[24] |storm|

539 97 90
                                    

SUMMER TRIANGLE
- storm -

Gulungan awan hitam bergerak cepat menutupi lembah di mana tempat batu formasi itu berada. Angin kencang membawa butiran pasir dan kerikil menerjang para rare klan, Vega, Victory dan para hewan pendamping.

Mereka terhempas ke arah yang berbeda, Lyra dan Gimy yang paling parah, keduanya menghantam batang beringin tanpa sempat menahan.

Ravian terpental jauh ke jalur batu Formasi, sedangkan Vega dan Victory jatuh terjengkang ke belakang.

Kilat menyambar, menggelegarkan suara petir, tak lama rintik hitam mulai berjatuhan, panjang dan menggeliat di udara. Itu bukan air ataupun salju, melainkan ribuan ular.

Dengan langkah seribu, Vega bangkit berdiri, ditariknya Victory mendekat pada Arjuna dan Gimy.
Setelahnya diciptakanlah tabir pelindung untuk mereka terhindar dari ular-ular berbisa itu.

"Arjuna." Gimy menghampiri adiknya yang terdiam, menahan sakit di punggungnya. "Jun!"

"Gue gak papa Bang."

"Gimy bantu Mbak! Juna tolong kendalikan angin, arahkan ular-ular itu ke kawah gunung mati!" titah Vega.

"Baik Mbak," kata mereka serempak.

Gimyandara menarik sulur air yang bersumber dari danau batu formasinya untuk dijadikannya tabir pelindung. Arjuna sibuk mengendalikan angin liar yang enggan diperintahnya.

Aigel dan Cygnies, sedang bertarung melawan ular kepala sembilan yang entah dari mana datangnya.

Sejenak mereka melupakan Ravian, pemuda itu tengah berjuang sendirian, menghalau para ular agar tidak menancapkan racun padanya.

Tertutupnya cahaya matahari oleh gumulan awan hitam, membuat Ravian kehilangan sumber witchcraftnya.

Dengan tabir tipis yang ia buat, Ravian terus melangkah menuju batu formasinya. Dia harus sampai di batu Aquilanya.

"Egois kah kalau gue panggil Aigel kemari?" gumam Ravian, dari kejauhan ia melihat kisruhnya di jalur beringin kembar.

Vega memberikan perlindungan tabir untuk Arjuna yang melawan hujan ular. Gimy bersama hewan pendamping, kini sedang berhadapan dengan ular kepala sembilan jelmaan Czar hydra.

Dan Victory, anak itu menghilang.

"Gak Ravian. Lo gak boleh egois. Sedikit lagi, lo bisa sampai ke batu formasi."

Prinsip yang dipegang Ravian kali ini adalah mendapatkan cahaya matahari.

Karena jika ia berhasil duduk di batu formasi dan mendapatkan cahaya matahari, maka dengan mudah Ravian mampu melelehkan gumulan awan berkandung ular itu.

Lalu menarik saudaranya untuk berdiri di batu formasi masing-masing, membentuk summer triangle dan melenyapkan roh kegegelapan.

Terdengar mudah, tapi sulit bagi Ravian dengan kondisinya sekarang. Tapi ia percaya, kalau dia bisa, dan keyakinannya itu membawa dampak yang cukup signifikan. Dua langkah lagi ia berhasil meraih batu formasinya.

"Hai Rav!" sapaan itu membuat Ravian menegang di tempatnya.

Ia mendongakkan kepala, dilihatnya sosok hitam berdiri tegak di batu formasinya, seringai yang menampakkan taring-taring panjang menambah seram wujudnya.

Di belakang sosok itu, ada ular yang sangat besar, berwarna ungu kehitaman. Ravian kenal betul warna hydries siapa itu, namun ukurannya yang tiga kali lipat lebih besar membuat Ravian ragu mengatakannya.

"A-Arda?"

Buncahan tawa dari sosok itu memicu gelegar petir menyambar liar di langit kelam.

"Hallo sobat. Senang bertemu denganmu lagi."

SUMMER TRIANGLE [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang