Chap 16

8 8 5
                                    

Benar!

Itu memang luka goresan, tapi.... lukanya kok familiar gitu, aku seperti pernah melihatnya..... tapi di mana yah? Astagah Hikss... , ingatan ku semakin ke sini kok semakin nge blur sih.

"Yodah, ada yang mau titip gak? Katanya si Wiwi mau borong indomart nih"

Aku menoleh ketika Bian kembali bersuara.

"Gue titip mas kasirnya aja. Gue pernah ke indomart itu ada cowok yang jadi kasir ganteng pisan eyyy, gue titip itu aja yek"

Aku berdecak malas mendengar ucapan Rara. Memang benar yah, sekali lihat cogan pasti bawaannya pengen di liatin mulu.

Bian sendiri terlihat memutar bola matanya. Astagah, mukanya kok tiba-tiba jadi nyeremin sih.

"Gak ada titip-titip cogan!" Tekan Bian terlihat lebih dewasa.

Cih! Baru gitu aja udah cemburu, apalagi kalau Rara udah ada pawangnya, beuhh.... gak bisa di bayangin mukanya kek gimana.

"Kenapa? Serah gue dong, kalau lo nggak mau mending gue titip sama Awa aja. Ya nggak Wi?" Balas Rara meminta pendapat Wiwi.

Wiwi berdehem dengan wajah jeleknya.

"Lo wa? Mau nitip apa?"

Aku menoleh ketika Bian bertanya padaku. Tanpa berlama-lama aku langsung menjawab "Titip keselamatan lo berdua aja" balas ku yang langsung saja membuat Wiwi berdecak sementara Bian berseri-seri.

"Aduh...aduh.... adik sepupu ku pinter banget sih kalau ngomong" ujar cowok itu sambil mencubit kedua pipiku.

Memang benar nih bocah jodoh sama Rara. Mana hobinya sama lagi, suka banget nyubit pipi orang.

Aku mendelik sembari menyentak tangan Bian "Gak usah sentuh" balasku tajam.

Bian nampak menyengir dengan tampang watadosnya. Dasar sepupu laknat!

Aku hanya diam ketika temanku saling berbincang. Kenapa sih? Kita kan mau latihan nyanyi bukannya latihan titip menitip. Setelah kurang beberapa menit, akhirnya Bian dan Wiwi kini melenggan pergi meninggalkan kami menuju indomart.

Aku membuang napas, Jake yang tengah duduk di depanku mampu membuatku leluasa menatap lelaki itu. Aku masih berpikir keras tentang luka di leher cowok itu.

Sepertinya......

Di mana yah?

Kapan?

Aishh.... aku sontak memukul kepalaku karena terlalu lelah memikirkan luka itu.

"Lo kenapa Wa? Masih waras kan?"

Aku mendelik ketika Rafli bertanya dengan wajah tanpa dosanya itu.

"Gak! Gue udah gila" balas ku membuat Rafli mendadak merasa ngeri.

"Jadi.... kita bawa lagu Arcade aja gimana?"

Mataku langsung berbinar ketika Kiki membuka suaranya.

"Wahh.... iya... iya... itu aja!" Sahut ku antusias.

Jelas lah! Orang lagu kesukaanku nih yang mau di nyanyiin.

"Okeyy... kita bawa lagu itu, Raf lo nggak keberatan kan kita bawa lagu itu?"

Rafli mengangguk masih dengan mulut yang mengunyah cemilan yang ku suguhi tadi.

"Sipp... kalau lo Jake? Gak papa kan?"

Aku mendongak guna melihat reaksi cowok yang masih saja sibuk pada ponselnya.

"Hm"

Ck! Sama aja, ngomongnya irit bat dah.

Will Not Erase YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang