Part 2

267 57 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Pintu mobil Lamborghini dibuka oleh sopir, Park Jiyeon ke luar dalam balutan seragam sekolah yang terlihat cantik dan anggun seperti biasa. Tubuhnya merunduk untuk menatap sang Ayah masih duduk manis di bangku belakang. Terlihat seperti bos besar yang masih tampan meski umur sudah berkepala empat.

“Ayah usahakan akan pulang cepat malam ini. Tapi Ayah tidak berjanji.”

Jiyeon mengangguk sambil tersenyum. Sudah terbiasa dengan kesibukan sang ayah dalam negara. Meski begitu Jiyeon tidak pernah mengeluh dan protes. Karena jujur saja, walau pekerjaan begitu banyak Ayahnya akan selalu menyempatkan sarapan bersamanya di rumah. Hingga Jiyeon tidak terlalu sedih, karena masih bisa menikmati waktu kebersamaannya dengan sang Ayah saat pagi hari.

“Jangan terlalu dipaksakan. Jika memang sudah lelah, istirahat di hotel saja.” Hari ini Ayahnya akan ke luar kota. Ada rapat penting di negara sana yang mengharuskan Ayahnya itu hadir.

“Tenang saja, Sayang.” Jihoon mengeluarkan tangannya untuk mengelus surai keemasan milik Jiyeon. “Jaga dirimu. Jika ada apa-apa hubungi Ayah. Mengerti?”

Jiyeon mengangguk kembali, masih dengan senyumannya. Kemudian ia menegakkan tubuh bersamaan dengan sopir yang menutup pintu mobil. Jiyeon berakhir melambaikan tangan saat mobil mahal itu bergerak meninggalkan halaman sekolahnya.

“Park Jiyeon.”

Tubuh Jiyeon terperanjat kaget saat suara cempreng melingkupi pendengarannya ketika memasuki gedung sekolah. Penampakan Seulgi dengan wajah berantakan menarik perhatiannya. Gadis itu mendekat, lalu menatapnya dengan bola mata yang hampir ke luar dari peradabannya.

“Apa yang terjadi padamu?” tanya Jiyeon dengan ekspresi shock. Jelas saja, sekarang wajah Seulgi terlihat cukup mengerikan dengan kantung mata yang menghitam. Layaknya seperti zombie yang menakutkan. Rambut yang berantakan juga menambah peran.

“ Penjelasanmu membuatku berakhir tidak tidur semalaman.”

Ah, karena itu. Setelah pulang dari latihan mengendalikan elemen bersama Jungkook, ia menerima telepon dari Seulgi. Sahabatnya itu meminta penjelasan mengenai masalah kematian Jung Eunha padanya. Karena Seulgi cukup cerewet, dengan terpaksa Jiyeon menceritakan semuanya termasuk tentang isi surat dari sang Ibu. Awalnya Seulgi tak percaya, namun ketika mengingat apa yang terjadi di sekolah membuatnya kembali berpikir ulang.

“Astaga, kau sungguh terlihat jelek sekarang.” Jiyeon memandang geli, kakinya kembali melangkah untuk memasuki sekolahnya. Seulgi mengikuti dari samping, masih dengan wajah mengerikannya.

“Tolong katakan padaku, jika semuanya tidak benar. Aku bisa gila jika memikirkannya. Penyihir? Vampir? Astaga! Apa kita berada dalam dunia dongeng.” Sebenarnya Jiyeon tak berniat menceritakan terlalu detail pada Seulgi. Namun mengingat jika Seulgi adalah sahabat baiknya membuat Jiyeon jadi jujur saja. Lagian nanti ia tak ingin mengecewakan Seulgi karena menyembunyikan hal besar itu darinya.

WizardryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang