BAB 16

11 2 0
                                    


Shea kembali berpindah tempat. Entah siapa yang memindahkannya karena gadis itu tak memiliki kemampuan berteleportasi. Namun, Shea kembali berkumpul dengan teman-temannya. Gio, Rey dan Iris kini berada di hadapannya dengan tubuh mereka yang dipenuhi luka. Namun, luka-luka tersebut berangsur-angsur pulih karena kekuatannya.

Mereka berada di sebuah ruangan yang begitu luas dan gelap. Namun, ada cahaya yang menyorot ke arah mereka berempat. Shea dapat merasakan dinginnya tempat itu dan membuatnya merasa ngeri. Ia mengalihkan pandangannya, lebih mendekatkan tubuhnya pada Gio yang menatap sekitar waspada.

Untuk pertama kalinya Shea melihat wujud bidadari Iris. Gadis berambut abu-abu itu memakai gaun berwarna biru tua tanpa lengan. Gaunnya mencapai mata kaki, namun belahannya mencapai setengah paha. Ia memakai selendang berwarna biru langit yang terpasang di pinggangnya. Matanya berwarna ungu terang begitu bersinar. Polos tanpa perhiasan apa pun, tapi penampilan Iris begitu cantik dan elegan.

Pandangannya lalu teralih pada Rey. Cowok itu memakai kaos, jaket dan celana serba hitam. Namun, ia memakai sebuah syal panjang berwarna putih yang membelit lehernya. Syal itu dapat berubah warna sesuai kekuatan yang Rey keluarkan. Dan lagi, tubuh Rey kali ini jauh lebih tinggi dan besar dari terakhir mereka bertemu. Entah sekeras apa Rey berlatih hingga ia bisa mengendalikan enam elemen sekaligus.

"Jadi, kau yang namanya Reynaldo?" Gio berseru membuat keheningan di antara mereka menghilang. Rey jadi lebih pendiam dari biasanya. Justru Gio-lah yang lebih dulu memulai percakapan. "Aroma tubuhmu lebih busuk dari milik Iris, ya? Apa artinya kau lebih kuat?"

Biasanya, Rey selalu bersikap ramah. Namun, baru kali ini Shea melihat tak ada senyuman terukir di wajah pemuda itu. "Entahlah. Kalau menurutmu begitu, terima kasih."

Gio menyesal sudah berkata demikian. Walau niat Gio adalah mengejek, bagi Rey, itu adalah sebuah pujian.

Mereka mendadak waspada. Ada banyak aura hitam sudah mencegat keberadaan mereka. Tanpa sadar melangkah mundur, hingga tubuh mereka saling bertabrakan. Gio dengan tangannya siap untuk menebas siapa pun. Shea akan mengeluarkan tanamannya ketika musuhnya mendekat. Iris membuat kekuatan es nya menjadi pedang yang tajam. Sedangkan Rey siap dengan kekuatan bola cahayanya.

Terdengar suara langkah kaki mendekati mereka. Saat bayangannya terkena cahaya yang menyorot, Shea dan yang lainnya terkejut melihat Kiezi datang membawa sebuah tombak besar di tangannya. Rey ingat itu adalah tombak yang pernah Regard gunakan saat menyerangnya di penginapan. Siapa pun yang terkena serangan tombak itu, tubuhnya akan langsung berubah menjadi abu.

Saat Kiezi mendongak, mereka dapat melihat jelas mata merahnya yang bersinar terang. Gio berdiri lebih depan, melindungi mereka dari Kiezi yang berada dalam pengaruh. Gio pernah berlatih melepaskan diri dari hipnotis. Namun, kekuatan yang menimpa Kiezi ini sangatlah kuat. Gio tak dapat membantunya melepaskan hipnotisnya itu.

"Berhati-hatilah! Saat ini, Kiezi tak mengenal kita. Dia sedang dalam pengaruh ayahnya," ucap Gio memperingati. Membuat yang lainnya terkejut sekaligus semakin waspada.

"Serang!" seru Kiezi menyuruh pasukan iblisnya untuk menyerang ke empat temannya. Para iblis itu pun segera mengeluarkan kekuatannya, menyerang Shea dan yang lainnya secara bersamaan.

Gio menebas para iblis yang mendekatinya. Di belakangnya, Shea mengeluarkan kekuatan tanamannya, melilit tubuh para iblis begitu kuat hingga tulang-tulang mereka patah. Setelah itu, tubuh mereka dilempar begitu saja, lalu tanamannya segera menyerang para iblis lainnya.

Gio dan Iris menyerang dari arah atas. Iris mengeluarkan elemen airnya, menenggelamkan para iblis hingga tak bersisa. Sedangkan Rey mengeluarkan bola cahayanya lalu menyerang mereka membabi buta.

Surviving On The UnderworldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang