Chap 18

10 7 4
                                    

"I-ini maksudnya apa sih? Aku sama sekali nggak ngerti. Mantannya siapa? Dan teman sekolahnya siapa?" Tanya Awa bertubi-tubi dengan wajah yang sudah frustasi.

Mulan menghembuskan napasnya sejenak "Kak Johan itu, mantan pacarnya bunda kamu"

Oke! Wajah Awa sudah pucat pasi. Entah kenapa ia tidak suka dengan pembahasan ini.

"Ba-bagaimana bisa?"

"Bisalah Wa! Orang mereka berdua saling suka, hanya saja...... kak Johan di jodohkan dengan orang lain, makanya mereka dengan terpaksa putus padahal mereka hampir saja menikah. Lebih tepatnya kak Johan dengan bunda mu itu gagal nikah"

Awa menggeleng pelan seraya menjambak rambutnya sendiri "Aku nggak ngerti tan! Aku nggak ngerti sama sekali" ucap Awa berubah panik.

Mulan menghela pelan "Maaf kalau kamu dengar tentang ini tiba-tiba. Tapi tante juga gak sengaja ngomong langsung karena kaget dengar nama kak Johan"

Awa hanya mengangguk pelan "Lalu..... bunda sama ayah, gak saling suka?" Tanya Awa takut.

Mulan tersenyum pelan "Mereka saling suka dan bahkan saling melengkapi. Awalanya, bunda mu tidak bisa mencintai ayahmu karena belum bisa melupakan kak Johan. Tapi seiring berjalannya waktu, hati bundamu terketuk, ia jatuh cinta dan bahkan sangat mencintai ayahmu. Tante tahu kalau itu akan benar terjadi. Ayahmu orang yang sangat penyayang dan merupakan pribadi yang hangat. Pokoknya, kak Raja adalah sosok pahlawan menurut tante" ucap Mulan terdengar tulus.

Awa merunduk, air matanya jatuh. Kenapa ia baru mendengar hal itu sekarang? Kenapa tidak dari dulu saja sebelum ia bertemu dengan Adam?

"Hmm.... Wa"

Awa menoleh ke sampingnya kala mendengar Ranti memanggilnya.

"Kenapa nek?" Awa menghapus air matanya pelan sembari tersenyum miris.

"Lupakan pembahasan ini. Itu adalah masa lalu, bunda mu maupun Johan sudah bahagia dengan pasangan mereka masing-masing. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa pun, itu hanya kenangan yang sudah sepatutnya kita kenang. Jangan di bawa-bawa untuk masa depan. Mengerti?" Ranti berbicara lembut sambil mengusap rambut cucunya penuh kasih sayang.

"Apakah ini alasan om Johan? Jadiin aku perawat kak Adam karena dia tahu latar belakangku?" Batin Awa bertanya-tanya.

●●●●●

Awa mengambil napas pelan sembari melangkah memasuki kamar Adam. Ia berangkat dari rumah Mulan ke kediaman Pratama pada pukul 09.34 pagi, lebih cepat dari hari biasanya di mana ia masih berada di kawasan sekolah.

"Pagi kak Adammm!!" Sapa Awa benar-benar cerah tidak seperti biasanya.

Meski Awa masih sedikit rada canggung mengingat cerita dari tantenya Mulan, tapi Awa berusaha untuk sekuat mungkin meyakinkan dirinya kalau itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya.

Adam mendengus geli "Nggak usah se-senang itu"

Awa mengerutkan keningnya seraya meletakkan tas kainnya ke atas meja "Loh? Kenapa? Emang lagi senang kok" balasnya.

"Meskipun kamu sedang senang. Tapi aku tetap tidak bisa melihat senyuman mu itu"

Baiklah! Awa spontan diam membatu. Apa-apaan ucapan Adam.

"A-apaan sih, nanti juga bisa liat kan?"

"Tapi kapan? Aku sudah lelah dengan semua ini"

Mendadak, Awa merasa sesak. Pernyataan dari Adam barusan seakan memperlihatkan bagaimana frustasinya lelaki itu pada keadaannya. Awa bisa melihat, kalau Adam sedang putus asa dan berada di ambang kata menyerah.

Will Not Erase YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang