja. Raya menepuk pundak menenangkan Anne yang cemberut.
"Kamu sudah minta izin untuk menginap di malam keakraban minggu depan?" tanya Raya mengalihkan topik agar Anne tidak bersedih lagi.
"Belum sempat sih, kayaknya bakal sulit minta izin papa. Kamu sendiri ikut? Nanti kalau kamu capek bagaimana?"
Raya tersenyum manis membuat Anne jadi ikut tersenyum. "Aku sudah dapat izin, kok, lagi pula kan ada Pak Alief sebagai perwakilan dan pengawas. Kak Bobo juga bilangnya ada beberapa kakak kelas lainnya yang ikut meramaikan, jadi pasti aman."
Anne belum berbicara dengan kedua orang tuanya. Gadis itu yakin kalau untuk mamanya pasti sangat mudah memberikan izin. Permasalahannya ada di papanya yang kelewat protektif. Jika saja dia mendapatkan nilai bagus di ulangan hari ini pastinya Anne bisa lebih muda dalam bernegosiasi. Aha! Apa perlu Anne minta bantuan Septian saja? Dia bisa meminta Septian untuk meyakinkan papnya bahwa acara Makrab minggu depan akan berjalan dengan aman.
"Kalau kamu ikut, aku juga harus ikut! Siapa yang jaga kamu kalau bukan aku?" tanya Anne dengan bangga. Raya hanya tertawa dan mengangguk berterimakasih karena Anne telah ingin menjadi temannya di saat yang lain menghindarinya.
Anne dan Raya tergolong anak yang kurang populer di sekolah. Mungkin Anne kasusnya berbeda. Dia dikenali banyak orang karena tubuh bongsornya tapi Raya jenis anak yang selalu berada di belakang. Menjauhi kerumunan. Berprestasi tapi tidak bersinar. Lebih suka menyendiri. Terlalu lemah dan rapuh sampai Anne saja takut menyenggol Raya. Dia takut Raya terjatuh akibat tenaga berlebihnya. Mereka berdua adalah calon sahabat yang akan saling melengkapi.
Bel istirahat pun berbunyi. Pak Alief mengingatkan kelas untuk segera mempersiapkan kegiatan festival ulang tahun sekolah sebentar lagi. Anne segera keluar bersama Raya menuju UKS tapi Pak Alief memanggilnya sebentar.
"Marianne! Ke sini sebentar," panggil Pak Alief. Kedua gadis itu otomatis mendekat membantu guru laki-laki itu membawa tumpukan buku paket yang akan diberi nilai. Anne mengambil lebih banyak porsi agar Raya tidak kelelahan. Ketiganya berjalan bersama menuju ruang guru.
"Kalian mau kemana?"
"Mau antar Raya ke UKS, pak. Badannya Raya agak hangat. Biar bisa istirahat di sana saja," jawab Anne.
"Soraya sakit lagi?" tanya Pak Alief sembari mengambil tumpukan buku paket dari Raya.
"Nggak apa-apa, kok, Pak. Cuma kelelahan saja karena kemarin latihan teaternya sampai malam."
"Jangan diforsir." Anne memberikan Raya kode telunjuk agar mendengarkan nasihat guru mereka. "Oh iya, Marianne, ini mengenai nilai matematika kamu ...."
Wajah Anne langsung cemberut membuat Pak Alief juga Raya terkekeh. Matematika adalah momok terbesar Anne setelah berat badannya.
"Bukannya apa-apa, Marianne. Hanya saja, kamu kan di kelilingi oleh beberapa orang yang pndai matematika. Bapak cuma berharap kamu bisa meningkatkan nilai kamu lagi. Nilai mata pelajaran yang lain sudah bagus, lho, cuma matematika saja selalu tertinggal. Mumpung masih di awal, Bapak sarankan untuk belajar bersama Septian ataupun Soraya. Biar ada kesempatan untuk masuk jalur SNMPTN."
Raya menyampaikan rasa ketidakbertannya, selama itu Anne, Raya siap membantu. Anne yang tahu jika Raya sudah punya banyak jadwal latihan olimpiade juga latihan teater tidak ingin membebani gadis itu lagi. Dia akan meminta bantuan Raya setelah bertanya pada Septian lagi. Huft, kalau dipikir-pikir Anne sudah sangat banyak bergantung pada kakaknya itu. Anne tidak bisa membayangkan apa jadinya dirinya nanti jika Septian tidak lagi di sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNE The Sweet Potato
Teen FictionMarianne Eka Wirya atau yang sering dipanggil Anne adalah gadis manis dengan berat badan yang berlebih. Orang sekitarnya memanggil dengan julukan Anne si Kentang. Bisakah Anne melewati masa-masa SMA-nya tanpa ada hambatan? Ilustrasi cover by Hasuu_n...