Taehyung memarkirkan mobilnya di garasi. Dengan tidak sabaran, dia turun dari mobil lalu menggendong Jimin yang baru saja akan turun.
"Emm.. Taehyung, a-apa yang kau lakukan?"
Tanya Jimin, berpegangan pada leher Taehyung agar tidak jatuh.
Taehyung hanya diam, dia membuka pintu dengan cepat lalu mendorong tubuh Jimin sampai terdengar bunyi dentuman yang keras pada dinding begitu mereka masuk kedalam rumah.
"Aahh.."
Jimin meringis saat punggungnya terasa sakit, Taehyung mengambil kesempatan itu untuk mencium Jimin dengan kasar.
Lidahnya mengeksplor mulut Jimin, mengabsen setiap giginya dan sesekali menggelitik dinding atas mulut Jimin lalu membelit lidah Jimin.
"Eungh... Taehyung..."
Jimin tidak mengerti dengan emosi Taehyung yang tiba-tiba berubah.
Seakan Taehyung tidak mau melepasnya. Itu terlihat dari cara Taehyung merengkuh tubuh mungilnya dengan erat dan dorongan tubuh Taehyung untuk terus merapat padanya.
Tangan Jimin menelusuri rahang tegas Taehyung dan memutus ciuman mereka perlahan.
"Pelan-pelan, sayang. Waktu kita masih banyak sampai pagi datang."
Jimin mengelus wajah Taehyung, membuat Taehyung merasa lebih tenang.
"Maafkan aku jika aku terkesan buru-buru."
Taehyung menurunkan Jimin perlahan, lalu menjaga jarak dengan Jimin.
"Kau tidak perlu minta maaf, Tae. Biar aku yang memimpin sekarang."
Jimin berjinjit agar bisa setara dengan tubuh tinggi Taehyung, lalu menyatukan bibirnya dengan bibir Taehyung. Taehyung membungkuk sedikit memberi kemudahan untuk Jimin.
Kali ini ciuman mereka terasa lebih lembut, manis, dan penuh arti.
Taehyung menuntun Jimin untuk masuk ke ruang tengah tanpa melepas ciuman mereka dan menjatuhkan tubuh Jimin di sofa. Matanya penuh kesedihan menatap Jimin dalam.
Semua yang tidak bisa Taehyung ungkapkan melalui kata-kata, dia sampaikan dalam tatapan sendu itu. Sebentar lagi, mereka berdua kembali menjadi asing dan tidak akan tahu kabar masing-masing.
Mereka dipaksa menghapus kenangan indah untuk disimpan di tempat terdalam. Tidak berharap semua terulang, karena memang mustahil kembali setelah kesepakatan untuk saling melepaskan.
"Lain kali jangan pakai kemeja, susah jika harus melepaskan kancingnya satu-satu."
Jimin mengeluh sambil melepas setiap kancing kemeja Taehyung secara beraturan.
Taehyung hanya terkekeh, Jimin ternyata orang yang tidak sabaran juga.
"Ah, aku lupa. Tidak ada lain kali untuk kita. Malam ini adalah malam terakhir kan?"
Kata Jimin, melihat kearah jemarinya yang berhenti di kancing terakhir.
Jimin sedih, tapi dia harus memberikan kenangan terbaik untuk Taehyung. Karena itu dia segera membuka kancing itu.
Taehyung melepaskan kemejanya dan langsung menampakan tubuhnya. Baru saja Taehyung ingin kembali memenjarakan Jimin dengan tangan kokohnya, Jimin ternyata lebih dulu mendorong Taehyung lalu dia duduk diatas perut Taehyung.
"Sudah kubilang aku yang memimpin sekarang."
Jimin melepas bajunya dan melemparnya ke sembarang arah.
Taehyung membiarkan Jimin untuk memimpin permain panas mereka. Dia membiarkan Jimin menjelajahi tubuh atasnya dan menandainya disetiap bagian tubuhnya, meninggalkan jejak kemerahan diatas kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Om
FanfictionJimin pasti sudah gila karena jatuh cinta pada ayah sahabatnya sendiri. Note : Jika ditemukan perbedaan dengan cerita aslinya, harap mengerti karena gaya bahasa penulis satu sama lainnya berbeda. Terlebih cerita harus disesuaikan agar karakter yang...