17.

0 0 0
                                    

Sudahi saja perkara hati yang dulunya mati karena ego sendiri. Ingat, perjalanan melupakan dalam 5 tahun itu bukan hal yang mudah.

Nah, segitu dulu author curhat😭🤣

HAPPY READING!
🌵❤️

Saat Jiwa akan ke rumah Anya, ia tak sengaja bertemu dengan Lion di halte bus, Lion melemparkan sebuah pertanyaan yang membuat Jiwa benar-benar marah, mau tak mau ia mempertimbangkan ucapan Lion dan keteguhan hatinya.

"Lo tahu kan Wa sebuah pepatah," kata Lion dengan menggantungkan ucapannya beberapa saat. Ia mengambil helm-nya lalu berjalan kearah motornya.

"Setiap ada pertemuan selalu ada perpisahan," lanjut Lion dengan menyeringai lebar. Lalu setelah itu Lion benar-benar pergi meninggalkan Jiwa sendirian di halte bus.

"Anjing!" desis Jiwa.

Jiwa pergi ke rumah Anya dengan menenteng bubur ayam tanpa kecap untuk kekasihnya. Saat sampai di rumah Anya, ia bertemu dengan Bibi, pembantu di rumah Anya.

"Eh, den Jiwa. Mau ke Non Anya?"

"Iya."

"Yaudah sok atuh masuk."

"Makasih, Bi."

Jiwa masuk kedalam rumah Anya disana ada Andre yang tengah mengaduk teh manisnya. Andre menoleh lalu menyuruh Jiwa untuk duduk di kursi meja makan.

"Sarapan dulu Wa."

"Udah, Bang," kata Jiwa, ia menyimpan bubur ayamnya di atas meja makan, "Buat Anya sama Bang Andre juga."

Andre tersenyum lalu melihat isi kantung plastik.

"Kita sarapan rame-rame."

"Udah tadi di rumah Kai."

Tidak lama kemudian Anya keluar dari kamarnya ia melihat Jiwa tengah mengobrol bersama Andre. Ia menghampiri kedua lelaki itu lalu melahap bubur ayam yang sudah Andre siapkan di mangkuk kesayangan Anya.

"Dari Jiwa," kata Andre dengan melirik Jiwa.

Anya menoleh kearah Jiwa lalu tersenyum.

"Makasih ya, kamu enggak sarapan?"

"Udah di rumah Kai."

Jiwa berjalan ke luar lalu duduk di kursi panjang dari kayu tua, ia memainkan ponselnya dengan bermain game online disana. Tiba-tiba sekelebat ucapan setan di halte bus mememuhi isi pikiran Jiwa saat ini. Ia tidak mau, kejadian dulu terulang kembali pada orang yang setiap harinya selalu bersama Jiwa.

Anya menghampiri Jiwa dengan memberikan segelas teh hangat untuk kekasihnya.

"Kamu nginep di rumah Kai?" Anya mulai membuka suara. Jiwa menoleh lalu menyimpan ponselnya.

"Iya."

Jiwa memperhatikan senyum Anya. Sempura, dengan sedikit olesan lipbalm membuat Jiwa beralih menatap bibir mungil Anya.

Jiwa mulai mendekati Anya dengan jarak yang cukup intim membuat Anya diam tak berkutik.

"Cantik," bisik Jiwa dengan suara serak.

"Jiwa!!" rengek Anya, seraya mengelus rambut Jiwa.

Jiwa tersenyum. "Kenapa?"

"Enggak!" ketus Anya. Jiwa menggelengkan kepalannya lalu mencium kening Anya sekilas.

"Enggak usah ngambek gitu, nanti aku beliin kamu es krim. Gimana? Mau?"

Tidak usah di tanya lagi pasti Jiwa sudah tahu jawabannya.

"Janji ya?" Anya mengangkat jari kelingkingnya ke udara membuat Jiwa mendongak lalu menjitak kepala Anya.

"Kebiasaan," cibir Jiwa.

•••

Setibanya di sekolah Anya langsung di panggil oleh Bu Mia, guru Fisika sekaligus BK. Ia bingung kenapa harus di panggil ke ruangannya? Apakah ia melakukan hal yang memalukan atau sebuah kesalahan? Anya bingung, ia hanya diam sembari menunggu Bu Mia ke ruangannya. Ponsel Anya menyala, ternyata sebuah notif dari Jiwa.

Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan seorang laki-laki dengan seragam yang berbeda, lalu di susul oleh Bu Mia untuk masuk ke ruangannya.

"Silahkan duduk," ucap Bu Mia pada laki-laki itu.

"Anya, kenalin dia Lion. Pindahan dari SMA PRABU." Bu Mia memperkenalkan Lion pada Anya.

Gadis itu tersenyum simpul lalu mengulurkan tangannya.

"Anya."

"Lion."

Anya beralih menatap Bu Mia.

"Ada apa ya Bu?"

"Jadi begini An, disini yang pandai menguasai kimia itu kamu dan Vika. Jadi ibu mohon, kamu bisa ya mengajari Lion rumus-rumus dasar kimia dari kelas 10?"

Anya bingung, 3 tahun belajar di SMA GARUDA. Baru kali ini dia di suruh mengajari murid baru untuk hafal rumus dasar kimia apalagi dari kelas 10. Kenapa tidak Bu Mia saja? Batin Anya.

"Tapi Bu, bukannya Vika lebih pandai?"

"Vika sibuk mengurus organisasi nya, jika Vika bisa, Ibu tidak akan menyuruh kamu."

Anya hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Baiklah, jika kamu setuju kamu boleh mulai nanti ya abis pulang sekolah di perpustakaan."

"Iya Bu."

"Yasudah kamu boleh keluar dan antar Lion ke kelas XI IPA 1."

"Baik Bu."

Anya dan Lion keluar dari ruangan Bu Mia. Ia pikir Lion kelas XII, jika di lihat dari tubuh tingginya ia hampir sama dengan Jiwa. Anya berjalan beriringan bersama Lion, kedatangan Lion membuat semua siswa terkejut. Sedangkan di ujung koridor sana Jiwa sudah melihat Anya tengah berjalan bersama Lion. Ia hanya diam dengan menatap tajam kearah laki-laki itu.

"Sial!" desis Jiwa.

Anya menoleh kearah Lion.

"Kamu kelas XI?"

"Hm."

"Aku pikir kita seangkatan."

"Hm."

"Aku cuma bisa nganterin kamu sampai sini aja ya, karena aku ada piket hari ini. Kamu belok ke arah kanan dikit lagi, nah di paling ujung ada kelas dengan warna cat put-"

Belum sempat Anya menyelasaikan ucapannya, Lion begitu saja meninggalkan Anya di depan uks. Anya hanya diam menatap punggung Lion yang semakin menjauh.

"Aneh," kata Anya pelan.












SEMOGA SELALU SUKA YA SAMA KISAH JJ, JANGAN LUPA VOMENT❤️🤍
KALO ADA QUOTE ITU SAMA SEKALI ENGGAK ADA HUBUNGANNYA DI SETIAP PART YA, ITU CUMA AUTHOR EMANG LAGI GALAU:( ANJAY DAH LAH GITU POKONYA🤣
TXU❤️🌵

JANJI JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang