30 - We're Happy

132 41 9
                                    

Benar kata orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar kata orang. Melakukan hubungan seksual setelah menikah katanya jauh lebih enak. Pertama karena nggak perlu pusing mikirin dosa, dan kedua karena ... Louis enak banget. Dia tau persis apa yang kusuka dan apa yang aku butuhkan. Benar-benar definisi suami idaman.

Pukul tiga pagi, aku dan Louis baru selesai bercinta untuk yang ke empat kalinya. Aku nggak tau berapa kali seharusnya laki-laki itu penetrasi dalam sehari. Yang jelas, Louis nggak ada capeknya.

Biasanya Jellybean bakalan menangis menjelang subuh. Tapi hari ini, dia kayaknya tenang-tenang aja. Sewaktu aku melongok ke kamarnya, dia masih pulas sambil memeluk boneka kelinci yang udah lusuh dan bau iler karena nggak boleh dicuci sejak bulan lalu.

Aku menyelimuti Niall dan mencium pipinya. Sambil berdoa dalam hati supaya Niall bisa menemukan kebahagiaannya sepertiku dan Joy. Kami bertiga, kan, trio kwek-kwek. Kalau yang satu sedih, yang dua sisanya ikut sedih. Nah, sekarang yang dua udah bahagia tinggal satu yang mencari jalan untuk menemukan kebahagiaannya.

Bertemu Paman James sedang duduk di kursi makan sambil menatap layar ponselnya. Dia mengangkat wajahnya begitu menyadari keberadaanku. "Jess, sudah bangun?"

Pengin jawab belum tidur, tapi buat apa? "Iya. Udah kebiasaan, Paman. Biasanya Jellybean menangis jam segini minta susu. Tapi tumben hari ini dia anteng aja."

Paman James terkekeh. "Mungkin karena ada bayi lain di dekatnya." Aku tergelak bersama Paman James.

"Paman mau kubuatkan teh hangat?"

"Boleh, kalau tidak merepotkanmu, Nak." Aku mengibaskan tangan dan berjalan ke dapur. Waktu kembali ke ruang makan, dari belakang nggak sengaja aku melihat pamanku sedang memandangi foto mendiang Bibi Lucy di layar ponselnya.

Apakah pamanku merindukannya? Jessie bodoh. Tentu aja pamanku kangen sama Bibi Lucy. Walaupun dia udah punya rencana menikah dengan Carolline, yang namanya cinta pertama susah untuk dilupakan.

Hatiku sakit mengingat cinta pertamaku.

'Dosa, Jess. Dosa. Memikirkan laki-laki lain tuh dosa. Ingat, udah ada Louis—suami yang baiknya kebangetan. Nggak usah mikirin mantan yang jahat.' Hati kecilku mengomel.

"Ini, Paman. Tehnya."

"Terima kasih, Nak." Diterimanya cangkir teh buatanku yang langsung diteguk perlahan olehnya. "Joy, kamu juga udah bangun?" Aku menoleh. Kakakku berjalan kayak zombie sambil mengusap matanya.

"Eh? Iya, Paman. Siap-siap mau salat subuh." Dia mengisi gelasnya dengan air dari dispenser kemudian duduk di sampingku. "Paman nggak tidur, ya?" tanyanya setelah meneguk setengah air dalam gelasnya.

Paman James menggeleng kemudian menghela napas pelan. "Aku ingat bagaimana Tom dan Sophia selalu membuatku iri karena mereka memiliki dua gadis cantik yang menggemaskan. Lalu mereka berkata, 'anak kami juga anakmu, James. kalau kami sudah tiada, tolong jaga mereka, ya.' Saat itu aku hanya tertawa menanggapinya. Tapi ... ketika mereka pergi dan aku gagal menjaga kalian, rasanya sedih sekali. Maafkan aku, ya." Paman James menggenggam tanganku dan Joy dengan kedua tangannya. "Kalian sudah bahagia?" tanyanya dengan suara rendah.

Sassy Jessie || Terbit; GuepediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang