Chap 17

9 7 6
                                    

"Kalau boleh tahu, nama teman lo siapa?" Tanyaku ragu-ragu.

Jake terlihat mendengus pelan "Adam"

Kan! Memang benar kak Adam! Astagah... kenapa bisa kayak gini sih? Jake sama kak Adam temenan? Tapi kenapa sampe sekarang gak keliatan dekatnya?

Aku menghembuskan napas pelan, mengatur jantungku yang tiba-tiba deg-degan karena ucapan Jake.

"Hmm.... terus, Adam nya di mana sekarang?" Tanya ku. Oh ya, semoga saja Jake tidak risih dengan segala pertanyaanku padanya.

"Gue nggak tahu. Waktu gue naik kelas enam, gue pindah ke jerman karena pekerjaan mama gue. Sejak saat itu, gue sama Adam nggak pernah saling ngirim kabar, dan sampai sekarang gue nggak tau dia di mana" ucapnya.

Ya iyalah bego lo nggak tahu, orang kak Adam aja gak pernah keluar rumah.

Oke...oke... ambil napas terus di buang. Tiba-tiba saja aku merasa geram seketika. Kenapa juga kan Jake tidak berusaha nyari kak Adam.

"Oh gitu.... tapi, kalau boleh tahu.... lo dekat yah sama Adam?"

Jake mengangguk "Sangat dekat. Gue bahkan udah anggap dia sebagai kakak gue sendiri"

Aku bersorak dalam hati. Setidaknya aku tahu sedikit tentang masa lalu kak Adam.

"Kalau lo dekat sama Adam, berarti lo kenal juga dong sama keluarganya Adam? mamanya Adam contohnya" Pancing ku ingin melihat reaksinya. Aku menanyakan ini karena kepalaku yang tiba-tiba saja terlintas tentang bingkai foto waktu hari itu.

Dan benar saja! Jake langsung terdiam. Sebenarnya ada apa sih? Aku nggak tahu apa-apa nih.

"Yah.... tante Namia, ibunya Adam. Gue nggak tahu penyebabnya apa, tapi gue dengar tante Namia meninggal saat gue masih tinggal di jerman"

Aku mengangguk mengerti, memang benar tante Namia meninggal saat itu. Hanya saja, aku juga tidak tahu penyebabnya apa.

"Lo kenal sama Adam?"

Deg

Hah?

Aku langsung saja melongo mendengar pertanyaan dari Jake. Kenapa tiba-tiba dia menanyakan itu?

"E-enggak, emangnya kenapa?" Tanya ku mendadak gugup.

Jake terlihat mengangkat kedua bahunya acuh "Tidak kenapa-kenapa sih, heran aja lo banyak tanya tentang Adam"

Aku menutup mulutku rapat-rapat. Ternyata Jake sadar dengan keanehan ku yang terlihat kepo tentang kak Adam. Tapi syukurlah, dia tidak membahasnya lebih jauh.

"Oh iya Wa, gue balik dulu yah.... kayaknya udah mau maghrib nih"

Aku mengangguk dan ikut beranjak ketika Jake sudah berdiri dari duduknya.

"Lo tinggal sendiri kan?" Tanya Jake saat aku mengikutinya dari belakang menuju pintu utama.

"Hm, gue tinggal sendiri"

Tiba-tiba saja Jake membalikkan badannya menghadap padaku. Apa lagi nih?

"Jaga diri lo, dan.... sampai jumpa" lelaki itu berjalan menghampiri mogenya setelah mengelus kepalaku.

Aku mematung di tempat. Apaan nih? Lebay banget jadi cowok! Di kira gue apaan kagak bisa jaga diri. Bagaimana pun gue itu cewek yang bisa aja lawan preman sekali pun! Jadi..... jangan ngeremehin tampang gue yah.

Aku menggeleng aneh. Lupakan tentang Jake. Sekarang aku cukup merasa puas dengan kenyataan yang ku tahu tadi. Memang benar kalau kak Adam dan Jake saling mengenal. Aku juga bisa melihat dari sorot mata Jake ketika menceritakan kak Adam, ada sorot kerinduan di sana.

Will Not Erase YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang