14 - Back to London

132 48 21
                                    

"Jess, kamu yakin nggak apa-apa?" tanya Louis yang entah udah ke berapa kalinya sejak kami duduk di dalam pesawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jess, kamu yakin nggak apa-apa?" tanya Louis yang entah udah ke berapa kalinya sejak kami duduk di dalam pesawat. "Kalau kamu butuh sesuatu, bilang aku, ya."

Aneh. Kenapa mendadak jadi baik gitu? Oh aku tau. Pasti karena dia merasa iba—aku menjadi korban pemerkosaan.

"Makasih," ucapku singkat. Malas bicara banyak-banyak dengannya.

Hari ini aku, Louis, dan kedua temanku pergi ke London. Fanisya langsung meluncur ke Jakarta lagi begitu dihubungi oleh Sherly. Durhaka emang anak itu, ninggalin neneknya yang sedang sakit demi bisa pergi ke London.

Entah gimana caranya, Louis yang mengurus pasport kedua temanku itu dengan sangat cepat. Mungkin menggunakan kartu sakti Harry. Entahlah. Aku nggak peduli. Yang jelas, aku cuma pengin cepat sampai di London dan memeluk Joy.

"Tadi emakmu bilang apa, Sher, pas telepon?"

"Minta dibawain oleh-oleh bule London. Dikira bakpia kali bisa masuk kardus." Sherly memutar matanya. "Masa emakku minta dibawain salju. Katanya pakai plastik es aja bawanya."

Louis tertawa terbahak-bahak sampai wajahnya merah banget.

"Lou, bisa dibuka nggak, sih, jendelanya?" tanya Sherly.

"Bisa. Mau aku bukain pintunya sekalian?" tawar Louis. Kali ini aku dan Fanisya yang tertawa sampai sakit perut.

"Jahat banget, sih, Lou! Aku sumpahin jadi jomblo!"

"Nggak perlu di sumpahi, dia udah jadi jomblo, Sher," sambarku. Louis mencebik.

"Aku heran sama kamu, Sher. Kok kamu bisa lulus taman kanak-kanak, sih? Coba sini kukocok kepalamu, otakmu goyang kayaknya." Louis memegang kepala Sherly dengan kedua tangannya.

"Heh, Kaleng sarden! Diam ya!" Sherly mencubit pinggang Louis dan membuatnya tertawa kencang banget sampai pramugari yang lewat ikutan tertawa. "Mba, boleh minta teh manis hangat nggak? Ini si Fanisya mabuk," Sherly menunjuk Fanisya yang diam aja.

Pramugari bernama Niana itu cuma tersenyum karena nggak mengerti bahasa Sherly. "Abaikan saja," kata Louis pada Niana dengan bahasa Inggris kemudian perempuan itu pergi.

Pesawat pribadi milik Harry dilengkapi seorang pramugari sekarang. Sebelumnya nggak ada. Mungkin dia udah bingung banget gimana cara ngabisin uangnya.

"Kamu mabuk, Fan?" tanya Louis pada Fanisya yang udah pucat banget. "Kamu mau berbaring? Ada kamar, kok. Atau coba ubah posisi sandaran kursinya. Mau?" Fanisya menggelengkan kepala.

"Masih berapa lama lagi perjalanannya?" tanya Fanisya.

"Sekitar sepuluh atau sebelas jam lagi," jawab Louis setelah melihat jam di tangan kirinya.

"Mampus!" Sherly terkikik. "Mati lah kau, Fan, terkuras isi perutmu. Sampai di London jadi mayat!"

"Ssh! Nggak boleh gitu!" omelku. "Kamu mau istirahat? Yuk, aku temani!" Fanisya mengangguk dan ikut ke dalam kamar bersamaku.

Sassy Jessie || Terbit; GuepediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang