sunflower

819 151 29
                                    

Ada satu bintang yang tahu ceritaku
Ada satu bintang yang setiap hari bersinar di langit malam
Ada satu bintang yang terus mengatakan padaku, setiap harinya,
bahwa aku baik-baik saja

Rothy - Stars

*

Nyatanya Hyunjin dan Jisung berbaikan, jadi baik Seungmin maupun Felix tidak melihat dia sebagai pelanggan toko mereka lagi seminggu ini.

Hari ini Seungmin memaksa Felix untuk libur dari toko dan menyelesaikan tugas-tugas kuliah Felix yang menumpuk di apartemen. Sampai tengah hari, belum ada satupun orang yang beli bunga. Bolak balik Seungmin menguap di mejanya.

"Bosen," gumam Seungmin dengan mata berair.

Tepat tiga detik setelahnya, bel pintu berdenting.

"Selamat datang!" seru Seungmin. Alangkah terkejutnya dia ketika yang masuk tak lain dan tak bukan adalah

Minho.

AKU KAN MAU KETEMU HYUNJIN, KENAPA JADI TEMENNYA?! Batin Seungmin berteriak.

Seungmin itu.

Tidak suka dengan Minho dan persona-nya di depan kamera. Maksudnya, gambar Minho yang ditampilkan di kamera DanceRacha itu seperti berlawanan dengan Hyunjin. Kalau Hyunjin adalah tipikal karakter yang penuh passion, Minho berlaku bagaikan karakter yang tidak punya semangat hidup.

Koreografi yang ditarikan Minho juga kebanyakan terasa lebih dingin dan hampa dibanding milik Hyunjin. Walaupun, Seungmin harus akui, mereka sama indahnya. Bagai dua kutub yang berbeda, air dan api.

Tapi ya tetap saja. Seungmin lebih suka dengan orang-orang yang bersemangat. Karena begitulah pesan orang tuanya. Seungmin harus hidup di sekitar orang yang bisa memberikan energi positif bagi Seungmin. Makanya, si laki-laki kecil itu terbiasa menganggap orang yang ceria dan ramah jauh jauh jauh lebih baik untuknya dibanding orang yang dingin dan terkesan cuek.

Seperti Hyunjin lebih baik daripada Minho.

"Aku mau beli bunga," kata Minho.

"Tentu anda mau beli bunga. Ini kan toko bunga, bukan toko kue." Seungmin menggumam.

"Kok judes? Mana yang katanya kayak kucing?"

"Judes? Maaf, saya tidak bermaksud judes. Saya keceplosan," kata Seungmin takut-takut. Mau setidak suka apa pun Seungmin pada Minho, saat ini Minho adalah pelanggannya. "Mau beli bunga yang seperti apa?"

"Satu buket bunga krisan saja. Kalau ada bunga matahari, tolong kasih juga."

Seungmin membayangkan kombinasi unik itu dalam kepala, kemudian berjalan menuju tempat ia menyimpan bunga.

"Temanku kemarin ke sini," kata Minho, mengajak Seungmin bicara. Kata Hyunjin, anaknya suka DanceRacha dan merupakan penggemar mereka, tapi apa-apaan dengan perilaku yang tenang ini? Bahkan si penjual bunga itu bersikap seperti tidak kenal Minho.

"Teman anda? Hyunjin?" Sambil memilih bunga krisan segar dan mengambil satu tangkai bunga matahari, Seungmin menyahut.

"Iya. Dia banyak bicara tentangmu," kata Minho.

Dan begitulah Seungmin menoleh.

"Tapi saya tidak bertemu dengannya waktu itu. Teman saya Felix yang melayani Hyunjin."

Oh, pantes, pikir Minho, menemukan titik yang terhubung.

Jadi yang dimaksud Hyunjin seperti kucing itu bukan anak ini. Yang ini lebih mirip...

anjing herder.

Nadanya, tatapan matanya, geriknya, semuanya galak. Minho jadi takut sendiri, tapi dia tidak boleh menunjukkan itu. Sudah terbiasa untuk terlihat lebih berani dari siapapun.

