Series (18+)
SUDAH TERBIT
.
.
Jessie Collins melarikan diri setelah melakukan hal paling gila dalam hidupnya.
Kejadian di gudang kontainer besar sempat membuatnya mengalami trauma yang mendalam selama beberapa bulan. Sampai akhirnya Jess memutuskan...
Halloooo, Dear! Di part ini agak sedikit serius dan scene sempit antara Jess dan Harry aja. Jangan bosen ya, dan coba ambil nilai positifnya kalau ada yang bisa nemu😌
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mimpi buruk itu datang lagi. Aku terbangun dengan napas terengah-engah kayak abis lari keliling dunia.
Sherly dan Fanisya ikut terbangun dan mengerang kesal karena sekarang masih tengah malam.
"Maaf ya, kalian jadi kebangun terus. Kalian lanjut tidur aja," kataku sambil merangkak turun dari tempat tidur.
"Mau ke mana, Jess?" teriak Fanisya waktu aku mau menutup pintu.
"Cari angin."
Malam ini aku mimpi kejadian waktu Hero menculikku dan menyekapku di dalam sebuah gubuk yang berada di tengah hutan. Aku takut banget waktu itu–takut ada harimau salah alamat. Aku 'kan gemuk, pasti harimau kenyang banget makan aku.
Ku raba pahaku yang meninggalkan keloid akibat sayatan pisau darinya beberapa bulan lalu. Nggak ada yang tau luka ini. Aku nggak ngasih tau siapapun, termasuk Kim yang terus-terusan berusaha mengorek informasi detail soal penyekapan itu.
Bukan cuma luka di paha. Dia juga melakukan hal gila lainnya. Hero itu ¹sadomasokisme. Aku juga baru tau pas di sekap sama dia. Masih banyak luka di bagian tubuhku lainnya. Luka yang mirip sama luka di tubuh Harry. Aku pernah lihat pas dia berenang.
"Jess, kok belum tidur?" Harry baru aja keluar dari kamarnya. Rambutnya sedikit basah dan mukanya segar banget.
"Kebangun. Kamu abis mandi jam segini?"
Dia berjalan ke dapur dan mengambil dua gelas warna putih susu. "Habis salat malam." Dia menoleh ke belakang. "Mau teh?" Aku mengangguk.
Perubahan Harry kelihatan banget menjelang menikah sampai sekarang. Dia beneran mau jadi suami dan calon ayah yang baik. Aku senang lihat perubahannya yang drastis.
"Makasih," ucapku setelah menerima segelas teh hangat dari Harry.
"Kamu masih suka mimpi buruk?" tanyanya setelah menyesap minumannya–Aromanya sih jahe gitu.
Aku menggelengkan kepala dan menghindari kontak mata sama dia. Karena pasti dia tau kalau aku lagi bohong.
"Aku juga pernah mengalami mimpi buruk saat mengira Emily meninggal karenaku." Dia meletakkan gelasnya di atas meja makan. "Tapi, mimpi itu hilang setelah aku mengalihkannya ke Joy. Kakakmu lebih sering datang ke mimpiku dan mengusir mimpi burukku." Dia tersenyum.
Satu hal yang membuatku pengin punya pacar kayak Harry–dia selalu memuja Joy dalam keadaan apapun. Dia selalu bangga dan tersenyum setiap kali menyebut nama kakakku. Dia beneran cinta mati sama kakakku.