Sebuah langkah kaki jenjang meninggalkan jejak tetesan air yang jatuh dari ujung rambut lelaki berusia 37 tahun itu.
Taehyung baru saja selesai mandi. Dengan piyama hitam legam berbahan satin, dia duduk ditepi ranjang sambil mengecek pesan masuk di ponselnya. Beberapa pesan berisi masalah pekerjaan dan sisanya dari wanita-wanita bar yang dia temui di klub malam.
Taehyung sama sekali tidak tertarik pada mereka. Sungguh, rasanya menjengkelkan mendapat pesan menggoda setiap malam. Semua karena Namjoon yang menyebarkan nomornya sembarangan.
Satu tarikan nafas dalam lalu dihembuskan perlahan, memberi tanda bahwa Taehyung kelelahan hari ini. Dia melirik jam dinding, sekarang baru pukul 5 sore. Masih terlalu dini untuk tidur, tapi dia juga bingung tidak tahu harus melakukan apa.
Hari ini dia sengaja meliburkan diri, melepas semua beban kerjanya dan bersantai. Taehyung naik ke ranjang dengan sebuah buku usang ditangannya. Buku yang sangat dia sukai, bahkan sudah dibaca berkali-kali tapi tetap saja dia tidak bosan. Buku yang memberinya banyak pembelajaran tentang kehidupan, tentang melepaskan dan ditinggalkan.
<Dddrttt; dddrttt;>
Suara getar ponsel terdengar. Taehyung tertegun sesaat. Seingatnya, dia sudah mematikan ponselnya tadi.
<Dddrttt;>
Sekali lagi suara getar ponsel terdengar, Taehyung buru-buru menutup bukunya dan turun dari ranjang. Kakinya sesegera mungkin memakai sandal rumah, lalu berjalan menjauh dari ranjang.
Taehyung mengambil tongkat golfnya sebagai senjata, menyeretnya pada lantai marmer mahal, menghasilkan suara memekikan telinga.
"Siapapun itu sebaiknya kau keluar sekarang sebelum kupecahkan kepalamu!"
Taehyung setengah berteriak dalam kamarnya yang luas. Dia berjalan mendekati lemari dan membuka pintunya dalam sekali hentakan, tapi ternyata kosong.
Mata elangnya menjelajahi ruang kamar, mencari setiap sudut kamar yang bisa dijadikan tempat persembunyian sampai akhirnya matanya melirik ke arah bawah tempat tidur.
Taehyung melangkah dengan pasti sambil sesekali membenturkan tongkat golfnya pada lantai. Dia menundukan tubuhnya berniat mengintip, tapi tiba-tiba pintu kamarnya dibuka oleh Jungkook yang datang dengan nafas tersengal-sengal.
"Ayah, boleh aku minta tolong.."
Jungkook berlari sambil menggandeng tangan Taehyung.
"Kau habis dari mana, Kookie? Coba tenang dulu."
Taehyung mengusap punggung anaknya dengan lembut.
"Ayo ikut aku dulu, yah."
Tanpa banyak basa-basi, Jungkook menyeret Taehyung segera keluar dari kamarnya.
Mau apapun itu pokoknya, Taehyung harus keluar dari kamar agar Jimin yang masih bersembunyi dibawah tempat tidur bisa kabur tanpa ketahuan.
Taehyung dan Jungkook berhenti di dapur. Disana sudah ada satu teman Jungkook,
anak laki-laki dengan kaca mata kuning bertengger dihidungnya itu menyapa Taehyung dengan ramah."Aku Hoseok, Om. Aku temannya Jungkook."
Hoseok tersenyum canggung sambil main mata dengan Jungkook.
Taehyung membalas sapaan singkatnya, lalu memasang wajah datarnya kembali. Dia melirik anak semata wayangnya kebingungan, Entah kenapa dia merasa ada yang janggal pada sikap Jungkook.
<<Brak;>>
Bunyi dentuman berasal dari kamar membuat ketiga orang itu langsung melihat ke arah lantai atas. Hening beberapa saat, sampai akhirnya Taehyung berlari ke arah kamarnya dan memecah keheningan.
"Siapapun kau keluar!"
Taehyung berteriak, ketika dia sampai di kamarnya.
Jungkook dan Hoseok mengejarnya dan mereka berdiri gugup di ambang pintu. Itu pasti Jimin. Jungkook tidak tahu apa Jimin sudah keluar dari kamar ayahnya atau belum.
"Ayah, mungkin itu hanya anjingmu. Sudahlah, Yah. Yeontan kan memang selalu berulah."
Jungkook mencoba menenangkan ayahnya.
Hoseok hanya bisa diam memperhatikan sekitar sampai matanya menemukan Jimin dibalik pintu kamar Jungkook. Dia sedang bersembunyi disana. Hoseok mencoba memberi kode pada Jungkook dan memberitahu temannya itu bahwa Jimin sudah aman sekarang.
Hoseok baru saja melangkah masuk ke dalam kamar, tapi tubuhnya sudah didorong oleh Taehyung yang melihatnya akan masuk. Untung Jungkook sigap menarik tangan Hoseok agar temannya tidak jatuh, mereka berdua dipaksa keluar dari kamar Taehyung.
"Kau tahu kan Ayah tidak suka ada orang lain masuk ke kamar Ayah."
Taehyung dengan tatapan tajam memperingati Jungkook yang berdiri patuh menghadap ayahnya yang sedang marah. Jungkook tahu kalau dia melawan, Taehyung akan semakin marah.
Taehyung menutup pintu dengan keras, lalu duduk di tepi ranjang sambil menenangkan diri. Dia menatap sekeliling dan memperhatikan setiap inci kamarnya.
Taehyung ini memang paling benci jika ada orang selain dirinya dan Jungkook masuk kedalam kamarnya, bahkan pembantu rumahnya saja dilarang masuk. Dia membersihkan semua barangnya sendiri.
Matanya menangkap sesuatu yang aneh. Dia berdiri dari ranjang, berjalan mendekati lemari dan menemukan sesuatu. Papan nama dari plat besi berwarna emas itu tergeletak di lantai dekat pintu lemarinya.
"Park.Ji.Min."
Taehyung meremas papan nama tersebut sampai tangannya memerah. Wajah penuh amarah itu tampak sangat menyeramkam. Mungkin Jimin lolos saat ini, tapi tidak lain waktu.
![](https://img.wattpad.com/cover/257442422-288-k258480.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Om
FanfictionJimin pasti sudah gila karena jatuh cinta pada ayah sahabatnya sendiri. Note : Jika ditemukan perbedaan dengan cerita aslinya, harap mengerti karena gaya bahasa penulis satu sama lainnya berbeda. Terlebih cerita harus disesuaikan agar karakter yang...