Anne mencoba mengintip ke dalam ruangan Bimbingan Konseling. Dia khawatir dengan Hwan juga terutama kakaknya, Septian yang selama ini memiliki catatan bersih dari buku BK. Wajah Anne mengernyit saat melihat Pak Agus menoyor kepala Hwan. Setelahnya giliran Septian yang juga kena semprot. Segera Anne bersembunyi di balik tembok ketika Pak Agus meninggalkan ruang BK diikuti Hwan juga Septian.
Sebenarnya Anne ingin menyusul tapi lebih dahulu sebuah tangan menahan pundaknya. "Marianne," panggil Pak Alief yang juga merangkap sebagai wali kelasnya.
"Kamu ngapain di sini? Bel masuk kelas sudah berbunyi dari tadi. Kamu nggak masuk ke kelas?" tanya Pak Alief curiga.
"Er ... itu tadi aku disuruh sama guru untuk ambil buku tugas anak-anak, ini aku ke ruang guru, Pak."
Pak Alief pun mengizinkan Anne untuk pergi. Gadis itu menoleh ke belakang, memastikan jika wali kelasnya tidak berjalan di belakang. Mengitari ruang guru, Anne bisa melihat Hwan juga Septian yang berdiri hormat di bawah tiang bendera. Semua ini gara-gara kakak kelasnya bernama Sean.
Anne tiba-tiba merasa jijik dengan pipinya. Jika mengingat kembali, Anne selalu mengusap pipinya untuk mengilangkan bekas bibir Sean. Dia tidak tahu apa tujuan Sean melakukan itu. Bahkan mereka berdua saja tidak saling kenal. Kalau sampai papanya tahu ... tubuh Anne merinding membayangkan Septian yang bercerita tentang kejadian istirahat tadi siang pasa papanya. Amit-amit jangan sampai papanya tahu.
Tak mempedulikan jam pelajaran sedang berlangsung. Anne berniat bolos untuk jam pelajaran ini. Dia membeli dua botol air mineral dingin dari kantin. Memastikan lapangan telah kosong sepenuhnya, Anne memberanikan diri menyusul dua laki-laki yang sedang melakukan hormat bendera.
Septian menatap Anne bingung. Seharusnya adiknya itu sedang berada di ruang kelas saat ini. Kenapa tiba-tiba Anne muncul di sini?
"Kak," panggil Anne memberikan sebotol air mineral padanya. Tak lupa Anne juga membukakan tutup botol. Begitu pun dengan Hwan, Anne juga menawarkan sebotol air mineral dingin yang tutup botolnya telah dibuka pula.
Tidak seperti Septian yang setia mengangkat tangannya hormat. Hwan menerima air botol itu kemudian ditegaknya habis dalam satu kali minum. Anne bisa paham, pasti Hwan kelelahan juga dijemur di bawah terik seperti ini membuat Hwan dehidrasi. Kini permasalhannya, Septian tak kunjung menerima air minum yang telah Anne belikan untuknya.
"Kak, ini diminum dulu. Nanti kakak dehidrasi, lho."
"Kamu mending ke kelas saja, Ne. Nanti kalau dilihat sama Pak Agus, bagaimana?"
Mata Hwan berkedut melihat debat kecil antar duamanusia di depannya. Karena masih merasa haus, Hwan meraih air mineral yang dibawa oleh Anne untuk Septian. "Kak, itu untuk-" Belum selesai Anne melarang, Septian merampas kembali botol air itu dari Hwan.
Septian memejamkan matanya berusaha untuk tetap sabar. "Kakak bakal minum tapi setelahnya kamu janji untuk kembali ke kelas."
"Yaudah diminum, dulu."
Sama seperti Hwan, Septian pun sedang sangat kehausan sampai botol air itu pun tandas dalam satu kali minum. Septian mengembalikan botol air yang telah kosong pada Anne. "Sekarang kamu masuk ke kelas." Anne memegang janjinya pada Septian. Dia tidak ingin membuat kakaknya kembali kesal.
Namun karena sudah berniat membolos, Anne memilih beristirahat di perpustakaan. Pun jika kembali ke kelas dia akan kena tegur guru. Mengambil sebuah novel remaja, Anne menghabiskan sisa jam mata pelajarannya dengan membaca. Sebuah kisah cinta sederhana mengangkat tema cinderella versi modern. Kapan Anne bisa punya pangeran berkuda putih sendiri? Kalau menunggu untuk cantik rasanya sampai tua pun tidak akan kesampaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNE The Sweet Potato
Teen FictionMarianne Eka Wirya atau yang sering dipanggil Anne adalah gadis manis dengan berat badan yang berlebih. Orang sekitarnya memanggil dengan julukan Anne si Kentang. Bisakah Anne melewati masa-masa SMA-nya tanpa ada hambatan? Ilustrasi cover by Hasuu_n...