Tubuhku terdorong ke belakang bersamaan dengan timah panas yang meluncur keluar dan membuat lubang pada kening Alison.
Pistol terlepas dari tanganku yang mendadak lemas.
"Kamu harus membayarnya!" geram Hero penuh amarah. Setelah dia berhasil mengambil pistol milik Louis dari kolong kontainer, dia langsung menodongkan pistol itu kepadaku.
"Tembak aku, Hero! Lakukan! Balaskan dendammu, maka semua akan selesai." Dengan tubuh yang gemetar hebat aku melangkah mendekatinya.
"Jess, jangan gila!" pekik Louis.
Pandangan Hero beralih dari jasad Alison kembali padaku. Dia marah dan menarik pelatuk pistol yang diarahkan ke kepalaku.
Louis berlari dan langsung memelukku. Dia menukar posisiku dengannya yang memunggungi Hero. Beberapa detik kemudiam terdengar suara tembakan dan tubuh Hero jatuh ke lantai. Dia dan Alison bersimpah darah. Louis mengeratkan pelukannya dan aku menjerit sampai nggak bisa bernapas.
"Jess! Jessie! Bangun, Jess!" Aku terkesiap dan langsung duduk. Sherly memberiku satu gelas air mineral dan Fanisya mengusap punggungku dengan wajah khawatir.
"Kamu mimpi apa?" tanya Fanisya.
Aku menggeleng dan menghabiskan air minumku. "Mimpi buruk, biasa."
"Kita udah tidur bareng selama satu minggu dan udah dua kali kamu begini. Apa mimpinya sama?" Fanisya bertanya lagi. Sherly mengambil gelas kosong dari tanganku dan meletakkannya di atas nakas.
"Ada yang mau kamu ceritain sama kita, Jess?" Sherly memijat bahuku dan aku menggelengkan kepala pelan.
Aku nggak mau menceritakan kejadian itu pada siapapun selain orang-orang yang terlibat pada hari itu, termasuk Kim yang menjadi therapist pasca kejadian.
"Aku mau ambil minum." Ku raih gelas kosong dari atas nakas dan membawanya ke dapur. Kedua temanku nggak ikut turun. Syukurlah.
Sudut mataku menangkap pergerakan di luar kaca jendela besar. Louis sedang duduk sendirian sambil merokok. Sekarang jam tiga pagi, kenapa dia belum tidur? Ah, masa bodoh! Kenapa aku peduli?
Entah udah berapa lama aku duduk di kursi meja makan sambil menatap gelas kosong. Tiba-tiba sebuah bungkus rokok menabrak bagian belakang kepalaku.
"Louis!" pekikku dan dia langsung membekap mulutku.
"Jangan berisik!" desisnya setelah itu melepaskan tangannya dari mulutku. "Kenapa belum tidur?"
"Udah kok, tapi ...." Aku menghela napas pelan. Louis menarik kursi dan duduk di sebelahku. "Mimpi itu lagi, Lou," lirihku.
Mataku bertemu dengan mata birunya yang jauh lebih bagus dari biruku. Mulutnya terbuka lalu tertutup lagi. Dia mengalihkan pandangannya ke arah kursi di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sassy Jessie || Terbit; Guepedia
FanfictionSeries (18+) SUDAH TERBIT . . Jessie Collins melarikan diri setelah melakukan hal paling gila dalam hidupnya. Kejadian di gudang kontainer besar sempat membuatnya mengalami trauma yang mendalam selama beberapa bulan. Sampai akhirnya Jess memutuskan...