15.

0 1 0
                                    

Hi, pembaca JJ yang paling setia!🤗🌵
Gimana kabar kalian? Baik? Atau pura-pura baik di depan orang yang selalu baik sama kalian? Dimana pun kalian berada aku sayang kalian!❤️🌵
Jaga kesehatan juga ya, selain jaga imun tubuh jaga juga perasaan kalian.
Yang selalu patah semoga cepat pulih juga❤️

Happy Reading!
🌵❤️

|||

Hari ini Jiwa mengajak Anya ke dermaga untuk menenangkan segala penatnya di bahu Anya. Gadis itu banyak tersenyum membuat Jiwa lebih tenang saat bersamanya.

"Jiwa?"

"Hm."

"Kamu janji kan enggak bakalan pergi?"

Jiwa mendongak lalu mencium kening Anya sekilas. "Janji."

"Jangan berubah ya," kata Anya tenang.

Jiwa tersenyum lalu menatap mata Anya yang teduh. Cantik sekali, dengan drees putih yang membalut tubuh mungilnya.

"Kenapa?" tanya Anya bingung.

"Kamu cantik, An."

Saat Jiwa mengatakan itu pipi Anya berubah seperti kepiting rebus sedangkan Jiwa terus menatap Anya tanpa berkedip sekalipun.

"Udah dong liatinnya," kata Anya dengan memalingkan wajahnya dari Jiwa.

Jiwa terkekeh pelan lalu merangkul Anya.

"An, kalau misalkan aku punya masa lalu yang buruk banget kamu masih mau sama aku?"

"Tergantung, kalau cuma sekedar minum-minum alkohol aku maafin kok," balas Anya dengan sedikit kekehan pelan.

Jiwa mengangguk.

"Kalau misalkan dulunya pemakai gimana?"

"Ya aku maafin, lagian semua orang punya masa lalunya masing-masing, Jiwa."

"Kalau misalkan aku seorang pembunuh?"

Anya mendongak lalu memukul dada bidang Jiwa.

"Apaan sih Wa," Anya mendengus sebal. "Aku percaya kok sama kamu, senakal-nakalnya kamu pasti bukan pembunuh juga di masa lalu."

Jiwa menatap ombak kecil yang membasahi batu karang, ia memikirkan suatu hal yang terus menjadi beban di hatinya. Bagaimana jika suatu hari Anya tahu? Batin Jiwa.

"Kamu enggak cape jauh-jauh dari Bandung kesini cuma duduk di dermaga?"

"Enggak."

Anya menganggukan kepalannya pelan. Anya menoleh ke belakang untuk memastikan ada orang lain atau tidak, tapi tiba-tiba matanya beralih ke penjual es potong yang berjalan di pinggiran pantai.

"Jiwa ada yang jualan es potong!" kata Anya antusias.

Jiwa menoleh. "Yaudah kita beli."

"Yeay!" Anya berlarian menghampiri penjual es itu tanpa memperdulikan teriakan Jiwa.

Jiwa tak habis pikir dengan kekasihnya, benar- benar seperti anak kecil jika ada keinginan. Jiwa menghampiri Anya lalu membayar es potong yang Anya beli.

Mereka berjalan kembali ke dermaga dengan tangan kiri Jiwa memegang es dan tangan kanannya merangkul Anya sedangkan gadis di sebelahnya sibuk memakan es potong sampai ia lupa pada Jiwa.

"Jiwa enggak suka es otong?"

"Enggak, buat kamu aja."

"Enak tahu!"

Saat mereka sampai di dermaga Jiwa mengeluarkan ponselnya lalu diam-diam memotret Anya dengan mulutnya yang belepotan oleh coklat.

Cup...

Tiba-tiba Anya mencium pipi Jiwa. Jiwa tak tinggal diam ia mencium Anya dari kening sampai pipi, membuat gadis itu menahan geli di sekujur tubuhnya.

Cup...

jiwa mencium bibir Anya sekilas, membuat gadis itu diam tak berkutik. Jiwa terkekeh pelan saat melihat wajah cengo Anya.

"jiwa ih! Itu firt kiss aku!" rengek Anya tak terima.

"Manis kaya ada rasa coklatnya pas di bibir," bisik Jiwa jail.

Anya tersenyum lalu memukul dada bidang Jiwa, ia kembali bersandar di bahu Jiwa sembari menghabiskan es potongnya.

"Lagi enggak?" kata Jiwa membuat Anya mengedikan bahunya.

"Nanti aja kalau udah nikah."

"Ya beda dong kalau udah nikah, An. Harus lebih ekstreem lagi," ucap Jiwa santai.

"Apaan sih Wa ambigu banget," cibir Anya.

"Iya-iya maaf. Oh iya Nar, besok aku bakalan berangkat bareng Kai kamu sama Bang Andre dulu enggak papa kan?"

"Iya enggak papa kok."

•••

Malam ini Jiwa dan Anya baru sampai di rumah makan kesukaan mereka. Anya memesan nasi goreng tanpa kecap lalu segelas teh lemon dingin, sedangkan Jiwa memesan nasi goreng dengan telor mata sapi setengah matang dan segelas teh dingin.

"Hari ini aku seneng banget Wa bisa ke dermaga untuk pertama kalinya," kata Nara dengan melebarkan senyumnya.

Jiwa menoleh lalu mengangguk. "Nanti kesana lagi."

"Jajan es potong lagi?"

"Di cium lagi?" bisik Jiwa.

Anya tersenyum pelan menahan malu.

"Kalau beli es potong lagi bakalan di cium lagi enggak?" lanjut Jiwa.

Anya menoleh lalu mengelus rambut Jiwa yang berantakan.

"Dari sini langsung pulang ya jangan nongkrong dulu," ucap Nara lembut.

"Siap!"

Akhirnya pesanan mereka sampai, Anya melahap nasi gorengnya dengan semangat sampai-sampai Jiwa tak parcaya pada suapan Anya kali ini. Gadisnya benar-benar kelaparan, tadinya Jiwa akan mengajak Anya untuk makan di rumah makan seafood tapi Anya menolak ajakan Jiwa kali ini, karena Anya paling tidak bisa mencium bau seafood atau bahkan memakannya.

"Pelan-pelan sayang," kata Jiwa dengan mengelus rambut Anya.

Uhuk...

Tiba-tiba Anya tersedak nasi goreng, Jiwa panik lalu memberikan sebotol air minum aqua.

"Kata aku juga pelan-pelan, An!"

"Ya lagian kamu aneh pake sayang-sayangan segala," ejek Anya. Jiwa mendelik lalu melahap nasi gorengnya dengan kasar.

"Bercanda sayang," kata Anya lembut.

Jiwa mendongak lalu menyunggingkan senyumnya.

"Besok pagi aku jemput kamu."

"Lho katanya berangkat sama Kai?"

"Bawel."

"Yaudah besok aku bawain roti panggang kesukaan kamu."

"Siap!"










Jangan lupa vote sama komen ya, share juga sih cerita JJ biar orang terdekat kalian baca juga hihi🤗❤️
Txu🌵🤍


JANJI JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang