45 Kesombongan Seorang Marianne

11.8K 999 197
                                    

Peluit berbunyi. Anne memperhatikan perlombaan di depannya dengan penuh ketertarikan. Seseorang seperti Boy yang Anne kenal penuh guyon pun bisa menunjukkan ekspresi serius untuk berlari sekencang mungkin.

Ketua teaternya itu berlari lebih lambat dari barisan di samping tapi sudah cukup untuk menyusul Septian dan memberikannya baton. Septian menyusul berlari sekencang mungkin untuk mengelilingi lapangan. Tak sekalipun Anne berdetik memperhatikan Septian berlari. Kaki panjang pemuda itu mampu menyamakan posisi seperti kompetitornya yang lain.

Semua orang menyorakkan nama Septian di setiap pijakan kaki yang dibuatnya. Sorakan dan elu-elu terdengar ketika Septian berhasil menutupi kesenjangan jarak akibat Boy yang berlari tak terlalu cepat dibanding kompetitor lain. Mereka bertepuk tangan semakin mengakui kehebatan Septian. Baton pun diberikan kepada Hwan.

Perlombaan semakin sengit karena Hwan menerima baton bersamaan dengan kompetitor lainnya, Sean. Sean adalah anak yang cukup atletik. Ia adalah ketua basket dimana kaki-kakinya sudah terlatih. Namun latihan melompat akan berbeda dengan latihan berlari yang sering Hwan lakukan sebagai seorang pemain futsal.

Anne meremas tangannya gugup. Ia berharap Hwan bisa segera terlepas dari bayangan Sean yang berlari di dekatnya. Sean yang tak mau kalah terus menempelkan dirinya kepada Hwan membuat pemuda itu kesal.

"Fuck off!" ujar Sean mendorong tubuh Hwan menggunakan pundaknya. semua orang bersorak senang ketika Hwan hampir akan jatuh. Sean tersenyum miring ke arah Hwan yang tertinggal. Hwan tak ingin kalah. Ia berlari lebih cepat menggunakan semua kemampuannya hanya untuk mendorong Sean menggunakan pundaknya hingga Sean tersungkur ke atas lapangan.

Dan Hwan pun menyelesaikan perlombaan menenangkan kelasnya. Beberapa tak terima akan sikap Hwan yang kasar tapi baik Hwan maupun Septian tak peduli.

"Itu untuk apa yang kamu lakuin ke Anne," bisik Hwan membuat Sean mengumpat. Sean berdiri cepat untuk memukul Hwan tapi Septian menahan tangan pemuda itu dan beberapa guru termasuk Pak Alief yang merupakan penanggung jawab acara langsung melerai dan menyuruh pembawa acara untuk melanjutkan pertandingan kelas lain.

"Fiuh, panas ya ..." komentar pembawa acara. "Kalau begitu ayo kita dinginkan dulu dan lihat pertandingan dari adik-adik gemes kita semua! Yuk, tepuk tangannyaaaa!" teriak pembawa acara membuat Anne takut untuk bersiap-siap.

Melihat perlombaan di depannya, Anne jadi khawatir bagaimana performa dirinya nanti. Apakah dirinya bisa memenangkan perlombaan? Jika dia kalah, Anne punya firasat bahwa teman-temannya akan menyalahkannya.

"Huft ... aku nggak akan bisa berlari seperti itu," gumam Anne.

Hanum yang berdiri di depannya menoleh dan mengangkat alisnya. Ia memperhatikan Anne dari atas hingga bawah membuat Anne risih.

"Maaf, kalau kita kalah," ujar Anne kepada Hanum.

"Ga asik banget," balas gadis itu yang kemudian melakukan peregangan di pinggir lapangan. Raya yang berada di samping Anne menyemangati temannya itu.

Semua peserta sudah bersiap di pinggir langan dan melakukan pemansan. Bahkan untuk melakukan pemanasan saja Anne malu. Dia insecure karena banyak orang yang akan melihatnya.

"Ayo, Anne. jangan berdiri di situ aja!" teriak Hanum membuat Anne berjalan malu ke lapangan.

Semua orang langsung berbisik-bisik membuat Anne merasa semakin kecil dan menghilang dari permukaan bumi. Langkah kakinya berhenti berjalan ketika mendengar julukan-julukan yang menyakitkan hatinya. Seperti kentang, gajah, dan lain-lain. Anne menunudk malu tak bernai menatap depannya.

Seseorang memegang tangannya. Ia mendongak dan melihat hanum yang terlihat kesal.

"Duh, kamu tuh lama banget. Nanti kalau nggak pemanasan kamu bisa kram."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANNE The Sweet PotatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang