2 Kesialan Anne

19.9K 3.1K 251
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya sayang-sayangkuuuuu 

*

Kau by T-five

Di hari selanjutnya Septian kembali menjemput Anne masih dengan atribut yang sama. Tapi di hari kedua ini berbeda, Septian harus menurunkan Anne dua ratus meter sebelum gerbang sekolah. Itu adalah persyaratan di hari kedua MOS. Anak laki-laki itu tertawa melihat Anne yang merengut karena harus turun dari motor.

"Anggap saja olahraga," hiburnya.

"Tapi dua ratus meter itu jauh, Kak."

"Untung cuma segitu, Ne. Tante Qia udah mau ngelabrak kepala sekolah untuk minta dijauhin lagi jaraknya sampe dua kilometer supaya kamu bisa olahraga."

"Mama mah gitu, lebay banget sih."

"Bawa sini tas sekolahnya, biar kakak yang bawain." Anne tersenyum manis mendapatkan perhatian dari kakaknya itu. 

"Makasih Kak Septian." Septian hanya memutar matanya jengah, Anne sangat jarang menyebut namanya dengan benar. Kalaupun iya, itu hanya karena ada maunya saja. Cowok itu kembali melajukan motornya meninggalkan Anne yang menatap sedih jalanan di depannya. Ia berdo'a pada Tuhan jangan sampai ia pingsan di tengah jalan.

Tubuh Anne memanglah tidak bugar, buktinya baru seratus meter saja napasnya sudah tersengal-sengal. Kemarin, setiap jam olahraga saat dia SMP, Anne selalu mencari alasan untuk skip dengan alasan sakit atau yang lainya. Atau waktu olahraga rutin keluarga TNI AD pun Anne memohon-mohon pada papanya untuk tidak ikut. 

Permasalahan awal yang membuat Anne semakin malas berolahraga adalah tatapan justifikasi dari orang lain. Meskipun mereka tidak mengatakannya secara langsung karena takut dengan papa dan kakeknya tapi Anne masih sering dibuat risih dengan tatapan mengejek mereka. Itu yang membuat Anne inscure dan mengakibatkan Anne semakin bermalas-malasan. Rumah adalah pelindung bagi Anne, tak ada orang-orang yang bisa menatapnya. Semakin lama ia di rumah semakin nyaman hidupnya tanpa merasa minder.

Wajah Anne telah dipenuhi oleh peluh, di depan gerbang sudah banyak siswa lainnya yang menuliskan absen pada kakak kelas yang juga menjadi panitian MOS. Septian yang sudah sampai sedari tadi menunggu Anne sembari bersandar di gerbang sekolah. Sesekali ia membalas sapaan siswa baru yang mengenalnya atau teman-temannya. Ia tertawa kecil melihat wajah kelelahan Anne. Disusulnya Anne yang baru selesai absen.

"Ini tasnya, kamu simpan di kelas saja."

"Ah ... capek banget tahu, Kak."

Septian mengeluarkan tumbler yang masih terisi penuh, diberikannya untuk Anne karena tahu bahwa anak itu pasti kehausan. Air minum yang dibawanya pun akan luden dalam sekali minum.

"Ingetin Kakak untuk bawa satu galon besok, ya?"

"Untuk apa?" tanya Anne bingung.

"Buat persiapan kamu, kamu minumnya banyak banget!"

"Astaga ... nih! Ambil lagi saja kalau nggak ikhlas!"

Septian tertawa melihat wajah kesal Anne, diambilnya kembali tumbler dari Anne dan diletakkanya pada tas gadis itu. "Bercanda, Dek. Dahlah, sekarang kamu masuk kelas istirahat dulu nanti langsung ke lapangan ambil tanda-tangan, oke?" Anne yang masih cemberut pergi meninggalkan Septian yang berdiri memastikan Anne masuk ke dalam kelas dengan selamat. 

Bersama teman barunya, Raya, Anne hampir menyelesaikan tanda tangan semua kepengurusan di sekolah. Bahkan Septian langsung menandatangani buku Anne tanpa perlu gadis itu menyanyi ulang lagu Indonesia Raya. Anne dan Raya ikut berkumpul dekat ring basket untuk minta tanda tangan Ketua Ekstra Futsal yang anehnya sedang bermain basket sendirian. Anne coba ikut melongokkan kepalanya dari belakang untuk melihat bentu rupa orang yang merepotkan itu.

ANNE The Sweet PotatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang