Dua Puluh Tiga

1.1K 99 15
                                    

Erin memang berniat untuk bangkit, tapi bangkit versi dirinya bukan mencari pujaan hati yang baru. Karena dia tahu betul, bagaimana hatinya masih tersangkut bayang-bayang Alan.

Bisa saja dia mendekat dan meladeni pria-pria seperti yang disarankan Bri, tapi dia adalah korban dari pria yang tidak bisa melepas masa lalu dan melibatkan dirinya sebagai pelampiasan.

Jadi tidak mungkin dia menepatkan dirinya sebagai Alan dan menjadikan orang lain korban seperti dia, padahal dia tau betul bagaimana sakitnya perasaan itu.

Selain berusaha untuk tegar dan tetap bahagia, Erin berupaya untuk lebih mencintai dirinya. Waktu luangnya yang dulu dia gunakan untuk Alan akhirnya bisa dia manfaatkan untuk merawat diri sendiri.

Tergeletak di atas tempat tidur bersama Bri yang sedang mengolesi masker varian coklat ke wajahnya.

"Dari coverage dan testimone, masker ini bisa buat wajah kita lembab." Celoteh Bri disela-sela kegiatan mereka.

"Tapi sukak bingung, sebenernya selebgram-selebgram cantik itu punya rahasia skincare apa cobak? Bisa-bisanya mukak mulus tak bergelombang. Katanya pakai masker ini, tapi aku pakek masker sampek belik pabriknya jugak gak bisa semulus orang itu, Rin."

Erin tersenyum menahan tawa, pantang tertawa lebar jika wajah sedang dibalur masker. Bukannya makin cantik, yang ada hancur berkeping seperti hatinya.

"Aku udah bilang ke Angga jemput kau malam ini. Kita double date." Ujar Bri membuat Erin bangkit karena tidak sama sekali tahu rencana malam ini.

Dia pikir malam ini akan seperti biasa, tinggal di rumah, mengerjakan skripsi sambil menonton televisi atau marathon drama korea bersama dua adik tingkatnya.

"Apa? Mau nolak?" Tanya Bri sudah bisa membaca isi pikiran Erin.

Sudah dibilangkan, kalau Erin bukan tipikal wanita yang bisa berbaur dan suka bersosialisasi seperti Bri. Erin cenderung dingin malah terkesan jutek jika bertemu orang baru.

Bahkan dengan Bri saja Erin baru benar-benar dekat setelah satu semester terlewati. Ya memang tidak mudah mendapati hati Erin.

Tapi percayalah, dibalik sifat cueknya itu Erin adalah wanita berhati lembut dan penyabar. Sayangnya hati baik itu justru dipermainkan oleh Alan begitu saja.

"Bri." Sargah Erin melas sedang Bri langsung bangkit dan keluar dari kamar, tampak sekali tidak ingin mendengar gubrisan dari Erin.

Dia tau dengan siapa double date yang dimaksud Bri. Siapa lagi kalau bukan Bri dan sahabat mantan pacarnya.

Bukan masalah memang, tapi dia malas saja. Apapun yang menyangkut masa lalu sekalipun Ardi tidak terlibat, dia berusaha untuk menghindar.

Karena dia tahu, Ardi dan Alan itu ibarat amplop dengan perangko. Mereka hanya terpisah jika yang satu hectic atau tercampak di tempat yang terpisah.

Masih menghubungkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, tiba-tiba pintu kembali terbuka dan Bri muncul dengan segelas air.

"Tenang aja, aku udah bilang Ardi jangan bawak buaya jantan kurang belaian itu."

"Yakin?"

"Seribu persen yakin. Ardi lebih milih ninggalin Alan daripada enggak ketemu aku."

"Hati-hati, Bri." Peringat Erin. Bukan tanpa sebab dia berbicara seperti itu, karena yang dia tahu jika Alan dan temannya yang lain termasuk Ardi adalah laki-laki petualang yang dengan mudahnya mengambil dan mencampakkan hati wanita.

Simple, mereka memang tidak pernah memaksa. Wanita itu datang begitu saja, tapi mereka juga salah karena meladeni dan menghilang tanpa alasan yang jelas.

Salah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang