13.

1 1 0
                                    

Satu langkah saling beriringan lalu bercengkrama satu sama lain. Jiwa dan Anya, mereka menikmati perjalanan yang panjang sampai malam hari. Mengumpulkan setiap moment di setiap waktunya, menyelipkan seulas senyum di bibir Jiwa, mencari sebuah topik pembicaraan bersama Anya.

"An?"

"Iya?"

"Kamu beneran enggak pernah nonton film harry potter?"

Anya menoleh lalu menggelengkan kepalannya pelan.

"Kenapa?"

"Ya enggak suka aja," kata Anya. Gadis itu melepaskan genggamanya lalu berjalan mendahului Jiwa.  "Coba deh aku tanya. Kamu pernah nonton film Tale of the nine tailed?" lanjut gadis itu di sela-sela langkahnya.

"Kisah si rubah yang mencintai manusia?" jawab Jiwa santai. Anya menoleh lalu mendelik. Ia pikir Jiwa tidak pernah nonton film fantasy romance seperti itu, dasar aneh.

"Kalau film Goblin?"

"Kisah si Goblin yang menunggu pengantinnya selama 900 tahun?"

"Kok tahu? Nyebelin Jiwa!" rengek Anya. Jiwa terkekeh pelan lalu merangkul Anya.

"Katanya kamu enggak suka film romance," lanjut Anya kesal.

"Tergantung. Kalau fantasy ya suka."

"Satu lagi tebak."

Jiwa mengangguk.

"Kalau film Black?"

Jiwa mengerutkan dahinya bingung, sekarang Anya pasti menang. Jiwa pasti tidak tahu film Black yang ia tanyakan. Anya tersenyum pelan sembari menatap Jiwa remeh.

"Kan, enggak tahu ya?" ledek Anya.

Jiwa mengangguk pelan lalu menjitak kepala Anya. "Malaikat maut yang mencintai manusia?" kata Jiwa santai.

"Hah?! Kok tahu lagi?!" Anya mulai jengkel pada Jiwa.

"Semua pertanyaan kamu itu mudah." Jiwa mulai meledeki Anya yang hanya bisa diam dengan raut wajah yang benar-benar kesal.

"Pernah nonton Home Alone enggak, An?" tanya Jiwa.

"Enggak."

Dengan cepat Jiwa menjitak kepala Anya beberapa kali sampai gadis itu meringis kesakitan.

"Sakit Jiwa ih!" Anya mengusap kepalannya pelan.

"Kelahiran tahun berapa sih An kuno banget enggak pernah nonton Home Alone."

Anya yang sudah merasa jengkel setengah mati akhirnya meninggalkan Jiwa begitu saja. Ia menyebarangi jalan raya dengan pejalan kaki lainnya. Jiwa yang melihat Anya yang semakin menjauh pun akhirnya menyusul gadis itu.

"Gitu doang ngambek," kata Jiwa dengan menggenggam kembali tangan mungil Anya.

"Ya abisnya kamu bilang kalau aku kuno."

"Ya siapa suruh enggak pernah nonton Home Alone."

"Terserah."

Memang benar jika membahas soal film-film bersama Jiwa, Anya tidak akan pernah menang. Entah kenapa Jiwa selalu tahu film yang ia tonton, tapi Jiwa sendiri selalu benci dengan film yang bergenre romance? Aneh bukan? Ah entahlah.

"Mau pulang apa makan dulu?" Jiwa mulai membujuk Anya.

"Pulang."

"Yaudah beli makan dulu ya."

"Enggak usah nanti uang kamu abis."

"Bawel."

Jiwa mengajak Anya untuk membeli nasi goreng kesukaanya.

JANJI JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang