🍃 23 - Perang

273 43 0
                                    

🌸
___________________________

🍁


Perang


🍁
_____________________


Minho mematung di depan pintu kamarnya. Ia kembali memutar rekaman suara yang dikirimkan Hyunjin lima menit lalu. Wajahnya pucat pasi.

Ia segera menghubungi Hyunjin namun Hyunjin menolak panggilannya membuat Minho mengumpat dalam hati.

"Cari mati anak ini!" Minho kembali mendial kontak Hyunjin. Dia perlu penjelasan.

"Hall--"

"Ini maksudnya apa Hwang Hyunjin?"

"Haha ... kau tidak sabaran sekali."

"Cepat katakan jangan membuang waktuku!"

"Ck-- itu hadiah ulang tahun untukmu."

"Hah?" Minho blank.

Ulang tahunnya sudah lewat, kenapa hadiahnya baru ia dapat?

"Kau dapat ini dari mana?"

Terdengar kekehan kecil dari ujung sana. Dan itu semakin membuat Minho geram. Apa-apaan temannya ini? Dia sengaja ya ingin menggoda Minho?

"Hwang Hyunjin!"

"Kau tak perlu tahu dari mana aku mendapatkannya. Oh ya, pergunakan itu dengan baik."

Alis Minho bertaut bingung. "Maksudmu?"

"Kalian putus karena sebuah rekaman. Aku harap kalian bisa berbaikan juga karena sebuah rekaman."

"Aku tahu kau masih mencintai Hana. Jadikan rekaman itu alasan untuk kembali mendapatkannya."

Diam. Minho terdiam. Tak tahu harus berkata apa.

"Hanya itu yang bisa aku dan Changbin lakukan sebagai temanmu. Kuharap itu berguna."

"Tidakkah kata-kataku ini menggelikan? Hahaha..." Gelak tawa mengudara. Minho bahkan ikut tersenyum mendengarnya.

"Ah-- dan ya! Jangan terharu oke? Itu akan semakin menggelikan."

"Ya sudah kututup panggilannya."

"Hyunjin!"

"Apa?"

"Terima kasih."

Minho tulus mengatakannya.

"Cih--- sama-sama Lee Minho. Bye!"

Biip.

Panggilan terputus.

Minho tersenyum lebar lalu berbalik. Berjalan cepat menuruni tangga. Ia harus pergi. Ia harus menemui Hana.

Hari sudah gelap saat motor Minho sampai di depan rumah Hana. Ia memarkir motornya lalu mulai melangkah masuk pekarangan rumah.

Langkahnya memelan saat sayup-sayup mendengar gelak tawa dari dalam rumah.

Minho ingin menekan bel namun pintu utama sudah terbuka lebih dulu membuat Minho terkejut. Lebih terkejut lagi karena Hana yang kini berada di hadapannya.

Tak jauh berbeda dengan Minho, Hana pun terkejut. Plastik sampah yang ia tenteng sampai terjatuh, yang buru-buru ia ambil sebelum mengotori lantai.

"Minho?"

"Eum, hay Hana." Minho menyapa canggung dengan senyum kaku.

"Kau sedang apa di sini?"

"Mau menemuimu."

Dear Mantan [ Minsung ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang