carnation

734 138 22
                                    

Sekarat dalam hati
Semoga semuanya tidak nyata dan berarti
Sudah kuteriakkan namamu
Tapi tidak ada jawaban
Genangan kesepian di bawah hujan

The Rose - She's in The Rain

===

Gerimis rapat membuat Minho sampai di depan pintu rumah Hyunjin dengan kondisi basah kuyup.

"Lah? Masuk, Kak." Hyunjin membuka pintunya lebih lebar dan melangkah ke belakang untuk membiarkan Minho masuk dan berteduh di rumahnya.

Namun Minho tidak bergeming. Di detik ketika dia memutuskan untuk bergerak, lengan kekar si Penari langsung memeluk Hyunjin dengan erat.

Hyunjin kaget sekaligus bingung. "Kak? Kenapa, nih?" panik Hyunjin.

"Padahal udah mulai naksir," kata Minho yang masih membenamkan kepala di bahu Hyunjin. Kalimatnya teredam, keluar dengan tidak jelas.

"Hah? Apa?" tanya Hyunjin lagi.

Minho mendorong bahu Hyunjin dan bersikap labil. "Gara-gara kamu, Jin," kata Minho.

Setelah melepaskan pelukan dari sang teman setim, Minho menghela napas, kemudian melengang masuk ke dalam rumah Hyunjin. "Ada Jisung, kah?" katanya.

Omong-omong, Minho itu sudah sangat sering main ke sini. Jadi, tolong jangan heran kalau dia bisa menganggap rumah Hyunjin sebagai rumahnya.

Setelah masuk lewat pintu depan, Minho pasti langsung ke dapur unruk mencari camilan. Biasanya, ada Jisung juga di dapur, duduk dengan satu gelas susu di meja.

Namun kali ini bukan Jisung yang Minho lihat, melainkan Felix.

Ponsel Felix yang memutar video DanceRacha, diletakkan di meja di hadapan laki-laki berambut pirang.

Minho tidak tahu kapan dan kenapa Felix mulai mengunjungi Hyunjin, tapi tentu otaknya tidak bisa mencari alasan yang masuk akal.

"Felix? Ngapain di sini?" tanya Minho.

Felix mendongak. Dari tadi dia tidak menyadari presensi Minho yang masuk ke dapur ternyata.

"Eh? Kak? Anu—"

"Jin? Bukan lagi selingkuh kan, ini?" tanya Minho sadis. Dia tidak suka perselingkuhan, apalagi kalau dilangsungkan oleh sahabatnya sendiri. Kalau memang benar Hyunjin selingkuh, dia sudah siap melapor pada Jisung.

"Selingkuh apaan sih? Enggak! Felix ke sini karena dia ada permintaan buat kita," kata Hyunjin. "Tau nggak, ternyata Seungmin—"

"Jangan sebut Seungmin." Minho melirik tajam Hyunjin. Setiap katanya menusuk saking galaknya dia.

"Emang kenapa?" Malah Felix yang menyahut. "Omong-omong, hujan gini, dia tadi balik sama Kakak, kan?"

Giliran Minho melirik Felix tajam. Ada perasaan bersalah di mata karena meninggalkan Seungmin di taman, tapi dia tepis saja perasaan itu. "Nggak. Tadi kita berantem—salah. Dia bikin aku kecewa, jadi aku emosi terus ninggalin dia di taman."

Felix langsung berdiri. "Dia di mana sekarang?"

Minho mengedikkan bahu. "Nggak tahu, lah. Udah. Jin, mau numpang tidur," ucapnya, kemudian beranjak ke lantai dua, ke kamar Hyunjin.

"Kak, mandi dulu daripada sakit. Bajunya basah gitu," ingat Hyunjin.

Minho hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Hyunjin kemudian memandang Felix. "Mau ke mana?" tanyanya. Felix sudah memakai jaketnya dan tas ranselnya lagi seakan bersiap berangkat. Ponsel di telinganya diturunkan setelah tidak dengar ada jawaban dari lawan telepon.

Dandelion and Sad Symphonies // 2minTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang