17. Aku Mencintaimu

542 75 0
                                    

Sudah beberapa bulan berlalu.

Baik Haki maupun Leith tidak melakukan apapun kecuali menemani Raki dan Kiana. Benar-benar dilarang Rakina untuk bekerja.

Tiga hari sebelum malam bulan purnama. Berbagai persiapan pernikahan sedang dilakukan. Aula pelatihan dijadikan tempat utama dalam acara. Karena baik Haki ataupun Leith tidak memiliki darah bangsawan. Jadi pernikahan dilakukan di aula pelatihan.

Raki yang sedang sibuk membantu para prajurit membawa beberapa barang terlihat menggemaskan. Banyak yang melarang Raki untuk ikut membantu. Tapi anak itu malah menangis.

Rakina yang sedang sibuk dengan berkas-berkasnya terlihat sangat kelelahan. Ia harus menyelesaikan semuanya sebelum pernikahan Haki.

Sebuah ketukan pintu memecahkan keheningan ruang kerja Rakina.

"Pergilah! Aku tidak mau diganggu saat ini."

Kata Rakina.

Tapi ketukan lagi-lagi terdengar.

Dengan geram Rakina bangkit dan menuju pintu. Saat pintu dibuka ia mendapati Kiana sedang membawa beberapa makanan ringan.

"Maaf mengganggu waktumu Yang Mulia. Aku hanya mau memberikanmu beberapa makanan ini."

Kiana masuk kedalam dan menaruh nampan berisi kue dan buah di meja kerja Rakina.

Lekas ia langsung menuju Rakina yang masih berdiri diambang pintu.

"Saya akan segera pergi."

Rakina menahan tangan Kiana. Ia segera mengunci pintu dan membawa tubuh mungil Kiana keatas meja kerjanya.

"Terima kasih atas camilannya, terlihat sangat menggugah selera."

Kata Rakina.

Kiana mengangguk dan tersenyum.

"Syukurlah Yang Mulia menyukainya."

Rakina menatap mata Kiana dengan lembut. Tangan besar Rakina meraba pinggul Kiana. Bibir hangatnya juga mulai menyentuh kulit leher jenjang Kiana.

"Ya--yang Mulia... Apa yang anda lakukan?"

Wajah Kiana kini sangat merah. Ia mendorong pundak Rakina untuk menghentikan aksinya. Tapi hasilnya nihil. Rakina malah semakin berani menyentuh tubuh indah Lylli nya.

"Kenapa? Bukankah aku sedang makan camilanku? Begitu istimewa dan enak..."

"Aku bukan makanan!"

Kiana memajukan bibirnya. Cemberut. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa Raja Kinkira yang selama ini bersikap dingin dan tegas dihadapan prajurit dan bangsawan. Kini sedang menggodanya dengan kata-kata dan tingkah yang mesum.

"Terima kasih susah menerimaku Kiana... Aku sangat berterima kasih."

Kata Rakina sambil menaruh dahinya dipundak Kiana. Ia tidak tau bagaimana cara mengungkapkan perasaannya kepada Kiana.

"Aku tidak mau rasa terima kasih."

"Huh...?"

"Aku Kiana, menginginkan rasa cinta dari calon suamiku. Raja Kinkira, Rakina. Apa itu tidak bisa aku dapatkan?"

Mendengar kata-kata Kiana yang sudah mulai berani. Rakina memeluk tubuh mungil itu dengan erat dan mencium telinganya.

"Aku mencintaimu Kiana. Sangat."

"Aku juga mencintaimu Alpha ku.... Terima kasih sudah menumbuhkan rasa cinta ini."

Pelukan dilepaskan. Kini berganti dengan dua bibir hangat saling menyatu dan lidah saling menjilat.

Desahan sampai lengguhan kecil terdengar dari bibir kecil Kiana. Suara-suara nakal juga lolos dari bibirnya.

Rakina dengan penuh ketidaksabaran terus menciumi tengkuk leher Kiana sampai berbekas.

"Rakina, tolong hentikan.... Cepatlah bereskan pekerjaanmu agar kau bisa menghadiri pernikahan Haki. Dia adikmu bukan?"

Kata Kiana sambil tersenyum dengan menangkup kedua pipi Rakina.

"Kau benar... Aku harus kembali bekerja, tapi jangan tinggalkan aku. Feromonmu membuatku bersemangat."

"Ahaha... Aku tau Rakina. Akan kutemani sampai semuanya selesai."

Rakina kembali mengerjakan tugas-tugasnya. Ditemani dengan Kiana yang terus menyuapi kue dan buah kepada Rakina.

Beauty Omega For Beast AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang