Meski sosok dan segala tentangmu semuanya lenyap,
Kau hidup abadi di dalam diriku
Bersama diriku yang terus berjalan
Tanpa sempat ucap selamat tinggalGiven - Fuyu no Hanashi
*
Di sebuah lini masa lain, saat Minho anggap semua hanya mimpi.
Mata Minho terbuka dengan paksa, membuat cahaya putih dari lampu di langit-langit kamar terasa sangat menyiilaukan. Mengumpulkan kesadarannya sebentar, laki-laki itu menarik napas panjang. Mimpinya barusan adalah yang paling buruk yang pernah terjadi setelah empat tahun kepindahannya ke Amerika.
Seungmin memang punya penyakit jantung bawaan, Minho tahu. Minho juga tahu bahwa pacarnya memang menjalani operasi besar untuk memperbaiki katup jantung yang bermasalah ketika Minho mengadakan konser pertama. Namun, Seungmin tidak gagal di operasi itu. Dia keluar dari rumah sakit beberapa bulan kemudian dan menyusul Minho ke Amerika, itu yang terjadi. Seungmin tidak meninggal, setidaknya di kenyataan.
Lain dengan di mimpinya di mana Minho yang adalah seorang penari dari duo kesukaan Seungmin, dipertemukan dengan penggemarnya, jatuh cinta, kemudian ditinggal pergi. Mimpi yang sungguh mengerikan.
Iya, mimpi buruk itu bukanlah yang pertama bagi Minho. Mimpi buruk panjang, berlangsung berhari-hari lamanya.
Dia terduduk setelah 30 detik melanjutkan tangisan dari dirinya dalam mimpi. Masih dengan air mata kering di ujung mata yang tidak diusap, dia langkahkan kaki ke luar kamar.
"Min?" panggil Minho. "Seungmin? Kamu di mana?"
"Here!" Sebuah suara menyahut dari ruang televisi di balik lorong kamar.
Minho menghampiri sumber suara dengan langkah segontai mayat hidup. Setelah menemukan laki-lakinya terduduk di karpet beludru biru muda, laki-laki bertubuh apik itu kemudian mendudukkan dirinya di belakang punggung Seungmin.
Terduduk, kemudian melingkarkan tangan di perut Seungmin. Kakinya ikut naik ke atas paha Seungmin yang duduk bersila.
"Pagi, Koala," canda Seungmin. Dia terkekeh sambil menepuk-nepuk punggung tangan Minho yang masih mengantuk. "Gimana tidurnya?" tanyanya lembut.
"Nggak enak." Minho jawab sambil cemberut.
"Hm? Kenapa? Mimpi buruk lagi?" tanya Seungmin perhatian.
Di pundaknya, Seungmin bisa rasakan Minho mengangguk. Dari punggung tangan Minho, tangan Seungmin bergerak ke kepala sang kekasih, menepuk pelan tumpukan rambut berantakan di sana.
"Cuma mimpi, nggak apa-apa." Seungmin berkata.
Kemudian, dia lanjut fokus ke pekerjaan yang sempat tertunda.
"Bikin buket lagi? Buat siapa?" tanya Minho, perhatikan tangan cekatan Seungmin merangkai tiga batang bunga matahari, empat batang bunga peony, dan sekumpulan baby's breath.
"Ish, lupa, ya? Hari ini Felix lulus dari akademinya," kata Seungmin. Tangannya cekatan mengikat tangkai-tangkai bunga dengan pita kawat kecil, kemudian kertas berjaring serta kertas bungkus besar ikut memperindah buket tersebut.
"Hari ini? Bukan besok?" tanya Minho lagi. Matanya mengawasi setiap gerakan jari Seungmin.
"Bukan, Sayang. Hari ini lulusannya, nanti malam makan-makan, besok ke Korea. Kamu ah, masih muda udah pikunan," canda Seungmin.
Minho nyengir. "Hehe. Biarin, kan ada kamu yang ingetin aku terus."
"Manja banget aku cubit kamu, ya." Seungmin cubit kulit lengan yang lebih tua, buat Minho mengaduh kencang di telinga Seungmin.
![](https://img.wattpad.com/cover/237552560-288-k101831.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion and Sad Symphonies // 2min
Fiksi PenggemarKenapa juga kau deskripsikan diri bagaikan bunga kamomil? Kau itu dandelion, Seungmin. Rapuh dan mudah terbang. [ Bxb / mxm ] [ SKZ ; Minho x Seungmin ]