19 - Wedding Plans

109 47 19
                                    

Terakhir kali aku merasa gugup kayak begini, di saat masih sekolah dan menunggu hasil nilai akhir kenaikan kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terakhir kali aku merasa gugup kayak begini, di saat masih sekolah dan menunggu hasil nilai akhir kenaikan kelas. Aku sampai ngompol di celana saking takutnya nggak naik kelas. Tapi, hari ini aku nggak boleh ngompol. Masa, sih, aku ngompol pas lagi ketemu sama calon mertua?

Tunggu! Astaga! Merinding deh nyebut calon mertua. Ih

"Jadi, kapan rencana pernikahan kalian?" tanya ibunya Louis—Joanna, yang dari tadi nggak berhenti tersenyum sambil mengusap punggung tanganku di atas meja.

"Secepatnya, ya, Jess?" Louis menelengkan kepala dan aku cuma tersenyum tipis.

"Aku senang sekali waktu mendengar kabar kalau Louis akan menikah dan kamu sudah mengandung." Joanna tersenyum senang. Aneh. Kalau ibu-ibu di kampung kelahiran ibuku nggak bakal sesenang itu, yang ada justru mencibir lalu menyebar gosip di tukang sayur.

Aku nggak bisa memikirkan kalimat yang tepat untuk meresponnya. Apa Louis nggak bilang ke ibunya, kalau aku mengandung anak dari laki-laki lain?

Ternyata bayangan tentang ibu-ibu menyeramkan yang hobi ghibah, terbantahkan hari ini setelah bertemu langsung dengan Joanna. Dia baik banget dan menyenangkan. Charlotte—adiknya Louis, nggak bisa ikut ke London, karena sedang travelling ke My Konos. Dia itu seorang selebgram yang sedang hangat-hangatnya, jadi wajar kalau sibuk.

Setelah pertemuan di cafe siang itu, Louis mengantarku ke rumah Harry dan dia pulang ke rumahnya bersama Joanna.

"Ciye, yang habis ketemu calon mertua," goda Joy begitu aku melangkah masuk ke dalam rumah. "Sini, cerita!" Dia menepuk sofa di sampingnya.

Ann datang dari arah dapur, membawa satu piring scone dan Leona membawakan satu pitcher jus strawberry.

"Kamu sudah makan?" tanya Ann padaku sambil menyodorkan satu piring scone. Aku mengambil satu dan langsung mengunyahnya.

"Belum. Aku mual banget dari pagi tadi, penginnya yang manis-manis. Ih, enak banget! Siapa yang membuatnya?"

"Ibu mertuaku pastinya!" Joy memeluk Ann dan mencium pipi kiri wanita itu. Seru banget setiap melihat keakraban Joy dan Ann. Mereka lebih mirip ibu dan anak, dibandingkan mertua dan menantu.

"Iya, nggak mungkin kamu yang buat pastinya." Aku mengambil satu scone lagi. Joy mencubit lenganku sampai aku mengaduh. "Kok kesal? Kamu, kan, emang nggak bisa masak."

"Jangan salah. Joy sudah bisa membuat Sunny Side Up," ujar Ann dan Joy tersenyum bangga memperlihatkan barisan giginya.

Aku terbahak-bahak sampai batuk karena tersedak. Kuteguk jus strawberry sedikit, kemudian tertawa lagi. "Cuma telur mata sapi? Semua orang juga bisa, Joy."

"Tapi, kan, aku baru bisa. Sudah, sih, Jess ... itu sebuah pencapaian baru bagiku." Joy berdiri dari sofa—merapihkan bagian belakang dasternya yang terlipat. "Aku mau memompa asi dulu, kamu di sini aja. Nanti cerita lagi. Aku cuma sebentar kok." Aku mengangguk. "Sebentar, ya, Mom." Dia bicara pada Ann yang mendapat anggukkan langsung.

Sassy Jessie || Terbit; GuepediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang