.
.
.h a p p y r e a d i n g
.
.
.SUMMER TRIANGLE
- the brightest star -BERULANG kali Ravian menyakinkan dirinya akan satu fakta oposite yang diterimanya, namun berulang kali fakta yang selama ini ia yakini menentangnya.
Kini hati Ravian dihadapkan oleh satu kondisi yang rawan. Diibaratkan sedang berdiri di tepi jurang, bila fakta oposite itu benar, maka hatinya akan benar-benar hancur jatuh ke dasar jurang, penuh kekecewaan.
Sekali lagi Ravian berharap, stigma negatif tentang Hydra dari penjaga perpustakaan itu hanyalah opini saja, bukan fakta yang tersembunyi.
Namun lagi-lagi keruntutan alur cerita dan bukti yang ada, membuat Ravian stuck di tempat. Bingung harus berpihak ke mana, hingga kebingungan itu menuntunnya ke tepi hutan belantara di sisi perbatasan Ursa dengan tanah Gugusan Major.
Hari sudah menua, tersisa senja di ufuk barat sana. Ravian berdiri di dekat pohon akasia tua, dia berdiam di sana, bingung harus memulai dari mana untuk menemui si penolongnya.
"Hah!"
Helaan napas lelah terdengar dari Ravian, setelahnya ia duduk bersandar di batang pohon. Ia pejamkan mata menikmati angin sore, berusaha mencari kedamaian diri.
Sampai moncong seekor anjing mencium pipi kanannya, Ravian segera menegakkan punggungnya.Anjing cokelat, dengan bekas luka sayat di paha kirinya itu, duduk menatap dengan puppy eyes nya yang menggemaskan. Ravian mengerti, segera ia mengelus kepala anjing itu.
"Sepertinya Mola menyukaimu."
Suara itu mengagetkan Ravian. Dengan memasang sikap siaga, Ravian berdiri. Ia menoleh ke sana ke mari, namun tak ada siapapun di sekitarnya.
"Di atas sini!"
Ravian mendongak, dan dijumpainya seorang pria yang dulu pernah menolongnya. Lelaki bertopeng setengah wajah. Pria itu turun dengan sekali lompatan dari dahan pohon akasia.
"Apa kabar Vi?"
Heran? Tentu, itu yang sedang dirasakan Ravian. Bagaimana lelaki ini bisa mengetahui namanya? Apa dia seorang stalker?
Tapi tunggu, pakaian pria itu terbuat dari kulit binatang, kedua kakinya telanjang tanpa alas, dan dandanan rambutnya sungguh kuno sekali. Mustahil pria itu terkena arus teknologi.
Pikiran Ravian dipenuhi oleh argumen-argumen semacam itu.
"Baik. Kamu siapa?"
"Lupa denganku?"
"Aku ingat, kamu yang menolongku waktu itu. Tapi kamu belum memperkenalkan dirimu? Dan kenapa kamu bisa tahu namaku?"
Pria itu terkekeh.
"Namaku bintang paling terang di langit, panggil aku Binrang, Bintang paling Terang." Pria itu menyunggingkan senyum miringnya.Nama macam apa itu? Batin Ravian.
"Tentu aku tahu namamu. Siapa yang tidak mengenal putra sulung hydra yang bukan putra mahkota." Lanjutnya menegaskan julukan untuk Ravian.
"Ada yang salah dengan itu?" tanya Ravian sedikit tersinggung.
"Lucu saja, bukankah seharusnya putra pertama yang mendapat gelar 'putra mahkota' dan menggantikan posisi raja kelak?"
Ravian terhenyak, perkataan Binrang ini, sukses membuatnya berpikir ulang. Ah lagi-lagi pertanyaan yang datang, padahal Ravian sedang membutuhkan jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER TRIANGLE [Republish]
Fantasy[BROTHERSHIP FANTASY : SUMMER TRIANGLE] l e o r i o n a q u i l a h y d r a c y g n u s l y r a c a n i s Pesan-pesan dalam ST menurut Pembaca : Setiap orang punya rasa sakit masing masing, kita ngga bisa anggap posisi kita lebih berat atau lebih su...