Awa POVAku tidak menyangka kalau aku benar-benar menuruti permintaan Om Johan. Buktinya, sekarang aku sudah berdiri di depan pintu rumah yang benar-benar megah ini. Aku sedikit menahan napas kala pintu rumah itu di buka oleh dua pelayan berbaju putih-hitam.
WOW! Jangan tanyakan bagaimana ekspresi ku sekarang. Jelas sekali jauh dari kata elegan, aku benar-benar di buat mati kutu melihat desain rumah mewah ini. Benar-benar sudah seperti kerajaan dalam dimensi lain. Seketika aku merasa sangat beruntung karena bisa menginjakkan kaki di rumah mewah ini , apalagi di tawari langsung oleh pemilik rumah.
"Kenapa Hawa?"
Aku tersentak sembari menolehkan kepala dan mendapati Om Johan yang menatapku bingung.
"Eh, tidak apa-apa kok Om. Aku tercengang aja lihat desainnya. Rumah Om cantik banget" seru ku tanpa pikir panjang.
Ku dengar Om Johan terkekeh pelan "Bukan apa-apa. Hm, bagaimana kalau sekarang saya mengatakan apa pekerjaan kamu"
Aku terdiam namun tetap menganggukkan kepala.
"Jadi begini, pekerjaan kamu itu bukan sebagai pelayan atau pun pekerja di rumah ini"
"La-lalu apa dong om?" Tanyaku penasaran.
"Om mengajakmu ke sini untuk menjadi perawat anak om"
Jawaban klasik memang. Tapi entah kenapa, om Johan menjawab dengan ekspresi wajahnya yang menyendu seakan perkataannya tadi adalah hal yang seketika membuat hatinya sakit. Sebenarnya ada apa?
"Anak om?" Tanyaku membuat om Johan menganggukkan kepala.
Aku menghela napas. Biasanya, kalau ada orang yang meminta kita untuk menjadi perawat, kita pasti perlu bertanya-tanya bagaimana sosok orang yang akan kita rawat. Jadi, sekarang waktunya untukku bertanya pada om Johan. Hohoho...
"Anak om cewek apa cowok?" Tanya ku sudah seperti detektif saja.
"Hm, anak om cowok"
Aku mengangguk mengerti, selanjutnya...
"Umur berapa anak om?"
"17 tahun"
"Oh tujuh bel- APAAA!!" Aku tanpa sengaja berseru saking terkejutnya mendengar jawaban singkat dari om Johan. Mata ku masih melotot kaget. Apa tadi? Tu-tujuh belas tahun? Bagaimana bisa aku yang berumur 16 tahun merawat anak berusia 17 tahun? Oh god! Mimpi apa aku semalam.
"Ma-maksudnya gimana yah om? Kenapa saya harus merawat anak yang jelas-jelas lebih tua setahun dari saya?" Tanya ku tidak mengerti.
Helaan napas terdengar dari om Johan. Pria yang masih terlihat awet muda itu nampak menundukkan kepalanya. Aku seketika merasa bersalah, meski aku tidak begitu yakin di mana letak kesalahanku.
"Adam Fernando Pratama. Dia adalah anak satu-satu om. Lima tahun yang lalu, dia mengalami kecelakaan bersama dengan ibunya, istri saya..."
Aku terhenyak. Astagah! Apakah aku benar-benar bersalah di sini? Jelas sekali kalau aku kini membuka luka yang om Johan simpan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Not Erase You
Teen Fiction(Revisi Setelah Tamat) Follow dulu dong sebelum baca hehe.... -Will Not Erase You- "Bolehkah aku berharap lebih untukmu yang sudah sangat mengharapkanku? Akankah kita bersatu, setelah perbedaan yang memisahkan? Bisakah kamu mengerti, untuk diriku...