🍃 13 - Rindu

305 41 0
                                    

🌸
___________________________

🍁


Rindu


🍁
_____________________


Minho berjalan mondar mandir di dalam kelas. Wajahnya tampak gelisah, ia juga sesekali melirik jam di pergelangan tangannya.

Bel istirahat sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu, itu artinya ia hanya tinggal memiliki 20 menit tersisa.

"Yak! Kau kenapa?" tanya Hyunjin.

"Aku gugup." Pemuda itu mendekat ke arah Hyunjin lalu duduk di hadapannya.

"Kau 'kan pemain, bisa beritahu aku bagaimana mengungkapkannya?" tanya Minho penuh harap. Sementara Hyunjin hanya menaikan alisnya bingung.

"Kau bicara apa?"

Minho mendengus. "Maksudku, bagaimana caranya aku menyatakan perasaan kepada Ji Hana!"

"Oh..." Hyunjin manggut-manggut. "Sebelumnya, kau harus selesaikan dulu urusanmu dengannya." Ucapan Hyunjin membuat kening Minho mengernyit.

Hyunjin menunjuk ke arah pintu dengan dagunya. "Buat dia tidak mendekatimu lagi," ucap Hyunjin pelan namun terdengar serius.

Minho menoleh ke arah pintu, Changbin yang tengah fokus pada ponselnya juga ikutan menoleh.

Di sana ada Nayeon yang sedang berjalan ke arah mereka dengan kotak bekal di tangannya.

"Kau tahu 'kan siapa yang mengirim rekaman suara Hana padamu?" Hyunjin menyeringai, lalu menoleh pada Changbin, menepuk pelan bahu pemuda itu.

"Ayo keluar, Minho butuh waktu berdua bersama Nayeon!"

Hyunjin berdiri diikuti Changbin.

"Ingat saranku," bisiknya saat melewati Minho. Nayeon yang baru datang tersenyum canggung melihat Hyunjin dan Changbin yang malah bersiap pergi.

"Kalian mau ke mana?" tanyanya.

"Ah kami mau ke kantin lapar," jawab Changbin.

"Duluan, Nay!" tambah Hyunjin.

Meski heran dengan sikap ramah mereka, Nayeon hanya membalasnya dengan tetap tersenyum.

'Bukankah ini bagus, agar aku bisa berduaan dengan Minho?' pikirnya.

"Duduk Nay!" Minho menggeser tempat duduknya, mempersilahkan Nayeon untuk duduk di kursi yang ia tempati barusan. Sementara ia bergeser ke sebelahnya.

Nayeon tersenyum lalu duduk di tempat yang Minho suruh. Gadis itu membuka bekalnya dengan perasaan gembira.

"Aku senang bisa makan siang denganmu, Minho." Ia memberikan sumpit kepada Minho. Pemuda itu menerimanya begitu saja.

"Aku juga senang," jawab Minho, tatapannya lurus ke depan.

"Tapi, mulai besok tidak usah membawakanku bekal lagi."

Perkataanya membuat Nayeon yang akan menyuapkan makanan ke dalam mulut menoleh. Ia menatap Minho kaget. Sementara yang ditatap tidak menoleh, masih menatap lurus ke depan.

"Haha kenapa?" tanya Nayeon berusaha bersikap biasa. Ia tetap memasukan makanan ke dalam mulut meskipun kini selera makannya tiba-tiba hilang setelah mendengar ucapan Minho barusan.

Minho memaksakan diri untuk menoleh. Sebenarnya ia tidak mau mengatakan ini, ia tidak ingin menyakiti Nayeon yang sangat baik kepadanya, tapi ia harus memilih.

Dan Nayeon, bukanlah pilihannya.

Minho merapalkan do'a. Jika memang Nayeon menyukainya, ia berharap ucapannya nanti tidak membuat gadis itu menangis. Karena sungguh, Minho benci melihat seorang wanita menangis, terlebih jika ia lah alasan dari tangis itu.

Dear Mantan [ Minsung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang