MPD•11

3.9K 185 6
                                    

Happy reading ❤

Rey pun sekilas melihat mata Alena yang berkaca kaca seakan akan air mata tersebut siap untuk tumpah di wajah cantiknya. Ia ingin sekali membujuk Alena agar tidak marah. Tapi Rey tau gadisnya itu butuh waktu untuk berfikir.

******

Malam ini begitu cerah. Bulan bersinar dengan terangnya. Para bintang pun bergemerlap setia mendampingi rembulan. Berbanding terbalik dengan keadaan perempuan ini. Jika menurut mereka malam ini malam yang indah. Maka tidak dengan Alena. Malam ini malam yang sama malam yang buruk buatnya.

Hufft sudah tiga hari ia mengurungkan diri di kamar serta mogok makan dan puasa berbicara kepada keluarganya. Sudah tiga hari pula ia titip absen kepada teman-temanya. Dia masih marah. Tak masalah jika dia dibilang childish.

Bukan apa apa ini masalah kehidupannya kelak dia merasa belum pantas bila bersanding dan menyadang status sebagai istri diwaktu yang dekat. Alena tak pernah memikirkan hal itu.

Bahkan ia tak tau apa dia sama Rey bisa menjalankan kehidupan bersama dengan bahagia, membayangkannya saja membuat kepala Alena pening.

Suara pintu kamar terbuka, nampak bang Alan masuk ke kamarnya sambil membawa kan makan malam untuk Alena.

" Hai " ujar bang Alan menghampiri Alena.

" Makan yuk. Ini abang bawain makanan kesukaan kamu " sapa bang Alan di samping Alena.

Alena masih dengan pendirianya, ia tidak menggubris perkataan abangnya.

" Alena.. " panggil bang Alan sekali lagi dengan lembut.

Bang Alan pun mengehela napas. Sudah tiga hari adiknya tidak mau bicara kepadanya, " Alena kamu gak bisa seterusnya begini. " ucap bang Alan menatap sedih kearah Alena.

Alena pun masih terdiam dia masih tak mau bicara meskipun itu abangnya.

Bang Alan pun tersenyum melihat Alena, tanganya merapikan rambut adeknya dengan sayang.

" Kamu gak mau liat kondisi mama sekarang? " tanya Alan pelan.

Alena pun menoleh kearah Abangnya, " Buat Apa? Toh mereka juga gak mikirin kondisi Alena. " jawab Alena sakartis.

Alan pun tersenyum kecil, akhirnya adik kecil nya itu bersuara juga.

" Kata siapa mereka gak mikirin kamu? Hmm.. " tanya bang Alan sambil mengelus rambut Alena dengan sayang. Alena pun hanya mengerdikan bahunya.

" Mereka sangat sedih melihat kamu seperti ini. Kamu tauh Mama bahkan menghukum dirinya sendiri. Mama juga sama kaya kamu. beliau tidak mau makan. Beliau selalu menangis. Beliau selalu menyalahkan dirinya sendiri. Dan sekarang Beliau lagi sakit. " ujar Alan menceritakan keadaan keluarganya sekarang.

Alena pun menundukan kepalanya. Astaga apa yang telah ia perbuat. Dia telah menyakiti hati Orang tuanya terutama kepada Mamanya. Demi keegoisan hatinya ia telah menyakiti orang-orang yang ia sayangi.

Alan pun memeluk adiknya. Alena menangis sesenggukan di pelukan abangnya.

" Bang, Alena anak durhaka ya. Alena udah bikin Mama nangis. Alena gak tau kalau Mama sampai sakit. " ucap Alena terisak isak.

" Ssstt... Udah ini juga bukan sepenuhnya salah kamu. Disini semua gak ada yang salah. Hanya waktu dan keadaan yang kurang mendukung. " Ujar Alan menenangkan Alena.

Alena semakin terisak, Alan pun semakin mengeratkan pelukanya. Ia ikut sedih matanya sudah berkaca-kaca. Ia sangat menyayangi adiknya. Ia tak tega Melihat keadaan adiknya seperti ini ia turut merasakan apa yang dirasakan Alena.

MY POSSESIFE DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang