Ch 7 - Ciuman Yang Lain

5.5K 501 16
                                    

Taehyung mondar-mandir di ruang tengah sambil mengigit pipi dalamnya dengan perasaan cemas.

Sekarang pukul 9 malam, Taehyung dan Jungkook baru saja selesai makan malam.

Jungkook dapat kabar tadi dari Seokjin kalau Jimin sudah sadar dan kondisinya sudah membaik. Taehyung lega mendengarnya, hanya saja dia tidak bisa memastikan sendiri kondisi Jimin sekarang.

Ada rasa bersalah mendera dirinya, Jimin bisa saja sakit karena kemarin kehujanan atau karena ciumannya, ini konyol.

Jemarinya menyentuh permukaan bibirnya, sekilas dia mengingat kembali ciuman malam itu pada teman anaknya sendiri.

Sensasi lembut dan hangat bibir Jimin masih bisa Taehyung rasakan. Dia ingin merasakannya lagi.

Taehyung mengusak rambutnya frustasi. Dia segera mengambil kunci mobilnya dan pergi menuju rumah sakit.

Jimin hebat, dia sudah berhasil memporak-porandakan perasaan Taehyung yang acuh terhadap perasaannya sendiri.

Tidak butuh waktu lama bagi Taehyung sampai ke rumah sakit. Dengan langkah terburu-buru, Taehyung langsung menuju ke kamar Jimin.

Kamar rawat tempat Jimin berada itu terlihat ditutup rapat. Taehyung melangkah dengan pasti, membuka pintu perlahan untuk melihat apa ada orang selain Jimin di dalam.

Ternyata Jimin masih bangun, sedang makan buah bersama seseorang yang membuat Taehyung kesal.

Seokjin duduk dihadapan Jimin sambil mengupas buah apel merah ditangannya.

Mereka bercanda dan tertawa bersama, membuat Taehyung yang melihatnya semakin kesal.

"Hyung, aku ingin makan ramen. Apa boleh?"

Tanya Jimin, sambil memakan potongan apel di piring.

"Tentu boleh."

Seokjin meletakan pisaunya lalu menyerahkan sepiring potongan apel.

"Seriuss? Yeayyy! Tolong belikan sekarang, Jin hyung."

Jimin bersorak senang, lalu memeluk Seokjin dan mencium pipi kanan kirinya.

"Hyung tidak bilang sekarang. Nanti kalau kau sudah sembuh baru hyung belikan."

Seokjin memeletkan lidahnya kearah Jimin yang mendecak sebal padanya.

"Hyung buang sampah dulu. Kau istirahat, Chim. Ini sudah malam."

Seokjin mengambil plastik berisi sampah, lalu pergi keluar.

Jimin menghabiskan potongan apel di piring, lalu meletakan piring kosong di nakas sebelah kasurnya.

Dia baru saja berniat tidur, tapi Taehyung masuk kedalam kamar inap lalu mengunci pintu dari dalam.

Taehyung melangkah mendekati Jimin yang terkejut melihat kedatangannya. Kedua tangan Taehyung masuk kedalam saku dengan mata menatap tajam kearah Jimin.

"Om? Kenapa Om datang kemari?"

Tanya Jimin.

Dia memberikan senyumnya menyapa Taehyung, meski orang yang diajak berbicara hanya memasang wajah datar.

"Seokjin hyung bilang Om yang membawaku ke sini. Terima kasih sudah peduli dan mengkhawatirkanku."

Mata sipit Jimin yang tersenyum terlihat lucu dan menarik perhatian Taehyung. Hampir saja Taehyung kehilangan akal dan memuji betapa imutnya Jimin saat ini.

Taehyung menahan diri, tetap ingin terlihat keren dan berkarisma didepan Jimin.

"Kau tidak perlu berterima kasih padaku. Aku tidak peduli dan tidak mengkhawatirkanmu sama sekali."

Bantah Taehyung dengan gengsinya yang tinggi.

Jimin tertawa mendengar bantahan Taehyung. Kalau begini, dia merasa mendapat kesempatan untuk menggoda ayah sahabatnya itu.

"Kalau begitu beritahu aku alasan yang masuk akal kenapa Om sampai harus datang untuk melihatku di hampir tengah malam begini, kalau bukan karena Om mengkhawatirkan keadaanku?"

Jimin memiringkan kepalanya tanpa mengurangi sedikitpun lengkung senyum bibirnya.

Taehyung terdiam, berpikir keras untuk mendapatkan jawaban yang tidak melukai harga dirinya.

"Aku dengar Om juga yang menggendongku. Kalau Om tidak peduli padaku, Om bisa saja hanya mengantarku sampai depan rumah sakit dan membiarkan Seokjin hyung yang mengurusku."

Taehyung mengepalkan tangannya kuat-kuat. Selain kesal karena digoda oleh anak kecil seperti Jimin, dia juga kesal karena harus mendengar nama Seokjin keluar dari mulut Jimin.

"Aku tidak suka kau menyebut nama itu didepanku."

Ujar Taehyung, dengan suara baritonnya khas orang yang sedang marah.

"Wah! Dan sekarang kau sedang cemburu? Akui saja kalau perlahan-lahan kau mulai menyukaiku. Bukan begitu, Taehyung?"

Jimin mengambil langkah berani dengan memanggil nama Taehyung.

Taehyung yang marah pun langsung mendekati Jimin dan meletakan kedua tangannya di sisi kanan kiri tubuh Jimin.

Dia memenjarakan Jimin dengan tangan kokohnya sambil menggertakan rahangnya.

"Jangan sok tahu, anak kecil."

Tangan Jimin membingkai rahang Taehyung, mengelusnya lembut lalu dengan berani mendekatkan wajahnya.

"Aku tahu banyak tentangmu lebih dari dirimu sendiri."

Bisik Jimin.

Taehyung menarik tubuh Jimin, lalu mencium bibir itu dengan ganas. Tangannya merengkuh pinggang Jimin semakin rapat.

Taehyung memeluk Jimin dengan erat, seakan enggan untuk melepaskannya. Ciuman panas itu turun ke leher jenjang Jimin. Taehyung menghisap, lalu menjilat setiap inci leher Jimin, tidak mau ada yang terlewat sedikitpun.

"Eungh... Om, apa yang Om lakukan?"

Tanya Jimin ditengah desahannya.

Dia memeluk leher Taehyung sambil meremas gemas rambut Taehyung.

"Kau seharunya diam dan berhenti berbicara. Kau membuatku kesal, Jimin."

Jawab Taehyung, lalu menjauhkan wajahnya dari leher Jimin dan menatap dalam kearah manik mata hazelnut itu.

"Untuk apa aku berhenti bicara jika yang aku dapat adalah bibirmu ini."

Jimin menyentuh garis bibir basah Taehyung dengan ibu jarinya. Perlahan tangannya mendorong tubuh Taehyung untuk menjauh.

"Pergilah, sebentar lagi Jin hyung kembali."

Jimin melihat ke arah pintu, takut jika tiba-tiba Seokjin datang dan memergoki mereka berdua.

"Sudah kubilang aku tidak suka kau menyebut nama itu!"

Taehyung dengan suara tingginya mencoba menggertak Jimin.

Tapi Jimin tahu kelemahan Taehyung sekarang, dia jadi tidak takut sama sekali pada Taehyung.

"Kau terlihat sangat seksi saat sedang cemburu. Jangan menggodaku, Om. Aku ini anak nakal."

Jimin merapihkan kerah kemeja Taehyung.
Taehyung menepis tangan Jimin dengan kasar, lalu dia merapihkan pakaian dan rambutnya sendiri.

"Aku pulang dulu."

Ujar Taehyung, berbalik dan berjalan menuju pintu.

"Hati-hati di jalan. Besok datang lagi ya!"

Jimin melambaikan tangannya ke arah Taehyung yang bahkan tidak menoleh kearahnya sedikitpun.

Tapi itu tidak masalah, Jimin tahu kalau kini dirinya punya ruang tersendiri di hati Taehyung.

Setelah Taehyung pergi, Jimin segera menghilangkan jejak cinta Taehyung dilehernya sebelum Seokjin kembali.

Bisa kacau kalau Seokjin melihatnya. Jimin akan ditanya siapa yang melakukannya dan memarahinya.

Dia tidak mau semua itu terjadi.

Malam ini tentang Taehyung, biar jadi rahasia yang hanya akan dia bagi bersama dinginnya malam.

[End] OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang