Awa menatap Adam yang masih setia pada posisi nyamannya di atas kursi roda. Ia menghela napas sembari beranjak dari duduknya setelah meletakkan novel kesayangannya yang berjudul "Senyuman Langit" di atas meja.
"Kak Adam"
Adam berdehem singkat sebagai jawabannya.
"Kita keluar yuk, ke taman rumahnya kak Adam kek. Masa pagi-pagi begini ngurung di kamar sih kan gak asik" kata Awa berusaha membujuk agar lelaki itu mau keluar kamar untuk sekedar mencari angin atau mungkin berjemur di bawah sinar matahari pagi.
Padahal ia sendiri orangnya juga suka ngurung di kamar kalau hari minggu. Biasalah anak cewek kalau hari minggu pasti bangunnya kesiangan, sengaja karena katanya hari minggu, gak sekolah dan gak sibuk. Alah, padahal itu semua hanya alasan saja. Buktinya, ia masih harus membersihkan rumah, mencuci baju, mencuci piring merapikan tempat tidur dan bahkan masih banyak lagi. Kalau bedanya hari lain dan hari minggu itu cuma satu, nggak masuk sekolah. Iya itu doang.
"Nggak! Di sini saja"
Awa membuang napas kasar "Ck, gak asih ah, masa iya di sini terus. Keluar sekali-kali kek, aku kan juga gak pernah ada kesempatan lihat-lihat rumah kak Adam ini"
"Rumah ayahku"
Awa hanya manggut-manggut "Yahh.... serah ae lah..."
Adam mengulum senyum. Lucu juga berbicara dengan Awa.
"Jadi kak? Keluar yuk, jemur di bawah matahari"
"Hangus dong"
"Ishh... serius kak!!" Kesal Awa lebih terdengar merengek di telinga Adam.
Adam tertawa kecil kemudian menganggukkan kepalanya pertanda setuju dengan permintaan gadis itu. Awa yang melihat anggukan kepala Adam spontan melompat kegirangan. Benar-benar kekanakan nih bocah.
"Yodah... sekarang kita turun....!" Seru Awa sembari memegang kedua gagang kursi roda Adam dan mulai menjalankannya keluar dari kamar.
Beberapa pelayan yang melihat mereka sempat terpaku. Karena ada banyak pekerja baru yang Johan pekerjakan, membuat mereka semua yang belum pernah melihat rupa dari anak pemilik perusahaan terkenal itu berhenti sejenak dari aktivitasnya. Ternyata benar, anak dan bapak sama-sama hot boy. Begitulah pandangan mereka.
Awa memasuki lift yang memang katanya pribadi untuk Adam. Tentu saja ia perlu pakai lift, kalau pakai tangga kan bisa berabe. Orang Adam nya aja naik kursi roda, kalau kursi rodanya turun lewat tangga, bisa-bisa Adam nya nyungsep nanti. Astaghfirullah, pikiran Author gini amat dah.
Setelah keluar dari lift, dengan semangat Awa mendorong kursi roda Adam menuju pintu belakang kediaman Pratama yang memang langsung di suguhi pemandangan indah taman dan perumputan yang membentang luas.
Angin pagi pun terasa menyejukkan kulit, di tambah sinar mentari yang terlihat hanya masuk lewat sela-sela daun rindang pada pohon-pohon yang mengelilingi mereka. Awa berdecak kagum, memang rumah om Johan ini patut di acungi jempol. Sudah mewah, lengkap, nyaman lagi.
"Gimana kak, sejuk nggak?"
"Hm" Adam hanya mengangguk.
Awa pun mulai kembali mendorong kursi roda Adam hingga mereka berhenti di kursi kayu panjang yang terdapat di bawah pohon besar. Pemandangan yang langsung menghiasi mata ketika kita duduk di atas kursi panjang itu adalah indahnya perumputan hijau nan panjang yang bergoyang-goyang di terpa angin pagi.
Huaaa gays, bayangin aja gimana indahnya yah, soalnya Author takut berimajinasi sendiri entar lupa balik pulang hikss- Author.
"Bagaimana pun kak Adam itu perlu berdiam di bawah sinar matahari pagi. Kulit kak Adam aja pucat begitu kayak Vampire nya Twilight" kekeh Awa yang hanya di tanggapi dengusan oleh Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Not Erase You
Teen Fiction(Revisi Setelah Tamat) Follow dulu dong sebelum baca hehe.... -Will Not Erase You- "Bolehkah aku berharap lebih untukmu yang sudah sangat mengharapkanku? Akankah kita bersatu, setelah perbedaan yang memisahkan? Bisakah kamu mengerti, untuk diriku...