Seungmin sudah berjalan ke meja kerja dan mengambil kertas bungkus berwarna hitam beserta mika bening. Pita yang dipilih berwarna kuning kecoklatan.

"Bunga mataharinya cantik," kata Minho.

Si penjual bunga mendongak sebentar ke arah Minho, menemukan mata si penari yang sedang menatap sendu si bunga matahari.

"Bilang cantik tapi ngelihatinnya sedih gitu," komentar Seungmin.

Minho terkekeh. "Kasian, cantik-cantik dipetik," katanya.

Mata Seungmin membulat. Tangannya masih fokus melakukan pekerjaan merapikan bungkusan buketnya. "Seenggaknya, dia bantu manusia buat menyampaikan kebahagiaan ke manusia lain."

"Manusia gitu ya, nyusahin alam mulu."

Seungmin mendengus kecil. Ia mengangguk.

Sekitar dua menit kemudian, buket yang diminta Minho sudah jadi.

"Sama satu lagi dong, buat Hyunjin."

Seungmin terbelalak. "H-Hyunjin?!"

Minho terkikik. "Iya, buat Hyunjin."

***

DaengNyang Florist.

"Thanks, Kak! Ini beli di toko bunga itu, ya? Udah ketemu yang jaga?" Hyunjin menerima satu buket bunga peony dengan kertas berwarna biru muda.

Minho mengangguk. "Tapi aku ketemunya bukan kucing. Ketemunya anjing cihuahua."

Hyunjin terlihat bingung. "Anjing? Dia nggak kayak anjing, sih."

"Katanya kamu kemarin nggak ketemu dia, tapi temennya."

"Ooh! Jadi kita ketemu orang yang beda?"

Minho mengangguk lagi. "Gitu deh."

"Ngomong-ngomong, kok Kakak lama sih? Ini bunganya udah agak kering ujungnya. Dibawa ke mana dulu?" Alis Hyunjin bertaut sambil jarinya menyentuh kelopak peony yang sedikit kering.

"Hah? Ooh, haha. Aku ke tempat mama papa dulu. Lagi ulang tahun pernikahan."

Hyunjin mengangguk sambil membulatkan mulutnya.

"Lihat yang jual bunga tadi ngingetin aku sama bunga kesukaan mama," kata Minho.

Omong-omong, mereka sedang berada di tempat makan daging. Hyunjin janji mau traktir Minho kalau dia jadi ke toko bunga itu. Minhonya sendiri membawakan bunga untuk Hyunjin karena iseng.

"Bunga apa tuh?"

"Lupa namanya, pokoknya bikin sedih."

"Lah? Dia bikin Kakak sedih emangnya?" tanya Hyunjin.

Minho menggeleng. "Bukan gitu. Dia bikin aku sedih, nggak tahu kenapa."

Clue-nya adalah, kata orang, sebelum kita lahir, kita diperlihatkan seluruh jalan kehidupan kita sampai kita mati.

"Tapi yah.."

"Aku mempertimbangkan saranmu buat cari pacar, Jin. Mungkin nggak pacar sih, tapi aku penasaran sama si anak anjing itu."

Hyunjin langsung sumringah. Dia bertepuk tangan dengan semangat. "Sip! Sip sip sip! Kakak pesen daging sepuasnya aja lah! Sana tambah lagi!" Senang sekali rasanya akhirnya Minho tidak akan terlihat sedih lagi. Sudah terlalu lama Minho tenggelam dalam dunia yang abu-abu. Hyunjin ingin Minho bertemu dengan setidaknya satu cahaya baru, karena dia peduli dengan Minho.

Tangan Minho masuk ke kantong celana, memastikan satu kertas selipan dari si penjual bunga masih ada di sana.

*

.a/n

Yey sudah ketemu. :D

Okay cukup tenang-tenangnya, mari kita masuk ke bagian yang membara OwO

Dandelion and Sad Symphonies // 2minTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang