|2| [the servant prince]

901 116 29
                                    

SUMMER TRIANGLE
- the servant prince -


"HYDRA. Rasi bintang terbesar dari total 88 rasi bintang di langit. Area bentangnya seluas 1.303 derajat persegi di langit malam, terletak di kuadran kedua belahan selatan.

--Hydra dapat dilihat  pada garis lintang +54° dan -83°. Rasi Hydra, si ular air. Sama dengan klan Hydra yang witchcraft-nya juga ular. Kekuasaan region terbesar di Epoxiyez juga dipegang oleh Hydra."

Monolognya menatap langit malam di tanah lapang, sendirian.

"Banyak kemiripan antara konstellasi Hydra dengan Klan Hydra. Huh! Gue jadi terharu. Bangga banget bisa terlahir sebagai klan Hydra."

"Pangeran."

Si lelaki yang sedang menikmati kesendiriannya itu menoleh ke sumber suara. Netranya mendapati seekor singa berjalan ke arahnya.

"Eh buset. Kaget gue," ujarnya sambil mengelus dada.

Seorang lelaki berjalan di belakang singa itu, tegap langkahnya dan kekakuan wajahnya sering kali membuat sang pangeran diam tak berkutik.

"Paman. Ngapain di sini?"

Lelaki pemilik singa itu bernama Sun Regulus Leonis. Sang pemimpin dari klan Leo.

"Hanya berkeliling. Pangeran sendiri, sedang apa di sini?"

Sang pengeran Hydra. Altair Ravianus, hanya tersenyum disertai gelengan kepala untuk menjawab tanya dari Czar Leo tersebut.

"Kita kan hanya berdua. Panggil Ravi aja Paman. Aku merasa belum pantas menyandang gelar pangeran, sementara kekuatan saja tidak punya. Payah."

"Baiklah. Tak perlu bersedih. Masih ada banyak waktu untukmu berlatih."

"Tapi aku sudah di tingkat tiga, paman. Dan lihat, menciptakan anakan ular saja aku tidak sanggup. Jangankan menciptakan, menjinakkan yang sudah ada saja tidak bisa. Sedangkan adikku sendiri, dia sudah mampu menciptakan ular raksasa. Apa-apaan ini, kenapa tidak adil sekali."

Sun Regulus mengulas senyum tipisnya. Ia lantas mengusak pucuk kepala sang pangeran.

"Mungkin, Lord Minor masih menyegel witchcraftmu. Tunggu saja, sampai waktunya tiba," tutur Sun Regulus.

Ravian mendongakkan kepalanya, menatap wajah sang pelatih sekaligus orang yang dianggap paman olehnya.
Yang ditatap, memberikan senyuman cerahnya yang terbilang cukup langka diumbar.

"Paman kalau tersenyum begitu terlihat semakin bersinar," ujar Ravian.

Sun Regulus lantas membuang muka, menghindari tatapan berbinar milik sang pangeran Hydra.

"Masuklah! Pangeran Victor mencarimu."

Mendengar nama sang adik, gurat Ravianus menjadi suram seketika.

"Ada apa lagi sih?" gerutunya seraya beranjak dari duduknya.

"Kau lupa menyiapkan warm venom untuknya."

"Hah! Sabar, sabar. Tadi sudah kusiapkan Paman. Masih kurang?"

"Dia meminta lagi, dan kali ini ingin kau yang membuatnya."

"Bocah ular kurang perhatian. Untung dia punya kekuatan, kalau enggak, udah gue pites sejak bayi. Dikira gue babu, apa? Kamprett!"

"Wacth out your language, prince."

Altair Ravianus mempersembahkan cengirannya, sebelum akhirnya lari tunggang langgang ke dalam Puri Hydra.

Sun Regulus mengulas senyumannya.
"I'm still here for you," ucapnya tersamarkan sarayu malam yang berembus pelan.

SUMMER TRIANGLE [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang