34. Kinara Lorenzy A.

2.8K 238 8
                                    

34

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

34. Kinara Lorenzy A.

Diva berjalan menuruni tangga. Setelah mendekam dan hampir mati kebosanan dirumah selama tiga hari, akhirnya dia kembali bersekolah besok.

Diva berjalan kearah dapur, rumah ini tampak sepi. Gibran sudah pulang kerumahnya. Menyisakan Laskar dan Biru. Bolehkah Diva merindukan laki-laki menyebalkan itu?

"Sepi amat dah," Gumamnya pelan.

Gadis itu melirik arloji yang menempel di lenganya, jam baru menunjukan pukul setengah sepuluh malam.

Dia mengedarkan pandanganya, sepertinya para maid sudah beristirahat di kamar masing- masing. Diva mengernyitkan dahi saat melihat Kinar masih berada didapur.

Gadis itu berjalan mendekat,

"Kinar?.."

Kinar menoleh lalu tersenyum, "Ada yang bisa saya bantu, Noona?."

"Lo ngapain disini?."

Diva melihat kinar membawa sebuah kamera DSLR kecil.

"Hanya mengambil gambar biasa, Noona. Saya menyukai desain dapur ini. Maaf apabila itu menganggu privasi anda. " Kinar menunduk.

Meski tak percaya, Diva tetap mengangguk mengiyakan. Masa bodo, toh hanya dapur bukan?. Dapur bukanlah tempat yang memiliki privasi kuat. Jadi tak masalah. Pikirnya.

"Biru sama Laskar dimana?."

"Tuan Muda pergi sejak pukul delapan tadi, Noona. Apa perlu saya mengabati mereka?,"

Diva terkekeh, "Gak perlu, lo lebih kayak bodyguard pribadi gue ketimbang maid disini, Kinar."

"Kalo Dave nyari gue, bilang aja gue keluar mau nyari makanan."

Diva berjalan ke basement. Mengambil Lamborghini Adventor berwarna putih susu lalu melajukanya meninggalkan pekarangan Mansion dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Enaknya makan apa ya?," Gumamnya tampak berpikir.

Diva melihat sebuah cafe yang masih ramai,
mobil itu masuk ke salah satu parkiran cafe.

Dia keluar dari mobilnya dan masuk kedalam.

•••

Dia makan dengan tenang dan sendirian.

Ting

Bel pintu cafe berbunyi tanda pelanggan masuk, gadis itu hanya menghiraukan saja toh tak penting untuknya.

Namun, entah kenapa secara reflek dia menoleh saat mencium bau parfum yang sangat dikenalinya.

Disana terdapat sepasang remaja diikuti lima paruh baya dibelakangnya yang diduga adalah keluarga dari keduanya.

Adiva [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang