12.

1 1 0
                                    

Dua minggu berlalu dan Jiwa sama sekali tidak menyerah untuk selalu datang menjemput Anya dan izin kepada Andre untuk mengajak Anya keluar hanya sekedar mencari makan. Semakin hari semakin Andre yakin pada Jiwa dan laki-laki itu berhasil meyakinkan semuannya pada Andre dan Anya.

Pagi ini Jiwa tidak menjemput Anya karena gadis itu yang memintanya. Ya, Jiwa hari ini akan benar-benar sibuk untuk mengurus acara diesnatalis yang akan di adakan hari ini, dan osis ingin bekerja sama bersama Jiwa dan Kai demi berjalannya acara diesnatalis tahun ini.

Anya berangkat di antar oleh Andre, setelah sampai di gerbang sekolah Anya langsung di tarik oleh Clara dan Rere untuk memasuki lab, dimana ruangan itu banyak sekali alat makeup dan lainnya.

"Eh-" Anya benar-benar kaget saat Rere mendorong tubuhnya untuk duduk di sebuah kursi yang mungkin sekolah sudah menyiapkannya.

"Lo jangan banyak protes!" kata Clara dengan mempoles wajah Anya dengan sedikit cream.

"Tap-"

"Jiwa aja bakalan enggak berani natap cewe lain, An!" sahut Rere lalu di angguki oleh Clara.

Satu jam berlalu akhirnya Anya sudah siap dengan penampilannya hari ini. Cantik, dengan gaya rambutnya yang sengaja Clara uraikan, di tambah manik-manik rambut yang Rere percantik di rambut curly Anya. Sedikit olesan lipbalm dan liptint di bibir mungilnya.

"WOWWW!!!" teriak Teguh dan Faqih di ambang pintu. Ke tiga gadis itu menoleh dan Rere menjulurkan lidahnya kearah Teguh dan Faqih.

"Cowo enggak boleh masuk!" sentak Clara dengan membantingkan kaleng kosong kearah Faqih. Dengan cepat Faqih menangkapnya lalu mengangkat jari tengahnya.

"FAK!" sahut Teguh lalu mereka meninggalkan ruangan itu.

"Pada gila," cibir Rere.

"Ya lagian kalian kaya anak kecil aja," ujar Anya. Clara menoleh lalu menjitak kepala gadis itu.

"Bukannya ngebelain kita ya, Re."

Rere menganggukan kepalanya cepat.

"SIAP-SIAP UNTUK SEMUA SISWA YANG AKAN TAMPIL HARI INI HARAP STANDBY DI BACKSTAGE."

Suara itu menggema sampai ke ujung lorong, Clara berjalan kearah pintu dan ia melihat sebagian siswa yang sudah siap berjalan kearah backstage.

"Re bawa Anya!" Kata Clara.

Rere membawa Anya keluar, di luar sudah mulai sepi mungkin yang lain sudah standby di backstage dan siswa lain sudah berada di depan panggung atau sebagian lagi jaga bazar.

Acara diesnatalis tahun ini akan mengadakan bazar dan uang hasil mereka berjualan akan di sumbangkan ke panti asuhan lalu ke panti jompo atau sebagiannya lagi di belikan makanan untuk anak-anak jalanan.

Rere membawa Anya ke backstage, disana sudah ramai siswa yang akan tampil hari ini. Tiba-tiba anggota osis memberikan sebuah nomor kesemua peserta yang akan tampil hari ini.

"Nomor ini saya berikan secara acak pada kalian dan saya harap nomor yang sudah saya kasih jangan pernah kalian tukar. Terimakasih."

"Lo abis kelas X11 IPS 1, An." Rere memasangkan kartu dengan berbentuk bulan sabit. Anya menjadi peserta nomor 02, Rere dapat menebak jika temannya itu benar-benar gugup.

"Lo jangan gugup! Tunjukin kalo lo bisa dan mampu!" Rere memeluk Anya memberi semangat.

"Makasih ya, Re."

"Iya."

Saking gugupnya Anya, ia sampai tidak fokus saat nama kelasnya di panggil beberapa kali. Clara menepuk bahu Anya lalu memberikan gitar listrik yang gadis itu bawa dari rumahnya.

JANJI JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang