Prolog

74 36 21
                                    

Gadis itu kini sudah menapakkan kakinya di bandara soekarno hatta. Matanya menjelajahi ke seluruh kawasan bandara itu, dengan hati yang sudah di penuhi oleh kerinduan yang mendalam, ia merogoh tas selempangnya guna mengambil benda pipih untuk menghubungi seseorang yang sangat ia rindukan.

"Assalamu'alaikum Nek" Sapa si gadis dengan penuh semangat.

Suara kekehan terdengar dari seberang sana "Wa'alaikumsalam cucu nenek" suara serak yang berasal dari wanita berusia 50 an tahun itu menyahut.

Awa tersenyum, rautnya menyendu meski senyumannya tidak luntur sama sekali. Mendengar suara Neneknya yang menyahut seketika membuat hatinya kian teriris. Rasanya, ia tidak sanggup lagi membendung genangan air yang siap meluncur kapan saja dari kelopak matanya.

Awa menunduk masih dengan ponsel yang ia arahkan pada telinganya "Ne-Nenek" ujarnya dengan suara yang mulai tercekat.

"Nenek di mana sekarang?" Tanya Awa dengan nada rendah.

"Ne-"

Tuttt....

Awa terkesiap. Matanya melotot lebar dengan pandangannya yang terus berpusat pada layar ponsel. Jantungnya berpacu begitu cepat, berbagai pemikiran negatif mulai bersarang di kepalanya. Tanpa sadar, air matanya sudah jatuh mengalir membasahi pipinya.

Menatap sosok yang kini sudah berada di hadapannya seketika mengalihkan rasa takut serta khawatir Awa. Dengan pelan, ia melangkah begitu pun seseorang di depan sana. Tanpa babibu, Awa memeluk erat sosok rapuh itu. Awa tersenyum haru karena neneknya ternyata sudah berada dalam pelukannya.

"Ne-Nenek kemana tadi? Kenapa mutusin telepon gitu aja? Nenek tau tidak kalau Awa itu khawatir banget tadi" seru Awa menggebu-gebu.

Sementara neneknya yang memiliki tinggi hampir sama sepertinya hanya tersenyum tipis, membelai rambut halus milik cucunya itu lembut "Tadi pas lagi teleponan, nenek tidak sengaja lihat kamu, makanya nenek langsung mutusin karena tidak sabar ketemu kamu" ungkapnya.

Awa terlihat memanyunkan bibirnya, membuat Neneknya gemas sendiri dengan ekspresinya itu.

"Ishh... tapi nggak di matiin langsung juga kan?"

Ranti, neneknya itu terlihat tersenyum sembari mengangguk-anggukkan kepala "Iya.... nenek minta maaf"

Awa menghela napas "Iya, tapi lain kali jangan kayak gitu lagi ya"

Ranti tersenyum kemudian mengangguk.

Awa balas tersenyum "Yaudah, sini Awa bantuin bawa tasnya. Kayaknya Nenek capek banget deh habis umroh, hehehe"

"Bisa aja kamu" kata Ranti mencuit hidung sang cucu.

"Ya kan aku kasihan gitu liat nenek, harusnya kan aku ikut aja sama nenek biar ada yang jagain" aku Awa tulus.

"Iya...iya... terus sekolah kamu gimana? Bukannya, kamu juga sibuk cari kerja sampingan yah?"

"Loh? Nenek tahu dari mana?" Tanya Awa bingung, pasalnya tentang dirinya yang ingin mencari kerja sampingan itu adalah rahasianya sendiri, mungkin hanya beberapa temannya yang tahu, tapi tidak untuk neneknya. Ia tidak mengatakan hal tersebut pada Ranti karena tidak mau membuat neneknya itu khawatir padanya.

Will Not Erase YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang