"Jess, Ni, kalian mau ikut nggak?" tanya Louis yang membuatku mengumpatinya karena kaget. Dia kayak hantu tiba-tiba muncul gitu.
"Kemana?" tanyaku dan Niall bersamaan. Louis memutar matanya malas.
"Jalan-jalan." Louis mengangkat bahu. "Daripada kalian sedih-sedihan karena gagal move on."
Sialan!
"Aku juga mau ikut!" teriak Sherly dan Fanisya yang entah dari mana datangnya.
Sherly sempat jatuh karena tersandung kakinya sendiri. Niall tertawa kencang banget sampai suaranya memenuhi restoran. Wajah Sherly merah banget kayak lagi sakit panas. Dibantu Fanisya, dia bangkit dan berjalan lagi.
"Tega banget masa kita ditinggalin," keluh Fanisya yang memajukan bibirnya.
"Kalian lama, aku kira nggak mau ikut," sahut Louis.
"Sherly tuh kelamaan pakai ginchu, bibirnya udah kayak abis kecabean gitu." Fanisya menunjuk bibir Sherly yang merah merekah.
"Ih, ini seksi tau!" Sherly memajukan bibirnya dengan sengaja.
"Ya sudah, ayo!" Louis berjalan lebih dulu, kami mengikuti di belakangnya.
Selama perjalanan, Fanisya buka kaca jendela mobil karena mabuk. Niall mengeluh karena debu yang masuk ke dalam mobil. Louis, sih, santai aja karena dia bisa sambil merokok. Sherly sibuk selfie pakai ponsel barunya yang dibeli dari kartu sakti Harry.
Perjalanan memakan waktu hampir lima jam. Matahari udah mulai sembunyi pelan-pelan, tapi kami belum juga tiba di tempat tujuan.
Suara dari James Bay yang bikin hatiku tenang menemani perjalan kami semua. Aku pernah mimpi jadi pacaranya James Bay dan dinyanyiin setiap hari—menyenangkan. Seru kayaknya punya pacar penyanyi. Kebayang nggak, sih, kalau mendesah pasti suaranya enak.
Mobil memasuki kawasan perumahan.
Patung berbentuk bunga matahari dengan ratusan bunga matahari sungguhan disekitarnya keliatan bagus banget. Kolam air mancur yang nenari-nari menyambut kedatangan kami di jalan utama. Sunflower Land by Styles—huruf-huruf besar tercetak jelas pada papan nama.Pilar besar dan tinggi mengiringi kami sampai bertemu dengan pos jaga. Beberapa penjaga memeriksa bagian kolong mobil juga meminta kartu identitas. Louis membuka kaca matanya dan memberikan sebuah kartu pada petugas laki-laki bertubuh tegap.
"Sore, Pak Louis," sapa petugas itu dengan ramah. Kemudian menempelkan kartu akses pada sensor di dekat portal sehingga portal terangkat dengan sendirinya. "Silakan, Pak." Louis hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih setelah petugas itu mengembalikan kartunya.
"Bapak Louis, sebenernya kita mau kemana, 'ya, Pak?" tanya Sherly yang udah gelisah karena menahan pengin buang air kecil. "Bisa nggak, sih, berhenti sebentar, aku nggak kuat banget nih." Sherly merapatkan kedua pahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sassy Jessie || Terbit; Guepedia
Fiksi PenggemarSeries (18+) SUDAH TERBIT . . Jessie Collins melarikan diri setelah melakukan hal paling gila dalam hidupnya. Kejadian di gudang kontainer besar sempat membuatnya mengalami trauma yang mendalam selama beberapa bulan. Sampai akhirnya Jess memutuskan...