08.

0 1 0
                                    

Hi🌵

Mau ucapin makasih banyak ++ sama kalian yang selalu menjadi suport sistem aku🤍 Yang selalu nunggu kisah JJ up, aku janji kisah JJ bakalan ending dan gak ada kata ghosting, anjay:(
Semoga selalu suku ya🌵🤍

HAPPY READING!🌵🤍

|||

Jiwa melirik jam tangan yang melingkar di tangan kekarnya, waktu menunjukan 20:00 WIB. Dimana ia sudah selesai kerja dan waktunya beristirahat. Ia mengemasi barang-barangnya dan mengambil tas yang ia sampirkan di dekat pintu belakang.

"Pulang, Wa?" tanya Rangga. Jiwa menoleh lalu mengangguk.

"Hati-hati ya, Kak," sahut Cika.

"Hm."

Dengan cepat Jiwa keluar dari caffe itu lalu menghidupkan mesin motornya. Di seberang jalan sana ia tidak sengaja melihat pedagang nasi goreng keliling kesukaannya, ia berjalan menghampiri pedagang itu lalu membeli dua bungkus nasi goreng. Setelah selesai membayar nasi goreng, Jiwa meninggalkan caffe dimana ia bekerja lalu membawa motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Laki-laki itu membawa motornya kearah Jalan Cendana, setelah sampai, ia menepikan motornya di depan rumah yang berwarna putih. Entah kenapa ia ingin kerumah gadis itu walaupun hanya membawa nasi goreng saja, toh ia juga tidak tahu bahwa gadis itu menyukai nasi goreng yang ia bawa atau tidak.

Rumahnya begitu sepi tidak ada suara yang menandakan bahwa di dalam rumah ada orang. Jiwa mengetuk pintu beberapa kali namun tidak ada jawaban. Apakah gadis itu tidak ada di rumah?

"Iya, sebentar," sahut seseorang dari dalam rumah. Jiwa memundurkan langkahnya, menunggu seseorang itu membuka pintu.

Tidak lama kemudian seorang gadis dengan pakaian piyama bercorak bunga matahari keluar, Jiwa mendongak gadis itu terkejut bukan main. Jiwa merasa gugup jika kedua matanya beradu dengan mata gadis itu.

"Jiwa?"

"Udah sembuh?" tanya Jiwa basa-basi. Sebenarnya Jiwa bukan tipikal orang yang banyak basa-basi, tapi karena menghilangkan rasa gengsinya di depan Anya ia terpaksa harus basa-basi seperti ini.

Anya mengangguk. "Kesini sendirian?"

"Iya."

"Ngapain?"

Jiwa menyodorkan dua bungkus nasi goreng hangat yang sengaja ia beli tadi. "Buat lo," ujar Jiwa. "Lo suka nasi gorengkan?"

Anya mengangguk pelan lalu menerima nasi goreng itu. "Buat aku?"

"Enggak suka?"

"Suka kok, makasih."

Tiba-tiba hening menyelimuti pikiran mereka masing-masing, Jiwa sibuk dengan pikirannya dan Anya sibuk memikirkan laki-laki di depannya. Aneh, ini pertama kalinya bagi Anya. Bertemu dengan laki-laki yang notabene-nya adalah dingin dan cuek. Tapi saat bersama Anya, Jiwa berubah. Bukan lagi si dingin dan si cuek.

"Hm." Jiwa berdehem, Anya mendongak dan tersenyum. "Mending kita makan nasi goreng ini bareng, gimana?"

Awalnya Jiwa ingin menolak tapi entalah rasanya sulit untuk berkata tidak pada Anya. Akhirnya Jiwa mengangguk dan ikut masuk kedalam rumah .

JANJI JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang