baby's breath

713 139 22
                                    

ini cuma selingan. 

*

"Aku besok dah boleh pulang." Minho baru saja menapakkan kaki di ruang kamar Seungmin, tapi sudah disambut berita yang menyenangkan.

"Oh, iya? Bagus dong?" katanya.

Seungmin mengangguk "Jadi besok Kak Minho nggak usah ke sini lagi, ya. Kasihan, jauh dari kampus, jauh dari rumah, jauh dari tempat latihan." Dengan tatapan iba, Seungmin berkata pada Minho.

Ditatap tidak segarang biasanya, malah cenderung dengan sorot lembut, Minho jadi gemas. Tangannya bergerak untuk mengacak rambut Seungmin. "Dih? Tumben soft?" kekehnya.

Pipi Seungmin memerah karena serangan skinship yang mendadak. "Ih, jangan diacak," katanya, menepis tangan Minho. Bibirnya cemberut kesal.

Minho terkekeh. "Iya, iya, maaf."

"Berarti mulai besok bisa ikut aku ke studio?" tanya Minho.

Seungmin terbelalak. Sudah jadi impiannya untuk datang ke studio tari DanceRacha. Ya kali, kesempatan emas begini bisa Seungmin lewatkan.

"Tapi kalau besok kayaknya nggak bakal boleh sama Felix," sesal Seungmin. "Kedengeran dia bakal ngomel kayak 'kan baru sembuh, baru keluar RS, masa sudah mau main lagi ke luar? Sampai malam?' dan blablabla yang lain."

"Ya sudah, besok lusa, kan bisa. Lagian Felix bener. Baru sembuh masa sudah terpapar udara malam lagi. Tadi aku nggak mikir karena terlalu excited," kata Minho.

Seungmin ikut tertawa.

Sebentar, sebelum tiba-tiba dia diam dan menunduk.

Minho tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia melihat Seungmin memainkan tangan dengan cemas.

"Kenapa?" tanya Minho.

Bahu Seungmin berguncang setelahnya. Dia menangis.

"Kok nangis?" tanya Minho. Dia duduk di ujung tempat tidur, di dekat kaki Seungmin."Cerita aja," katanya lembut.

Namun Seungmin menggeleng. "Aku cuma terharu," katanya. "Ternyata aku bisa keluar lagi dari sini. Ternyata aku bisa ke studio, bisa main."

Minho bingung bukan main, tapi dia diam. Tangannya terulur untuk menangkup jemari Seungmin. Ibu jari Minho mengusap kecil punggung tangan si penjual bunga. "Ya bisa, lah. Tipes doang masa mau lama-lama di rumah sakit," kata Minho menenangkan.

Seungmin mendongak, menatap Minho dengan mata berkaca-kaca dan pipi yang basah. "Iya, kan, ya?" Seungmin tersenyum.

Dalam hati berkata bahwa begini saja tidak apa-apa, kan? Toh, sama-sama sakit dan Seungmin sudah baikan.

Minho juga, dalam hati berpikir bahwa tidak mungkin sakit Seungmin hanya tipes, tapi dia tidak bisa memaksa kalau Seungmin memang tidak mau mengatakan yang sejujurnya. Menurut Minho, mungkin Seungmin punya pertimbangan lain di mana Minho tidak bisa membantunya apapun penyakit Seungmin yang diderita. Jadi, mau dibilang sakit apapun, Minho tidak ikut berperan apa-apa, jadi dia tidak berhak tahu sedalam itu. Minho harus bisa menerimanya.

Atau tidak. Dia boleh menolak. 

Minho boleh mengaku kalau dia tidak betah karena tidak mengetahui apa-apa. Dia boleh ingin tahu, dia boleh bertanya, dia boleh menuntut penjelasan. Dia ingin menjaga Seungmin juga dari virus dan bakteri apapun, dari takdir jelek apapun, dan dari jarum suntik sekalipun. Minho ingin Seungmin hanya kenal sehat, hanya bisa lihat cahaya matahari yang hangat, dedaunan mapel yang sudah menghijau perlahan, dan buliran salju yang mencair. Entah kenapa dan bagaimana, sebagaimana Seungmin mengisi hari-harinya, Minho ingin merasakan peristiwa itu lebih lama. 

Minho memajukan badannya, bergerak untuk memeluk Seungmin.

"Aku memang nggak tahu apa-apa, dan bukan masalah juga kalau kamu nyamannya begitu. Aku memang nggak ikut mengobati kamu, tapi sama seperti Felix, aku juga menganggap kamu berharga. Jadi, jangan sakit lagi, keluar setiap hari, main sama aku, makan juga sama aku, ya?" Begitu banyak kata-kata dalam dada yang terasa harus dibuncah, tapi tidak sepanjang itu yang berhasil diungkap. 

Setelah sempat tersenyum, Seungmin terisak lagi dengar kalimat Minho. Tangannya menerima pelukan Minho, memeluk balik laki-laki itu. Jemarinya bahkan mencengkeram erat baju yang dikenakan Minho. Bibir Seungmin tidak berucap, tapi hatinya berteriak.

Iya, mau. Please, mau, Kak. Mau main, mau makan, mau keluar sama Kak Minho. 

Mau sama Kak Minho.  

*

Dandelion and Sad Symphonies // 2minTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang