Udah hampir satu jam, Niall nggak menyentuh makanan yang dia pesan sejak tiba di restoran cepat saji yang letaknya di lantai dasar Styles Tower. Dia cuma terus menerus menggulung spaghetti sampai kering dan dingin.
Jangan heran. Di lantai dasar gedung ini terdapat beberapa restoran cepat saji yang terkenal. Beberapa artis Ibukota dan selebgram yang terjun ke dunia kuliner, membuka usahanya juga di sini.
Di lantai dua sampai lima adalah rumah sakit—Styles Care. Lantai enam sampai sepuluh disewakan untuk departemen store. Lantai sebelas sampai lima belas disewakan pada kantor yang bergerak dalam bidang jasa. Sedangkan Styles Production House berada di lantai enam belas sampai dua puluh.
Mulai dari lantai dua puluh satu sampai lima puluh berisikan unit apartemen dengan berbagai macam ukuran. Sisanya adalah penthouse, dan yang aku tempati sekarang satu-satunya penthouse paling besar serta lengkap fasilitasnya.
"Ni, bagi kentang gorengnya ya?" Dia mengangguk dan aku langsung mengambil dua irisan kentang goreng dari atas piringnya. "Enak, Ni. Cobain deh." Ku ambil empat irisan kentang goreng yang udah dingin dan ku jejalkan ke dalam mulutnya.
"Rasa kentang goreng," ucapnya datar.
"Emangnya kamu berekspektasi apa? Rasa yang pernah ada? Ewh!" Aku mengibaskan tangan karena jijik dengan perkataanku sendiri.
"Apa aku harus punya tato, 'ya, Jess?" Niall menelengkan kepalanya padaku. "Menurutmu laki-laki bertato lebih menarik atau nggak?"
Harry keren sih punya tato, karena tatonya nggak lebay dan nggak sampai penuh seluruh tubuh. Kalau Louis, tubuhnya kayak buku gambar—tatonya banyak warna. Hero tanpa tato tetap menarik tuh.
Astaga! Kenapa Hero lagi?
"Hm, menurutku tato bukan tolak ukur seseorang jadi keliatan lebih menarik atau enggak sih, Ni." Aku meneguk jus pisang. "Lagian, kalau kamu punya tato mau gambar apa? Emoji monyet? Atau emoji poop?"
"Sialan! Nggak gitu juga lah, Jess!" Dia melempariku pakai irisan kentang goreng. "Selena lebih pilih Justin yang punya banyak tato daripada aku," keluhnya sembari menjejalkan irisan kentang sebanyak-banyaknya ke dalam mulut. Dia mengunyahnya kayak kambing yang sedang makan rumput.
"Selera orang, 'kan, beda-beda, Ni."
"Seleramu kayak gimana? Laki-laki idaman versi kamu."
Kayak Hero. Aku mau jawab Hero, Hero dan Hero untuk semua pertanyaan tentang standard laki-laki idaman.
"Yang penting bukan penipu sih," jawabku akhirnya. Dia mengerutkan kening. "Baik, perhatian dan menyenangkan. Bosen juga nggak, sih, kalau pacaran sama orang yang nggak punya selera humor?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sassy Jessie || Terbit; Guepedia
FanficSeries (18+) SUDAH TERBIT . . Jessie Collins melarikan diri setelah melakukan hal paling gila dalam hidupnya. Kejadian di gudang kontainer besar sempat membuatnya mengalami trauma yang mendalam selama beberapa bulan. Sampai akhirnya Jess memutuskan...