Bagian 5 ; pembunuh

57 16 6
                                    

Pemuda itu masih berdiam diri di tengah ruangan. Kedua tangan masih di posisi semula. Menutup kedua telinga nya. Dia menggerakkan pupil matanya dengan takut takut dan kembali memejamkannya saat melihat jendela yang telah berubah warna menjadi merah terang

Tidaklah menyenangkan saat dirimu membuka mata dan yang menyambutmu adalah mayat orang orang yang bahkan sudah tidak bisa dibedakan mana tangan dan yang mana kaki .

"Ma'afin aku. Maaf..."

Danang Maheswara Setiaji atau kerap dipanggil Setya oleh teman temannya. Main Character dari SMA 5 Yogyakarta. Yang juga pemenang dari sekolahan ini.

Dia menjadi pemenang sebab ketidaksengajaan. Dirinya tidak sengaja meledakkan sebuah bom di depan aula. Awalnya dia mengira itu adakah saklar lampu. Tapi ternyata bukan. Dan malangnya, banyak dari teman temannya yang berada di sekitar bom tersebut.

Sebenarnya Setya tengah bersama teman temannya mencoba untuk bersembunyi dan menghindar dari yang lain. Saat hendak memasuki ruangan musik, mereka merasa ada suara yang aneh. Salah satu dari mereka meminta Setya untuk menghidupkan lampu. Beberapa dari mereka merasa itu tidak perlu. Tapi gadis itu bersikeras untuk menyalakan lampu karena khawatir jika mereka berada di dekat killer.

Akhirnya Setya menyetujuinya. Tapi naas, bukan lampu yang hidup justru nyawa teman temannyalah yang melayang. Setya yang memang sudah berada di dalam ruangan awalnya heran mengapa lampunya tidak bisa hidup. Dan saat ia mencoba tombol di sebelahnya barulah lampu di atasnya menyala.

Setya berbalik dan tidak bisa berkata kata saat melihat teman temannya sudah tidak bernyawa dengan keadaan yang bisa membuat siapa saja mengeluarkan isi perut mereka. Siapa yang menyangka tombol di damping saklar lampu itu adalah bom. Dan mengapa ia tidak mendengar suara sama sekali?!

"SMA 5 YOGYAKARTA. WINNER DANANG MAHESWARA SETIAJI. CONGRATULATIONS!!"

Setya semakin memejamkan matanya. Dia benci kenyataan kalau dia menang. Karena itu berarti dia adalah pembunuh.

"BERISIK BANGSAT!!" Teriak Setya diiringi umpatan umpatan lainnya.

"Aku pembunuh?" Gumam Setya setengah tidak percaya.

Well, secara teknis dia memang pembunuh. Walaupun itu tidak disengaja. Tapi tetap saja Setya merasa itu adalah salahnya.

Jika saja dia tidak menekan tombol yang salah. Jika saja ia tidak setuju untuk menghidupkan lampu.

Bukan.

Jika saja dari awal ia tidak berangkat kesekolah. Maka ini semua tidak akan terjadi padanya.

Setya terdiam beberapa jam setelah kejadian itu. Dia terus menerus memikirkan jika ia tidak melakukan ini, jika ia tidak melakukan itu, dan jika jika yang lain. Tapi dia tersadar bahwa itu tidak akan mengubah segalanya dan apa yang telah terjadi.

Saat dirinya sudah sedikit tenang. Setya kembali menghela nafas kemudian berdiri. Melangkah perlahan keluar aula dengan ditemani suasana sunyi nan menyeramkan.

"Astaga. Berasa ada di rumah hantu" lirihnya saat melihat sekeliling aula yang berceceran darah. Perutnya terasa diaduk aduk.

Setya berhenti saat dia sudah sampai ke lapangan sekolah.

Baiklah seseorang tolong jelaskan mengapa lapangan dan sekitarnya menjadi sangat bersih?

Setya melihat ke aula, dan kembali melihat ke lapangan. Sungguh perbedaan kedua tempat itu sangat kontras. Di aula semuanya serba merah dan bau anyir. Sedangkan dilapangan semuanya sangat bersih dan kinclong seolah baru saja dibersihkan.

Bahkan Setya berani menjamin ia melihat dengan mata kepalanya sendiri keadaan lapangan sebelum ini. Dan keadaannya sangat parah.

Setya menggelengkan kepalanya berusaha untuk tidak peduli dan bergegas pergi dari sana.

Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang