🍃 19 - Pengakuan

320 45 0
                                    

🌸
___________________________

🍁


Pengakuan


🍁
_____________________


Lixy hampir saja memekik kaget saat sebuah tangan tiba-tiba merangkulnya dari samping.

"Yak! Kau mau mati?" Ia menatap si pelaku dengan tatapan tajam.

"Aw, kau jadi menyeramkan ya sejak berhenti menyukai sepupuku," sahut Hana berniat menggoda. Lixy memutar bola mata jengah. Untuk apa sahabatnya itu kembali mengungkit pemuda tampan yang sudah melukainya.

Lixy berjalan lebih dulu membuat rangkulan tangan Hana di bahunya terlepas begitu saja.

"Yak! Kau kenapa?" Hana mensejajarkan langkah dengan Lixy sambil sesekali membungkuk mengintip ekspresi Lixy, mengingat sahabatnya ini memiliki postur tubuh yang lebih pendek darinya. Lixy hanya mendesis. Bukan Hana yang ia harapkan merangkul bahunya saat ini. Ia melangkah cepat menuju kelas.

"Apa kau kepikiran Jeno lagi?"

"Jangan membicarakan Jeno lagi, Hana." Lixy menaruh tasnya di atas meja lalu mulai membuka ponselnya dan berselancar di sosial media.

Hana mengernyit melihat mood Lixy yang sudah buruk padahal jam masih pagi, matahari juga belum terlalu tinggi.

"Yak, kau kenapa? Aish jangan marah begitu, aku 'kan hanya bercanda." Hana ikut mendudukan pantatnya di samping Lixy. Mengintip sekilas layar ponsel yang sedang menyala di tangan sahabatnya lalu tersenyum jahil.

"Oh, kau takut Changbin cemburu kalau aku membicarakan Jeno, ya?" Lixy menatap lurus ke depan. Tanpa sadar jarinya meremas ponsel kuat.

"Jika menurutmu itu bisa membuat Changbin cemburu, aku harap kau melakukannya setiap hari," balas Lixy setengah bergumam.

"Lalu apa yang kau lakukan sekarang? Menstalking akun pacarmu sendiri?" Perkataan Hana membuat gadis itu refleks menoleh dengan mata mengerjap kaget. Hana terbahak melihatnya.

"Tidak, untuk apa aku menstalking akun Changbin?" sangkal Lixy.

"Ya ya ya, untuk apa kau menstalking akunnya, toh orangnya ada di sini sekarang."

"Hah?"

"Tuh!" Hana menunjuk ke arah pintu dengan dagunya. Perlahan Lixy menoleh ke arah pintu kelas. Ia terkejut melihat Changbin yang tengah berdiri di sana dengan senyum kaku.

Pemuda tampan itu memasuki kelas membuat Lixy mengalihkan pandangan dengan gelisah. Ia bahkan tidak menatap Changbin saat pemuda itu sudah berdiri di hadapannya.

"Bisa bicara sebentar?" pinta Changbin.

"Bel masuk akan segera berbunyi," sahut Lixy, menolak ajakan itu dengan cara halus.

"Yak, ini masih lam---ah!" Hana memekik tertahan saat Lixy tiba-tiba menginjak kakinya membuatnya tidak dapat melanjutkan perkataannya.

"Aku ada PR yang harus dikerjakan." Lixy kembali bicara dengan mata yang malah menunduk mengutak-ngatik ponsel.

"Kau tahu 'kan, adab berbicara seperti apa?" Kalimat Changbin membuat Lixy gugup seketika.

"Kau sendiri yang bilang 'kan, tataplah lawan bicaramu ketika kau sedang berbicara," lanjut pemuda itu.

"Tatap aku," pintanya serius. Hana yang merasakan keseriusan di antara mereka merasa tak enak hati. Ditambah suasana kelas yang masih sepi, hanya ada beberapa siswa yang sudah berada di dalam kelas.

"Em, kalian ada masalah?" tanya Hana ragu. "Bicarakanlah, aku akan keluar." Gadis itu akan beranjak ketika Lixy menahan tangannya.

"Tidak usah, lagi pula kami tidak punya masalah. Iya 'kan ... Seo Changbin?" Kali ini Lixy mendongak menatap tepat di mata Changbin. Pemuda itu tak menjawab.

Dear Mantan [ Minsung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang