27 - Feel Guilty

161 39 9
                                    

Awkward

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awkward.
Itulah gambaran situasi antaraku dengan Louis pagi ini.

Setelah ciuman kami semalam, aku nggak mau kembali ke kamar. Aku tidur di kursi menyusui yang berada di samping boks bayi—tempat di mana Jellybean tidur. Sewaktu terbangun tadi, ada selimut tebal yang membungkus tubuhku, udah bisa dipastikan kalau Louis yang menyelimutiku. Dia emang sebaik itu padaku.

Entah kenapa, aku merasa benar-benar canggung harus berada di dekatnya saat sedang sarapan bersama. Pasangan bucin di hadapan kami cuma diam. Sesekali mereka memerhatikanku dan Louis bergantian.

Aku mencoba untuk terlihat biasa aja. Menyibukkan diri dengan Jellybean yang duduk di kursi makannya sambil mengobok-obok mangkuk sereal miliknya.

Suara sendok yang bersentuhan dengan piring pagi ini sedikit mengganggu indera pendengaranku. Aku menjadi sensitif banget pagi ini, entah karena apa.

"Kamu nggak makan?" tanya Louis.

Tuhan, kenapa ini? Kenapa aku merasakan gemuruh di dadaku sewaktu mendengar suaranya?

"Jess, makan dulu." Aku terlonjak kaget ketika Louis menyentuh bahuku.

Ini kenapa, Tuhan? Apa ciuman kami semalam mengandung racun? Sampai merusak sel otak dan seluruh saraf di dalam tubuhku? Kenapa lidahku kelu? Kenapa aku nggak bisa memikirkan kalimat sederhana untuk meresponnya? Kenapa tubuhku gemetar? Apakah ini ciri-ciri orang yang terkena serangan stroke? Astaga! Jangan, dong!

Pasangan bucin meninggalkan ruang makan lebih dulu. Sebelum pergi, Harry bilang, "Aku mau ina-inu. Kalian jalan-jalan aja, atau kalian ina-inu juga."

"Kenapa harus bilang mau ina-inu, sih?" Aku sebal banget dengarnya.

"Biar kamu nggak kaget kalau dengar suara merduku nanti," kekeh Harry kemudian menggiring Joy ke dalam kamar. Mereka berdua cekikikan. Louis di sampingku terkekeh, sedangkan aku merasa semakin canggung ditinggal berduaan sama Louis di sini.

"Ma ... mam-ma," racau Jellybean. Sekarang dia memasukkan sereal menggunakan tangan ke dalam mulutnya, kemudian menyemburkannya, lalu dia tertawa geli dan mengulanginya lagi.

"Sayang, jangan begitu ... nggak baik." Louis pindah di kursi sebelah kiri Jellybean. Dia mengambil tisu untuk membersihkan tangan mungil Jellybean yang penuh susu dan remahan sereal. "Udah, ya, jangan di makan lagi. Nanti Papa ambilkan yang baru."

Ketika Louis mengangkat mangkuk sereal, anakku langsung menjerit dan menangis. Nggak perlu heran sifat drama queen-nya menurun dari siapa kalau bukan dariku.

"Kasih aja, Lou," kataku sambil mencoba mengambil kembali mangkuk sereal itu. Tapi Louis justru menjauhkannya. Mengangkat tinggi mangkuk kecil itu dengan tangannya. "Lou, apaan, sih?! Kasihan Jellybean sampai nangis gini."

Jellybean meronta-ronta di atas kursinya. Aku sampai memegangi kursinya takut dia jatuh karena anakku bergerak heboh banget. 

"Jangan dibiasakan seperti itu, Jess. Kita harus mendidiknya sejak dini. Memberitahu mana yang baik dan yang nggak baik untuknya," tutur Louis yang entah gimana justru membuatku tersinggung.

Sassy Jessie || Terbit; GuepediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang