Taehyung salah karena berpikir Jimin adalah tipe pasangan yang suka dibelikan barang bermerk terkenal, makan di restoran mewah, dan dilayani bak putri raja.
Ternyata Jimin ini lebih sederhana, tidak serumit yang Taehyung bayangkan.
"Aku tidak suka makan di tempat seperti itu."
Jimin meneguk minuman soda dingin yang baru Taehyung belikan dari supermarket.
Mereka kini berada di pesisir pantai dengan pamandangan indah dimana matahari mulai menghilang digantikan bulan.
"Kau tahu sendiri aku ini makannya banyak. Terus kenapa malah mengajakku ke tempat seperti itu? Terlalu mahal harganya untuk ukuran daging panggang sebesar telapak tanganku."
Jimin tidak henti-hentinya mengomel dan menurut Taehyung itu lucu.
Ada dua wadah mie instan kosong juga beberapa bungkus makanan ringan berserakan di meja plastik berbentuk bundar.
"Makannya pelan-pelan, Chim."
Kata Taehyung sambil menyeka sudut bibir Jimin yang kotor karena krim roti.
Dia lalu kembali bertopang dagu dan memperhatikan wajah Jimin seperti sebuah karya seni.
"Kenapa kau lucu sekali sih? Aku jadi gemas."
Taehyung mendaratkan ciuman di pipi tembem Jimin.
"Taehyung, diam! Aku sedang kesal sekarang."
Gigitan terakhir roti krim Jimin hilang dari tangannya dan kini mulut Jimin penuh dengan makanan.
"Tidak mau."
Taehyung kembali mencium Jimin, kali ini di batang hidungnya yang kecil.
Jimin pun risih, mendorong bahu Taehyung untuk menjauh. Tapi kekuatannya jelas kalah dengan Taehyung yang punya tubuh lebih besar darinya.
"Tae!"
Jimin tertawa ketika Taehyung menggelitik pinggangnya sampai dia hampir saja terjatuh jika Taehyung tidak memeganginya.
"Aku tidak percaya kalau pada akhirnya aku jatuh kedalam perangkapmu."
Taehyung mendudukan Jimin diatas pangkuannya dan memeluknya erat.
Dia meletakan wajahnya di bahu Jimin, sementara Jimin menyandarkan tubuhnya pada tubuh Taehyung.
Jimin hanya diam, dia larut dalam lamunannya mengingat kembali masa lalunya dengan Taehyung saat masih menjadi orang asing.
Taehyung yang tampak jijik dan sangat tidak menginginkannya sekarang menjadi orang yang paling enggan mengucap kata pisah dan melepas genggaman tangannya.
Mereka sudah berjalan sejauh ini, berdua merajut cinta yang semakin besar dari hari ke hari.
"Apa menurutmu kita berdua bisa bersama?"
Jimin mengelus lembut punggung tangan Taehyung yang melingkari pinggangnya, matanya memandang lurus kedepan.
Langit mulai gelap. Warna lembayung di ujung langit menyisakan secercah cahaya, seolah tengah menggambarkan bagaimana harapan Jimin terhadap Taehyung saat ini.
Dia berharap banyak di sebuah ketidakmungkinan yang ada. Sungguh, Jimin takut kecewa setelah masa kini kian berganti menuju masa depan.
Hubungan mereka terlalu rumit untuk dimengerti banyak orang. Selain terpaut umur yang cukup jauh, mereka juga menentang norma yang ada.
"Tentu bisa. Mungkin ini belum saatnya untuk memberitahu banyak orang tentang kita."
Kata Taehyung, meski terlihat biasa saja sejujurnya dia juga ikut khawatir.
![](https://img.wattpad.com/cover/257442422-288-k258480.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Om
FanfictionJimin pasti sudah gila karena jatuh cinta pada ayah sahabatnya sendiri. Note : Jika ditemukan perbedaan dengan cerita aslinya, harap mengerti karena gaya bahasa penulis satu sama lainnya berbeda. Terlebih cerita harus disesuaikan agar karakter yang...