11 - New Boyfriend

148 46 31
                                    

Part ini sengaja aku bikin melompat jauh. Untuk yg belum cukup umur jangan baca bagian akhir (adegan dewasanya) ya.

6 bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

6 bulan kemudian.

Sebelumnya aku pernah bilang, kalau aku pengin memperbaiki diri supaya bisa mendapatkan jodoh yang baik. Aku udah melakukannya. Walaupun belum sempurna, tapi sekarang aku udah nggak jomblo lagi.

Arkan—kami memutuskan pacaran sekitar 2 bulan yang lalu. Di hari itu, Sherly dan Fanisya marah banget karena mereka berdua nggak suka sama Arkan, dengan alasan : 'I have a bad feeling about him.' Nggak masuk akal buatku.

Sejauh ini, Arkan adalah sosok laki-laki yang baik. Masih sama kayak dulu pas dia masih mengejar-ngejar Joy. Emang aneh, sih, pada akhirnya aku pacaran sama laki-laki yang pernah menggilai kakakku sendiri. Gimana dong? Kami sama-sama nyambung saat ngobrol dan aku bahagia sama dia.

Kedua teman-temanku udah berjanji kalau mereka nggak bakal memberitahu siapapun tentang hubunganku sama Arkan. Aku menyuap mereka berdua pakai kartu saktinya Harry. Karena, aku nggak mau kakak-kakakku yang posesif itu justru melarang ini-itu.

"Kamu mau ke mana, Fan?" tanyaku ketika Fanisya menyeret kopernya menuruni anak tangga.

"Nenekku sakit, jadi aku harus pulang ke Bandung. Mumpung liburan semester 3 bulan, aku mau merawat nenekku aja."

"Kamu balik ke sini lagi pas masuk kuliah?" Fanisya mengangguk dan aku langsung memeluknya. "Salam untuk nenek dan keluargamu di Bandung, 'ya. Kalau Nanti Joy ngadain Gender Reveal Party, kamu harus datang."

"Pasti."

"Fan, taksi onlinemu udah sampai." Sherly berlari menuruni anak tangga, dia nyaris jatuh tersandung ujung karpet. "Shit!"

"Hati-hati atuh, Sherly. Kamu 'teh jangan ceroboh terus."

"Maunya juga gitu, Fan." Sherly memeluk Fanisya. Aku ikut memeluk mereka berdua. "i'm gonna miss you, Fan."

"Me too," jawab Fanisya.

Setelah pintu lift menutup dan membawa Fansiya turun ke lobby. Aku dan Sherly menghela napas kasar.

"Kita berdua doang, nih sekarang," lirih Sherly. Dibandingkan aku, Sherly jauh lebih dekat dengan Fanisya. Walapun mereka sering bertengkar.

"Aku bisa ajak Arkan ke sini."

"Nggak!" pekik Sherly yang sekarang berdiri sambil berkacak pinggang. Aku tertawa terbahak-bahak. Dia mirip ibu kos yang nagih uang bulanan. "Kalian sebaiknya putus aja deh, Jess. Sumpah, aku nggak suka banget sama itu orang!"

"Kok kamu gitu banget, sih?" Percayalah, perdebatan ini bukan yang pertama kali dalam 2 bulan terakhir.

"Arkan itu nggak baik buat kamu, Jessica!"

"Jessie! Namaku Jessie, bukan Jessica, Sialan! Siapa kamu bisa seenaknya judge kebaikan dan keburukan seseorang, huh?"

"Aku lebih setuju kalau kamu sama Larry. Dia baik dan tipe laki-laki yang lurus-lurus aja. Dia yang deketin kamu susah payah, kamu malah jadian sama Arkan."

Sassy Jessie || Terbit; GuepediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang