dahlia

715 142 13
                                    

Jangan bilang begitu, tolong
Kau kan tahu itu akan menyakitiku
Katanya kau mau mencintaiku,
tapi apa ini?

IU - Ending Scene

===

Kamera di tangan Seungmin bolak balik diputar, diperhatikan setiap incinya bagaikan kurator seni yang menemukan lukisan dari tahun seribu enam ratus. Bukannya menggunakan kamera pemberian Minho untuk mengambil gambar dirinya, tangkapan pertama Seungmin adalah bunga daisy dengan kelopak warna biru. Tiap dia liat bunga itu, dia pasti teringat tentang keindahan langit pagi hari yang kerap menyapanya saat berangkat dari flat menuju pasar dan menuju toko bunga.

Di seberang Seungmin sekarang berdiri Felix.

"Felix," panggil Seungmin untuk menarik perhatian Felix dan membuat si saudara angkat menghadap kameranya.

Clap.

Lampu kamera menyala dan berhasil menangkap bahu Felix. Sengaja Seungmin tidak arahkan ke wajah Felix.

"Isi pakai wajahmu, bukannya aku," protes Felix.

"Aku nggak foto wajahmu, tapi bajumu karena bajumu lucu." Seungmin menyanggah, menunjuk hoodie Felix yang berwarna hijau tua.

Felix menghela napas. Dia melanjutkan kegiatannya mengganti air vas di meja kasir. "Minho itu sungguhan suka sama kamu, Seungmin."

Seungmin mendecak. "Ck, sok tahu," katanya.

"Dia itu artis YouTube. Setiap hari pasti ada minimal sepuluh pesan dari laki-laki dan perempuan penggemarnya yang pasti jauh lebih cakep daripada kamu. Kalau dia mau, dia bisa dengan sangat mudah melupakan apa yang sudah kalian jalani dan melanjutkan hidupnya seperti biasa. Toh, kamu Cuma penjuual bunga yang nggak bakal dia temui setiap hari. Tau nggak, sih? Kalian sama sekali nggak punya tali buat mengikat sosok masing-masing," oceh Felix.

Seungmin meluruskan tangannya di meja setelah meletakkan kamera di samping kiri. Kemudian, dagunya ditaruh di atas lengan.

"Menurutmu, Kak Minho masih marah?" tanya Seungmin lemah.

Felix pura-pura berpikir. "Hmm. Nggak tahu, ya. Aku bukan Kak Minho."

"Kalau kamu ada di posisi Kak Minho?" tanya Seungmin lagi.

"Nggak marah asal kamu nurut sama pesan yang sudah aku tulis."

Seungmin mau frustasi saja rasanya. Felix ini katanya sahabat, katanya sosok kakak, tapi kenapa selalu memojokkan Seungmin, sih? Tapi, Seungmin juga mau tidak mau mengakui kalau apa yang dibilang Felix benar adanya. Kenyataan semua.

Seungmin meletakkan tangannya yang bebas di atas dada, merasakan detak jantung yang berdetak di sana.

Dia sadar bahwa akhir-akhir ini, dadanya sering sakit.

*

"Ini kameranya, sudah aku isi dengan 10 foto kayak yang Kakak suruh."

Seungmin dan Minho ada di taman sekarang. Minho yang menghubungi duluan setelah satu minggu kamera itu sampai di toko. Seungmin mengiyakan ajakannya dan membawakan kamera berisi mahakarya untuk diserahkan ke si kakak artis.

Minho menerima kamera itu sambil tersenyum. "Oke, kamu secara resmi sudah aku maafkan."

Dengar kalimat yang keluar dari mulut Minho, si Seungmin tidak langsung senang. "Sebenarnya seminggu ini aku berpikir."

Minho menoleh pada Seungmin. Taman itu sedang sepi, omong-omong. Hanya ada merpati yang berkumpul di depan bangku yang diduduki Seungmin dan Minho karena tadi Seungmin menabur remahan roti.

"Apa?" tanya Minho. Jantungnya mendadak berdegup kencang. Dia akan menyalahkan dirinya sendiri sampai kapanpun kalau seandainya yang Seungmin pikirkan selama ini adalah untuk menjauh dari Minho. Dia akan sangat menyesal karena sudah menghindari Seungmin.

Kasihan.

"Mungkin bukan hakku buat tahu apa yang belum Kak Minho ingin kasih tahu ke aku," kata Seungmin. Dia sudah merangkai kata-kata sejak malam sebelumnya. "Tapi Kak Minho masih ingat, kan, kalau yang aku suka itu Hyunjin? Aku mau minta maaf sebelumnya, tapi lebih baik aku jujur dari sekarang."

Kepala Minho miring, tertarik dengan kalimat-kalimat Seungmin. Alisnya bertaut dan telinganya terpasang rapih untuk mendengarkan setiap frekuensi suara yang dihasilkan mulut lawan bicaranya.

"Awalnya, aku mau diajak keluar Kak Minho karena aku takut, kalau misal aku tolak nanti Kak Minho bakal jelek-jelekin aku di depan Hyunjin dan aku nggak mau itu terjadi. Makanya, aku mau makan dengan Kak Minho. Aku minta maaf kalau—"

"Kamu emang pantes minta maaf." Minho memutus kalimat Seungmin. Dia sudah mengalihkan pandangan dari si anak anjing. Matanya menatap kosong merpati-merpati yang sedang makan. Dia terkejut bukan main, tapi tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Mereka diam. Minho menunggu otaknya bekerja dan Seungmin menunggu Minho melanjutkan bicaranya.

"Pertama, Hyunjin sudah punya pacar. Pacar Hyunjin sangat-sangat-sangat gampang cemburu dan aku nggak terlalu suka pacar Hyunjin karena dia seperti kamu," kata Minho, menyiratkan tanda bahwa untuk sekarang dia tidak menyukai Seungmin.

"Kedua, yang aku maksud seperti kamu adalah punya kebiasaan berpikiran buruk soal seseorang." Minho menarik napas sebelum melanjutkan, "Aku nggak tahu hidup macam apa yang kamu jalani dan pengkhianatan macam apa yang pernah dilakukan orang lain sama kamu, tapi bisa-bisanya kamu berpikiran buruk tentang aku sebelum kita bahkan saling kenal?"

Minho marah. Bukan menyesal karena sudah menghindari Seungmin, dia yakin bahwa dia menyesal sudah memberi si laki-laki itu kesempatan kedua.

"Aku yakin nggak bakal sulit buat kita pisah jalan dan berlagak seperti orang asing setelah ini."

Seungmin tidak diijinkan untuk melanjutkan kalimatnya karena Minho terus berkata dengan nada yang menusuk.

"Aku bahkan mencoba terus berpikiran baik soal kamu yang tiba-tiba pergi waktu kita jalan di mall." Setelah pikiran buruk terlalu berisik di otak, tentu saja.

Seungmin sekarang menunduk. Padahal, dari semalam dia sudah menyiapkan hati yang kokoh untuk berkata jujur. Dia merutuki dirinya sendiri yang berpikir bahwa mengakatan fakta itu adalah sebuah ide yang bagus.

Tidak mendapat reaksi apa-apa lagi, Minho berdiri, bergerak untuk pergi dari taman.

Sedikitpun dia tidak menoleh pada Seungmin, dan Seungmin tidak sedikitpun berkeinginan untuk mencegah Minho yang melengang.

"Would be easier this way," gumam Seungmin yang masih memandang sepatu.

Gerimis menyapa hari Seungmin setelah itu. 

*

Dandelion and Sad Symphonies // 2minTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang