Setelah itu mereka pun menghabiskan waktu bersama belajar matematika di rumah Anne seperti yang disarankan oleh Pak Alief. Namun seharian itu Aji tak keluar dari kamarnya bahkan setelah Hwan selesai makan siang dan izin pulang pun Aji tak menunjukkan batang hidungnya.
Anne tahu jika pria itu masih menghindarinya. Dan Anne juga sama sekali tak mencoba mencari pria itu.
Keesokan harinya, Anne menghabiskan istirahat siangnya bersama Raya di kelas. Mereka membawa bekal masing-masing.
"Gimana, Ne? Kamu setelah ujian jadi gabung malam keakraban sama tim teater lain?" tanya Raya.
Anne menggeleng. "Aku masih dihukum sama papa. Jadi aku ga bisa gabung sama kamu. Kamu nggak apa-apa sendirian kan?"
"Nggak apa-apa. Bapak sama Ibu izinin kok."
"Oh begitu ... Oh iya, aku hampir lupa mau biang ini. Kamu mau nggak-"
"Anne!" sapa Hanum dengan dua pengikut setianya. Hanum duduk di kursi depan di mana orang yang punya sudah pergi ke kantin dan tak akan kembali sampai bel berbunyi.
Anne sempat melirik ke arah Raya merasa tak enak karena hanya dirinya saja yang disapa. Entah kenapa Anne merasa ada sesuatu antara Raya juga Hanum ini. Hanum selalu mengacuhkan Raya padahal Raya selalu ada di samping Anne.
"Kamu mau nggak satu kelompok sama aku untuk tugas kelompok berpasangan dua orang pelajaran biologi?"
"Um ... maaf, Hanum. Aku sudah berpasangan dengan Raya."
Hanum melirik Raya sejenak.
"Oh, Iva belum punya pasangan kan? Gimana kalau Soraya sama Iva saja?"
"Kenapa Iva ga sama kamu aja, hanum?" tanya Raya dengan polos.
"Iva memang awalnya sama aku tapi rumah sama ku jauh banget. RUmah aku sama rumah Anne juga lebih dekat. Rumah Iva sama kamu juga dekat bukan? Satu desa ga sih?" tanya Hanum kepada Iva dan Iva menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
Padahal Anne sama Raya sudah sepakat akan mengerjakan tugas biologi mereka di salah satu kafe sebelum dikumpulkan ketika ujian tengah semester nanti. Anne melihat ke arah Raya.
"Kayaknya aku sama Iva aja ya, Raya. kamu juga kan masih ga dibolehin papamu untuk pergi kemana-mana sepulang sekolah."
"Oh ya? Aku ga masalah kok kalau ngerjain di rumahmu, Ne," ujar Hanum dengan semangat.
"Hm ... kamu yakin nggak apa-apa?"
Raya mendekat untuk membisikkan sesuatu kepada Anne. "Sejujurnya aku juga mau hemat uang jajan, jadi kita terima penawaran Hanum ya?'
Ah ... anne mengerti skarang. Gadis itu mengangguk. Anne memang niatnya ingin mengajak Raya untuk mengerjakan tugas mereka di kafe dan mentraktirnya tapi itu juga butuh ongkos bag Raya. Anne tidak ingin memaksa Raya karena ia tahu kondisi keuangan setiap orang berbeda-beda.
Hanum emmperhatikan raya yang ebbrisik ke arah Anne malu-malu.
"Boleh, hanum. Aku sama kamu, ya? Kalau besok kerja kelompoknya gimana?"
"Um ... hari jumat bagaimana? Besok aku ada les di tempat lain."
"Jumat sama sabtu aku ada latihan teater."
"Minggu?"
"Minggu ..." Anne tidak bisa karena sudah ada janji dengan Hwan dan Septian untuk belajar bersama mingguan.
"Hari minggu aja ya, Ne ... please..."
"Kalau siang bagaimana?" tanya Anne
"Oke deh, ga masalah. Di rumahmu aja ya, Ne?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNE The Sweet Potato
Novela JuvenilMarianne Eka Wirya atau yang sering dipanggil Anne adalah gadis manis dengan berat badan yang berlebih. Orang sekitarnya memanggil dengan julukan Anne si Kentang. Bisakah Anne melewati masa-masa SMA-nya tanpa ada hambatan? Ilustrasi cover by Hasuu_n...