Seorang pelayan menuangkan teh hangat pada dua cangkir cantik yang berada di atas meja bundar berwarna coklat.
Kepulan uap panas menari indah diatas teh dengan harum melati yang menenangkan.
Jimin berterima kasih pada pelayan itu dengan senyumnya, sementara Taehyung yang duduk didepannya hanya menyilangkan tangan didada dengan wajah datar.
"Jadi kau sudah pulang dari rumah sakit 2 hari yang lalu tanpa mengabariku?"
Tanya Taehyung, dengan nada jengkel.
Jimin meraih cangkir tehnya dan menyesap sedikit teh hangat itu. Di luar sedang hujan deras dan dia butuh sesuatu yang dapat menghangatkan tubuhnya.
"Aku tidak punya alasan untuk memberitahumu karena kau juga tidak peduli padaku."
Kue jahe kering menjadi teman teh hangat yang mulai mendingin. Obrolan mereka kini terasa semakin serius ketika Taehyung mencondongkan tubuh kearah Jimin.
"Bukankah semua sudah jelas sejak malam itu aku datang. Kau seharusnya mengerti kalau apapun yang kau lakukan aku harus tahu."
Jimin menarik nafas dalam. Betapa susah menahan diri melihat Taehyung yang sangat tampan hari ini.
Kemeja satin hitam dengan dua kancing atas yang terbuka dipadukan celana hitam legam membuat Taehyung terlihat berbeda.
Rasanya Jimin ingin sekali menelanjangi Taehyung saat ini, jika saja mereka tidak sedang berada di tempat umum.
Ditambah lagi, dia sedang asik bermain 'tarik-ulur' dengan Taehyung. Sesekali dia juga ingin tahu seberapa jauh perjuangan Taehyung untuk melawan egonya sendiri.
"Malam yang mana yang sedang kau bicarakan? Kita terlalu banyak melewati malam bersama."
Faktanya memang selama Jimin di rumah sakit, Taehyung selalu datang malam hari ketika Seokjin sudah pulang ke rumah.
Taehyung merasa main-mainnya sudah cukup. Jimin sudah menyentuh batas kesabarannya.
Anak laki-laki bertubuh mungil didepan Taehyung ini pandai sekali mempermainkannya.
"Benar kata Namjoon, aku hanya buang-buang waktu dengan anak kecil sepertimu."
Tubuh jangkung itu beranjak dari kursi, dengan langkah tegas dia berjalan menuju pintu keluar dan pergi menuju mobil sedan hitamnya.
Tidak ada tanda-tanda Jimin mengejarnya, bahkan ketika Taehyung sudah masuk kedalam mobil. Itu membuat Taehyung semakin kesal.
Mesin mobil dinyalakan. Taehyung menghitung dalam hati dari satu sampai lima berharap Jimin keluar dari pintu kafe itu.
Sampai angka terakhir, Jimin tetap tak kunjung keluar. Taehyung memutuskan untuk pergi.
Tapi ketika mobilnya melintasi pintu kafe, tiba-tiba dia dihadang oleh Jimin yang berdiri merentangkan tangannya menghalangi mobil.
Taehyung kaget bukan main, beruntung dia cekatan menginjak rem.
Jimin segera masuk kedalam mobilnya, dengan kantong berisi makanan ringan yang dia beli di kafe.
"Aku sudah beli cemilan. Kita nonton film bagus ya hari ini!"
Ujar Jimin, antusias sambil memakai sabuk pengamannya.
"Tapi di rumah ada Jungkook."
"Aku tidak bilang di rumah. Om ini kuno sekali. Ayo jalan saja, nanti aku tunjukan bioskop mobil dekat sini."
Taehyung seketika melupakan rasa kesalnya pada Jimin dan menuruti kemauan Jimin.
Dia bahkan tidak habis pikir dengan apa yang sedang dia lakukan sekarang ini. Mengantar anak kecil disampingnya dan menemaninya. Seperti mengasuh Jungkook, tapi Jimin jelas berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Om
Fiksi PenggemarJimin pasti sudah gila karena jatuh cinta pada ayah sahabatnya sendiri. Note : Jika ditemukan perbedaan dengan cerita aslinya, harap mengerti karena gaya bahasa penulis satu sama lainnya berbeda. Terlebih cerita harus disesuaikan agar karakter yang...