"KAMPRETTT!!" Bian berteriak ketika Rafli, teman sekelasnya itu dengan sengaja mengganggu kosentrasi menghapalnya.
Saat ini, kelas IPA 2 sedang di beri tugas untuk menghapal nama-nama guru di sekolah mereka. Awalnya, semua murid mengeluh kesal, pasalnya nama-nama guru di sekolah mereka ini terbilang cukup banyak dan hampir semuanya terdengar sama. Belum lagi ada yang bernama, Irmawati, Asmawati, Hasnawati. Semuanya terdengar sangat klise.
"Elahh.... baru juga di gituin udah ngeles aja lo" cibir Rafli yang duduk di bangku sebelah Bian.
"Taik lo!"
"Lo berdua diam dulu bisa?" Jake, cowok yang duduk tepat di belakang Bian itu mengumpat kesal dengan keributan yang mendadak di buat oleh Bian dan Rafli. Ia pun sama, tengah fokus menghapal nama-nama guru apalagi nama guru BK yang sudah menjadi langganannya setiap hari.
"Ck, lo jangan salahin gue Jake, gue aja di ganggu sama nih babi" sahut Bian tanpa hati.
Jake mendengus sementara Rafli sudah melototkan matanya tidak terima "Enak aja lo ceker ayam! Lo pikir gue gangguin lo itu tanpa ada alasan gitu? Heh! Ingat yah kemarin lo minjam duit gue hampir sejuta, dan sekarang lo berlagak kalau gue gangguin kosentrasi lo? Nggak ada alasan lain anjing selain gue minta lo bayar utang" jelas cowok itu menggebu-gebu.
"Dih... sejuta pala lo pea! Gue pinjamnya sepuluh ribu doang perasaan" gumam Bian sembari mendelik tajam.
"Bodo! Karena waktu utang lo udah lewat beberapa jam, jadi sampai sekarang ini semua utang lo di bayar dua kali lipat per jam" ucap Rafli tanpa beban.
"BANGSATT! NGGAK BISA LEBIH MAHAL LAGI APA?!" Sentak Bian tanpa memperdulikan bagaimana tatapan heran teman-teman kelasnya.
Rafli tersenyum mengejek dengan tangan bersedekap depan dada "Wah.... ternyata mau yang lebih mahal...... yaudah gue tambah ja—"
"GAK! Pokoknya sepuluh ribu doang. Minta ke Bangsawan sana, tuh cowok pernah minjem duit gue sejuta kalau nggak salah"
"Goblok! Sejuta alias lima ribu? Itu pun gue pinjam buat bayar yuran kelas doang" celetuk Bangsawan yang tengah sibuk menghapal kini menoleh ke belakang.
Rafli mengernyit kemudian melirik Bangsawan yang duduk tepat di depannya. Sementara Bian nampak mengendikkan bahu "Pokoknya lo udah minjem duit gue kan? Nah, berhubungan masa tenggatnya udah habis. Jadi utang lo gue tambah dua kali lipat per menit" ucap Bian meniru gaya biacara Rafli.
Tanpa berlama-lama, Bangsawan meletakkan uang lima ribu di atas meja Bian, tidak mau memperpanjang masalah utangnya pada cowok itu.
Bian berdecak malas "Di bilang dua kali lipat per menit" dengusnya namun tetap saja mengambil uang itu dan memberikannya pada Rafli.
Rafli mengernyit menatap selembaran uang lima ribu di depannya "Apaan nih? Goceng! Utang lo sejuta anjir bukan goceng kek gini" sahut Rafli memandang jijik uang di depannya.
"Mck! Ambil babi, syukur-syukur masih gue kasih biar pun gocengan, dari pada gue kasih uang koing gambar monyet, mending lo ambil ini dulu. Lima ribu nya minta ke Awa, tuh bocah banyak utang juga sama gue" kata Bian.
Diam-diam, Jake berdecak kesal mendengar pembicaraan teman-temannya itu. Kenapa semuanya suka sekali membahas utang-utang an?
Sementara di tempat yang sama. Awa nampak sibuk menghapalkan segala nama guru yang sama sekali tidak ia ingat bagaimana rupanya masing-masing.
"Ini salah Wa, gue udah bilang kan kalau guru bahasa inggris kita namanya Rahma bukan Rasna" omel Rara seperti biasa.
Awa memutar bola matanya malas "Bodo amat lah Ra, yang penting sama-sama guru kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Not Erase You
Teen Fiction(Revisi Setelah Tamat) Follow dulu dong sebelum baca hehe.... -Will Not Erase You- "Bolehkah aku berharap lebih untukmu yang sudah sangat mengharapkanku? Akankah kita bersatu, setelah perbedaan yang memisahkan? Bisakah kamu mengerti, untuk diriku...