Sekumpulan foto hitam putih di langit, tertiup, hembusan nafas putih
Aku ingin lebih dekat, bahkan jika itu hanya sementara waktu
Mari berjalan hingga kita berada di tanah yang lebih tinggi
Jika kau menutup mata, bisa dengar dengan seksama,
Selamat tinggal.Orange Range - *ASTERISK
===
Seungmin kebingungan. Perasaan bersalah merayapi punggungnya sejak hari Sabtu. Kalau Felix perhatikan, setiap lima menit Seungmin mendesah lesu.
"Capek banget liat kamu lembek. Tadinya nggak mau nanya, tapi lihat mawar-mawar jadi ikutan layu, aku nggak tahan." Felix berujar ketika mereka mengistirahatkan sejenak si toko bunga dan makan pizza yang sudah dipesan Seungmin.
Tanpa menjawab Felix, Seungmin mengeluarkan helaan napas berat lagi.
"Kenapa?" tanya Felix. "Kak Minho?"
Seungmin mengangguk lemah. "Iya. Kamu dihubungi dia, nggak?"
Felix menggeleng. "Buat apa juga," katanya.
Seungmin cemberut. "Kak Minho nggak angkat teleponku sejak aku tinggalin mendadak di mall minggu lalu," rengeknya.
"Bagus, dong?" cibir Felix. Dia mengambil satu iris pizza dan menggigit kecil pizza itu.
"Kok bagus?!" Seungmin protes.
"Ya, bagus. Kamu kan nggak terlalu suka sama Kak Minho?"
Menghela napas untuk keseribu kalinya, si Seungmin.
"Kak Minho ternyata baik, Lix. Dia dengerin aku ngoceh. Kadang dia gerutu sendiri gitu, lucu deh." Di akhir kalimatnya, Seungmin menambahkan sebuah kekehan. "Kemarin aja aku dibeliin makanan sama susu stroberi. Sayang-"
"Oh? Udah mulai naksir?" goda Felix.
Paha Felix sontak dipukul Seungmin. "Apaan sih, enggak!" sangkal anak itu. "Cuma pengen berteman aja yang deket. Siapa tahu bisa jadi sahabat kaya kita," katanya.
Felix memperhatikan mata Seungmin yang menatap kosong tumpukan kardus pizza. Sudah lebih dari sepuluh tahun (lebay, tapi memang sudah hampir selama itu) Felix tidak melihat Seungmin bergairah untuk menambah teman. Selama ini yang dilakukan Seungmin hanya berbincang dengan bunga-bunga, daun-daun, tumbuhan-tumbuhan, dan mungkin kepik, juga kupu-kupu. Jarang sekali Felix tahu anak itu tertarik untuk berinteraksi dengan manusia lain. Selain Hyunjin yang sangat dipujanya, tentu saja. Untuk Seungmin menerima ajakan Minho pun, Felix masih suka merasa janggal. Seperti ada yang salah, tapi tentu jika itu membuat Seungmin bahagia, Felix tidak mungkin akan mencegahnya.
"Kak Minho pasti marah karena aku tinggal, ya?" ujar Seungmin sedih.
"Iya." Felix menjawab singkat, padat, dan sesuai kenyataan. "Kenapa kamu nggak bilang aja kalau lupa bawa obat dan harus langsung pulang karena nggak boleh telat minum? Daripada aku jemput kamu, sebetulnya lebih praktis kalau Kak Minho yang antar," kata Felix.
Seungmin menatap Felix heran. Heran dengan idenya untuk bilang ke Minho kalau Seungmin sedang sakit.
"Felix, aku pernah bilang kan kalau kamu nggak tahu rasanya jadi orang sakit?"
Felix memutar matanya jengah. Siap-siap, berantem lagi.
"Dan kamu juga udah aku kasih tahu kalau penyakitmu itu bukan salahmu sama sekali, kan?"
Seungmin mengerutkan alisnya. Lamaaa dia menatap Felix yang terlihat serius dengan ucapannya. Sabar, Seungmin. Sabar.
Mengambil dua potong pizza, memindahkannya ke piring, Seungmin kemudian beranjak ke tempat duduk yang lain, yang jauh dari Felix.
![](https://img.wattpad.com/cover/237552560-288-k101831.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion and Sad Symphonies // 2min
ФанфикKenapa juga kau deskripsikan diri bagaikan bunga kamomil? Kau itu dandelion, Seungmin. Rapuh dan mudah terbang. [ Bxb / mxm ] [ SKZ ; Minho x Seungmin ]